Kenali Candi Sukuh yang Unik di Jawa Tengah: Sejarah dan Relief

ADVERTISEMENT

Kenali Candi Sukuh yang Unik di Jawa Tengah: Sejarah dan Relief

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Jumat, 30 Agu 2024 10:30 WIB
arca
Salah satu bagian relief Candi Sukuh Foto: (Wahyu/detikTravel)
Jakarta -

Candi Sukuh adalah salah satu candi yang berlokasi di lereng Gunung Lawu, Jawa Tengah. Kompleks candi ini berada tepat di lereng sebelah barat Gunung Lawu, di bukit yang ditempati para warga, yaitu Bukit Sukuh.

Candi Sukuh terletak pada ketinggian 910 mdpl dan berorientasi ke arah timur. Di kompleks Candi Sukuh merupakan daerah dengan suhu udara rata-rata 25 derajat Celcius.

Bentuk Candi Sukuh seperti tiga teras berundak yang berupa susunan teras halaman. Ketika memasuki Candi Sukuh, terdapat pintu masuk di sebelah barat yang berupa gapura berbentuk trapesium. Gapura ini menjadi yang terlengkap dibandingkan gapura lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Candi Sukuh

Candii Sukuh merupakan salah satu peninggalan terakhir Majapahit sebelum runtuh pada tahun 1478, ditandai dengan sengkalan 'Sirna Ilang Kertaning Bhumi'.

Candi ini ditahbiskan sebagai kuil Tantrik Siwaisme pada tahun 1440 Masehi, menjadi tanda puncak perkembangan kultus Bhima di Jawa dan filsafat hidup yang mendasarinya.

ADVERTISEMENT

Dikutip dari penelitian berjudul Simbolisme Relief Candi Sukuh oleh Drs Achmad Syafi'i MSn, Candi Sukuh ditemukan oleh seorang Residen Surakarta yang bernama Jeremiah Martin Johnson pada tahun 1815 saat masa pemerintahan Inggris. Saat ditemukan, candi tersebut dalam keadaan runtuh.

Candi Sukuh dibangun oleh keturunan keluarga aristokratis tua Kediri, yaitu Bhre Daha pada tahun 1437. Pembangunan candi ini menentang kebijakan penguasa kerajaan Majapahit saat itu, Dyah Suhita.

Pembangunan Candi Sukuh pun tidak megah dan monumental karena prosesnya yang tergesa-gesa. Penyebab utamanya adalah kebutuhan mendesak candi untuk tempat pemujaan dan adanya situasi politik, ekonomi serta perdagangan menjelang keruntuhan Majapahit.

Candi ini juga terlihat tidak mendapat banyak pengaruh agama Hindu dan cenderung berkonsep unsur Indonesia asli, yaitu prasejarah.

Relief Candi Sukuh

Menurut Kamus Istilah Arkeologi I karya Ayatrohaedi dkk, relief adalah gambar dalam bentuk ukiran yang dipahat. Relief yang dipahatkan pada candi biasanya mengandung suatu arti atau melukiskan suatu peristiwa atau cerita tertentu.

Secara garis besar relief-relief yang terpahat di candi Sukuh terbagi menjadi enam yaitu Fragmen Garudeya, Fragmen Sudhamala, Fragmen Bima Bungkus, Samuderamantana, Nawaruci, dan adegan pandai besi.

1. Fragmen Garudeya

Relief ini terletak di depan bangunan utama agak ke selatan, pada sudut kiri atas terdapat prasasti dalam huruf dan bahasa Kawi berbunyi padamel rikang buku tirta sunya =1361 Saka. Pemahatan relief ini bersumber dari Kitab Mahabharata bagian pertama (Adiparwa)

2. Fragmen Sudhamala

Relief ini terletak di bagian selatan pelataran teras ketiga dan bersumber dari Kidung Sudhamala. Cerita Sudamala mengisahkan tentang Sadhewa, salah satu dari satria kembar di antara kelima satria Pandawa, yang berhasil meruwat (menghilangkan kutukan) dalam diri Dewi Uma, istri Bathara Guru.

3. Fragmen Bima Bungkus

Kisah Dewi Kunti melahirkan bayi Bima di hutan Mandalasana. Anehnya bayi Bima terlahir masih terbungkus kulit ari yang luar biasa kuat, liat dan tak bisa sobek.

Cerita ini merupakan merupakan proses penggemblengan dari para dewa agar Bima nantinya akan menjadi ksatria sejati penegak dharma.

4. Fragmen Nawaruci / Bima Suci

Relief Nawaruci / Bima Suci atau yang terpahat di candi sukuh merupakan sebuah cerita yang bersumber dari Kitab Nawaruci atau disebut juga Kitab Sang Hyang Tattwajnana karya Empu Siwamurti, ditulis antara tahun 1500- 1619 Masehi menggunakan bahasa Jawa Tengahan yaitu bahasa yang muncul saat kejayaan Majapahit.

Fragmen ini mengisahkan Bima mencari tirta pawitra sari (air suci) atas petunjuk Durna, guru dari Pandawa.

Dikutip dari buku Menggamit Minat Warisan Budaya Lereng Gunung Lawu karya Bambang Sulistyanto, relief yang terpahat di candi Sukuh dapat dikategorikan ke dalam relief gaya klasik muda yaitu yang berkembang dari abad ke-11 sampai dengan abad ke-15 Masehi.

Setiap gaya relief memiliki ciri khas masing-masing dan ciri penggambaran relief akhir Majapahit adalah sebagai berikut,

1. Relief digambarkan dalam bentuk rendah (bas relief), pengerjaan relief hanya pada ΒΌ dari ketebalan media yang umumnya balok batu.

2. Penggambaran figur manusia, hewan, dan tumbuhan bersifat simbolis, artinya tidak seperti apa adanya (naturalis). Penggambaran figur kerap kali tidak proporsional, kaku, bahkan sangat mirip dengan wayang kulit.

3. Tokoh-tokoh sering digambarkan menghadap ke samping, sebagaimana layaknya wayang kulit, keadaan demikian lazim disebut dengan en-profile

4. Adanya kecenderungan untuk mengisi seluruh panel dengan berbagai bentuk lain di luar tokoh - tokoh utama.

Menurut Stutterheim, Candi Sukuh dipahat oleh seorang ahli pemahat kayu, bukan pemahat batu seperti candi lainnya, dan bukan merupakan para empu istana, melainkan orang biasa yang berasal dari pedesaan.

Pada pintu masuk candi berupa gapura dengan pipi gapura terletak beberapa relief yang diduga sebagai sengkalan memet, yaitu penanda yang digambarkan berupa patung, gambar, pusaka, atau kereta, yang mewakili suatu ekspresi untuk menyampaikan maksud tertentu.

Di ruang dalam gapura, terdapat pahatan yang ikonik di lantainya yang menggambarkan phallus dan vagina berbentuk realistis, yang hampir bersentuhan satu sama lain.

Pahatan tersebut melambangkan kesuburan, yang mana berarti bersatunya lingga (kelamin perempuan) dan yoni (kelamin laki-laki).

Di sekeliling pahatan diberi pagar yang membuat gapura sulit dilalui. Maksud dibangunnya diyakini bahwa pahatan tersebut memiliki fungsi sebagai suwuk atau mantra/obat untuk menyembuhkan atau menghilangkan segala kotoran yang melekat di hati.

Kemungkinan, bangunan Candi Sukuh pada zamannya digunakan untuk menyirnakan segala keburukan hati dan pikiran di tubuh begitu seseorang memasuki lingkungan candi.




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads