Sirkulasi Samudra Atlantik Dekati Titik Kritis, Ilmuwan: Berita Buruk bagi Iklim

ADVERTISEMENT

Sirkulasi Samudra Atlantik Dekati Titik Kritis, Ilmuwan: Berita Buruk bagi Iklim

Cicin Yulianti - detikEdu
Senin, 09 Sep 2024 13:30 WIB
Breaking waves and sea spray in winter at Porthleven, Cornwall, England, UK
Samudra Atlantik. Foto: Istockphoto/Peter Llewellyn
Jakarta -

Para ilmuwan akhir-akhir ini menemukan kondisi sirkulasi Samudra Atlantik yang menuju titik kritis. Hal ini bisa jadi kabar buruk bagi sistem iklim.

Pasalnya, sirkulasi samudra membantu mengatur iklim secara global. Mengutip The Guardian, ilmuwan pun tak menduga bahwa kerusakan sirkulasi samudra ini ternyata cukup cepat.

Kualitas sirkulasi Samudra Atlantik ini bisa dilihat dari seberapa rusak Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC)-nya. AMOC adalah sistem arus laut besar yang merupakan komponen utama dalam pengaturan iklim global.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ilmuwan melihat bahwa AMOC sudah ada di jalur menuju perubahan. Hal ini menunjukkan tanda mengerikan bagi bumi.

ADVERTISEMENT

AMOC sendiri menjadi sabuk pengangkut laut yang membawa karbon, dan panas menuju Lingkaran Arktik. Di sana panas dan karbon akan mendingin dan tenggelam ke dalam laut dalam.

Namun, upaya dalam mengurangi dampak pemanasan global tersebut kini terkikis oleh pencairan gletser di Greenland dan Arktik. Gletser mengalirkan air tawar ke laut dan menghalangi turunnya air yang lebih asin.

Sejak 1950, AMOC telah menurun sekitar 15%. Meski demikian, ilmuwan belum menemukan konsesus seberapa parah dampak yang akan terjadi.

Titik Kritis Diprediksi Terjadi pada 2025-2095

Adapun penelitian terdahulu yang dilakukan oleh RenΓ© van Westen, dari Universitas Utrecht meneliti perubahan suhu permukaan laut. Dari sana peneliti memprediksi titik kritis bisa terjadi antara tahun 2025-2095.

"Ini adalah berita buruk bagi sistem iklim dan umat manusia karena hingga saat ini orang dapat berpikir bahwa perubahan AMOC hanya merupakan konsep teoritis dan perubahan akan menghilang begitu sistem iklim secara keseluruhan, dengan semua umpan balik tambahannya, dipertimbangkan," kata Westen.

Berbeda dengan para ilmuwan yang meneliti hal tersebut, Badan Meteorologi Inggris menyebut perubahan yang cepat para AMOC sangat tidak mungkin terjadi pada abad ke 21.

Kemudian dijelaskan dalam sebuah artikel ilmiah yang diunggah Science Advances bahwa penurunan yang lambat dapat menyebabkan keruntuhan mendadak dalam waktu kurang dari 100 tahun.

Dampak Kerusakan AMOC

Adapun dampak dari keruntuhan AMOC terhadap samudra adalah naiknya permukaan laut setinggi satu meter di beberapa wilayah. Kenaikan tinggi laut ini pun dapat membanjiri wilayah pesisir.

Dampak lainnya adalah musim hujan dan kemarau di Amazon dapat berubah. Tentunya hal tersebut dapat menjadikan hutan hujan semakin melemah.

"Yang mengejutkan kami adalah tingkat terjadinya tipping (ambang batas kritis)," kata Westen.

Ia mengatakan belum ada cukup data untuk mengatakan apakah ini akan terjadi pada tahun depan atau abad mendatang, tetapi ketika itu terjadi, perubahannya tidak dapat diubah kembali dalam skala waktu manusia .

"Kita perlu menanggapi perubahan iklim dengan lebih serius," tutupnya.




(cyu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads