BMKG: Pembahasan 2 Gempa Megathrust RI Bukan Peringatan Dini, Tapi untuk Mitigasi

ADVERTISEMENT

BMKG: Pembahasan 2 Gempa Megathrust RI Bukan Peringatan Dini, Tapi untuk Mitigasi

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 16 Agu 2024 12:30 WIB
Peta zona megathrust di Indonesia
Peta zona megathrust di Indonesia. Foto: BMKG
Jakarta -

Belakangan ramai dibahas gempa di dua megathrust di Indonesia tinggal menunggu waktu. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau agar masyarakat tidak panik.

"Potensi itu memang ada, namun yang perlu kita perhatikan adalah langkah mitigasi apa yang bisa kita upayakan," pesan BMKG melalui Instagram resmi Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, dikutip Jumat (16/8/2024).

Pembahasan soal potensi gempa di zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sudah ada sejak sebelum gempa dan tsunami Aceh pada 2004.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukan Berarti Akan Terjadi dalam Waktu Dekat

Pada pengamatan terhadap gempa, dikenal istilah seismic gap yang artinya adalah zona kekosongan gempa besar.

BMKG menegaskan pembahasan potensi gempa megathrust sekarang ini bukanlah peringatan dini yang seakan-akan segera terjadi gempa besar dalam waktu dekat.

ADVERTISEMENT

"Kita hanya mengingatkan kembali keberadaan zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sebagai sebuah potensi yang diduga oleh para ahli sebagai zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang sudah berlangsung selama ratusan tahun," jelas Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono melalui sumber yang sama.

Daryono menyebut seismic gap ini memang harus kita waspadai karena bisa melepaskan energi gempa signifikan yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

Kenapa Disebut "Tinggal Menunggu Waktu"?

Gempa megathrust di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut disebut "tinggal menunggu waktu" dikarenakan kedua wilayah itu sudah ratusan tahun belum mengalami gempa besar. Namun, hal ini bukan berarti akan segera terjadi gempa dalam waktu dekat.

Daryono mengatakan, kedua gempa tersebut dikatakan "tinggal menunggu waktu" karena segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah semuanya merilis gempa. Sementara, gempa zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut hingga kini belum terjadi.

Daryono menegaskan sampai saat ini belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa tepat dan akurat mampu memprediksi terjadinya gempa dari segi, kapan, di mana, dan berapa kekuatannya.

"Sehingga kita semua juga tidak tahu kapan gempa akan terjadi, sekalipun tahu potensinya," kata dia.

Daryono menekankan informasi potensi gempa megathrust yang tengah berkembang sekarang ini bukanlah prediksi atau peringatan dini.

"Sekali lagi, informasi potensi gempa megathrust yang berkembang saat ini sama sekali bukanlah prediksi atau peringatan dini, sehingga jangan dimaknai secara keliru, seolah akan terjadi dalam waktu dekat," beber Daryono.

Dia mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan beraktivitas normal sebagaimana biasanya, seperti melaut, berdagang, juga berwisata di pantai.

"BMKG selalu siap memberikan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami dengan cepat dan akhirat," ujarnya.

Kapan Terakhir Gempa Selat Sunda dan Mentawai-Siberut?

Gempa besar terakhir di Tunjaman Nankai terjadi pada 1946, sehingga usia seismic gap-nya adalah 78 tahun.

Sementara, gempa besar terakhir di Selat Sunda terjadi pada 1757, sehingga usia seismic gap-nya 267 tahun. Adapun gempa besar terakhir di Mentawai-Siberut terjadi pada 1797, sehingga usia seismic gap-nya 227 tahun.

"Artinya kedua seismic gap kita periodisitasnya jauh lebih lama jika dibandingkan dengan seismic gap Nankai, sehingga mestinya kita jauh lebih serius dalam menyiapkan upaya-upaya mitigasinya," tegas Daryono.




(nah/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads