Seorang dosen di Universitas Northwestern, AS, Joseph Epstein, yang telah mengajar selama 30 tahun, menyatakan bahwa pengalaman industri mungkin tidak cukup bagi seorang doktor di universitas.
Dalam artikel yang ditulisnya di Wall Street Journal, Epstein meragukan validitas gelar PhD, terutama di bidang humaniora. Ia mengkritik tren yang seolah-olah mewajibkan tokoh-tokoh penting untuk memiliki gelar tersebut.
Menurutnya, kondisi saat ini seolah mengharuskan individu penting memiliki gelar PhD, meski ia menyebutkan bahwa gelar tersebut terkadang dianggap sebagai penghalang kerja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya telah membaca artikel yang menyarankan bahwa gelar doktor bisa menjadi penghalang untuk pekerjaan, karena pemberi kerja melihat di dalamnya seseorang yang pasti gila untuk menghabiskan waktu bertahun-tahun belajar pada tingkat intensitas itu," kata Epstein dikutip dari situs Times Higher Education.
Kampus Mulai Melirik Praktisi Industri untuk Mengajar
Menurut Epstein, sekarang sudah semakin banyak universitas yang mencari praktisi industri tanpa gelar PhD untuk mengajar, dibanding dengan mereka yang punya latar belakang akademis yang mendalam.
Ada juga iklan yang menetapkan persyaratan bagi orang yang ditunjuk untuk menyelesaikan gelar PhD dalam waktu 5 tahun. Namun dalam praktiknya, banyak dosen yang tidak pernah memulainya.
"Saya bahkan pernah mendengar tentang seorang dosen universitas yang tidak memiliki gelar pertama, bagaimana bisa saat guru sekolah menengah pun diharuskan memilikinya?" ujar Epstein.
Meskipun demikian, Epstein menekankan bahwa mahasiswa yang diajar oleh praktisi industri bisa memperoleh manfaat yang relevan.
Gelar Doktoral vs. Pengalaman Industri dalam Pendidikan
Epstein mengungkapkan bahwa sulit untuk menilai tingkat pengalaman industri apa yang sepadan dengan gelar PhD. Apabila tokoh industri mendapatkannya dengan cara tradisional, itu memecahkan setidaknya satu masalah.
Namun, hal ini sering kali mengarah pada tuduhan keangkuhan intelektual (elitisme), dan wajar kalau kedua hal ini terus-menerus dipertanyakan.
"Ini bukan untuk mengatakan bahwa pakar industri tidak menyumbangkan penelitian yang berharga. Tapi, pada saat penelitian, utamanya dalam sains, tampak begitu penting dan pemerintah tampaknya memikirkan kembali pandangannya tentang para ahli, gelar PhD tampaknya lebih relevan dari sebelumnya," jelas Epstein.
Gelar PhD tetaplah penting untuk mempertahankan budaya penelitian yang dinamis. Terutama di era saat penelitian ilmiah sangat dihargai.
Epstein berpendapat bahwa gelar doktoral punya peran penting tidak hanya dalam penelitian dan komunikasi, tapi juga dalam pengajaran yang efektif.
(khq/fds)