Tak Cuma Seru-seruan, Ini Sejarah dan Makna Lomba 17 Agustus

ADVERTISEMENT

Tak Cuma Seru-seruan, Ini Sejarah dan Makna Lomba 17 Agustus

Bayu Ardi Isnanto - detikEdu
Jumat, 16 Agu 2024 07:00 WIB
Kemeriahan menyambut HUT RI ke 72 tidak hanya terasa di tanah air. Bagi WNI di Tanzania, tradisi perayaan HUT RI lewat berbagai perlombaan juga dirasakan pada hari Minggu, 13 Agustus 2017 lewat digelarnya lomba-lomba seperti balap karung, bola voli dan tarik tambang yang digelar KBRI Dar es Salaam
Foto: KBRI Dar Es Salaam
Jakarta -

Setiap menjelang Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI), setiap kampung maupun institusi selalu menggelar aneka lomba. Sebenarnya apa sih hubungannya lomba 17-an dengan HUT RI?

Ternyata lomba 17-an ini tak sekadar buat seru-seruan, tetapi ada makna filosofis di balik itu. Simak dulu artikel ini untuk mengetahui sejarah dan makna lomba 17 Agustus.

Sejarah Lomba 17 Agustus

Berikut ini sejarah dari berbagai macam lomba yang sering digelar dalam peringatan HUT RI 17 Agustus:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Panjat Pinang

Taman Impian Jaya Ancol menggelar lomba panjat pinang kolosal untuk memeriahkan HUT ke-78 RI, Kamis (17/8/2023).Lomba panjat pinang Foto: Pradita Utama

Dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Heri Priyatmoko, mengatakan lomba panjat pinang sudah ada sejak sebelum masa kemerdekaan. Dia menyebut lomba ini pernah menjadi acara hiburan dalam pernikahan bangsawan.

Pernikahan tersebut terjadi pada 1920 antara putri Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono VII bernama Gusti Raden Ayu Mursudarijah yang kemudian bergelar Ratu Timur, dengan Pangeran Adipati Aryo Prangwedono yang kemudian disebut KGPAA Mangkunegara VII selaku penguasa Pura Mangkunegaran.

ADVERTISEMENT

"Acaranya tidak hanya tari-tarian, tetapi juga lomba memanjat pohon pinang yang diikuti masyarakat. Lomba ini membuat masyarakat senang dan terpingkal-pingkal. Jika ada anggapan panjat pinang menyimbolkan penguasa yang menginjak-injak rakyat kecil itu salah, justru ini bentuk gotong royong, hadiahnya pun dibagi seluruh anggota tim," kata Heri saat dihubungi detikcom, Selasa (13/8/2024).

2. Lomba Balap Karung

Sejumlah anak mengikuti lomba tradisional di Stasiun Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (18/8/2022). Lomba itu untuk memeriahkan HUT ke-77 RI.Lomba balap karung. Foto: Pradita Utama

Heri mengatakan lomba balap karung juga sudah ada sejak zaman Belanda. Hal ini dibuktikan dengan adanya foto koleksi Perpustakaan Reksopustoko Mangkunegaran yang menggambarkan para remaja anggota pramuka (padwinder) yang dibina Mangkunegara VII.

"Bahan goni ini pada masa itu terbilang sulit dijangkau masyarakat kecil, jadi kemungkinan hanya bisa dimainkan kelompok elite," ujar dia.

3. Tarik Tambang

Pertandingan tarik tambang Inggris Raya (kiri) melawan Swedia (kanan) pada Olimpiade Musim Panas 1912, 7 Juli 1912.Pertandingan tarik tambang Olimpiade Musim Panas 1912. Foto: Member of Swedish Press/The Official Report of the 1912 Summer Olympics via Wikimedia Commons

Seperti lomba balap karung yang menggunakan goni, bahan tambang dalam pertandingan tarik tambang ini juga dianggap mahal bagi kalangan rakyat kecil.

"Tambang dan karung sama-sama termasuk barang yang mahal saat itu. Masyarakat kecil cenderung menggunakan benda-benda yang mudah didapat, seperti bambu, belut, tanah liat, untuk menggelar lomba," kata Heri.

Ada juga fakta mengenai pertandingan tarik tambang alias tug of war yang juga pernah dimainkan dalam Olimpiade pada 1900 di Paris hingga 1920 di Antwerp. Bisa jadi lomba 17-an ini meniru pertandingan olahraga di Olimpiade tersebut.

4. Lomba Makan Kerupuk

Sejumlah pedagang berlomba adu cepat makan kerupuk di halaman pasar Kliwon Temanggung, Jawa Tengah, Kamis  (3/8/2023). Lomba adu cepat makan kerupuk tersebut untuk menyemarakkan HUT ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia sekaligus untuk menghibur pengunjung pasar . ANTARA FOTO/Anis Efizudin/hp.Lomba makan kerupuk. Foto: ANTARA FOTO/ANIS EFIZUDIN

Dalam situs IndonesiaBaik, dijelaskan lomba makan kerupuk sudah ada sejak zaman Belanda. Kerupuk pernah menjadi makanan pelengkap andalan bagi rakyat kecil saat masa krisis ekonomi 1930 sampai 1940-an.

Kemudian pada era 1950-an, lomba-lomba 17-an mulai bermunculan. Lomba makan kerupuk adalah salah satu yang dilombakan sebagai hiburan dan pengingat akan kesulitan di masa krisis ekonomi.

5. Lomba Egrang

Sejumlah anak bersiap bermain Tilalako atau egrang (engrang) di Desa Balane, Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (5/10/2023). Sebagian anak-anak di wilayah yang terletak di kaki barisan Pegunungan Gawalise itu, masih mempertahankan egrang sebagai permainan tradisional yang umumnya dimainkan oleh anak-anak pada kegiatan-kegiatan tertentu seperti lomba tingkat desa dan peringatan hari besar nasional. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/YUEgrang. Foto: ANTARA FOTO/BASRI MARZUKI

Egrang dahulu adalah sebutan untuk orang Belanda yang bertubuh tinggi. Sebutan ini sebagai ejekan dari warga pribumi. Bahan bambu pun mudah diperoleh rakyat kecil, sehingga dijadikan permainan masyarakat.

6. Lomba Balap Bakiak

Sejumlah siswa-siswi mengikuti lomba dalam rangka HUT ke-77 RI di SDN Semper Barat 13/14, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (16/8/2022).Lomba balap bakiak. Foto: Pradita Utama

Sebelum ada sandal karet, dahulu orang-orang mengenakan sandal dari kayu yang disebut terompah atau bakiak. Dikisahkan, sandal semacam ini berasal dari China 2 abad sebelum Masehi, yang kemudian penggunaannya menyebar ke negara Asia lain, termasuk Indonesia.

Dalam lomba 17-an, bakiak dimodifikasi menjadi panjang agar cukup dipakai bersama-sama untuk mengadu kekompakan tim dan melatih gotong royong.

Makna Lomba 17 Agustus

Bukan sekadar untuk bersenang-senang, berikut ini sejumlah makna filosofis dari lomba 17 Agustus:

1. Memacu Semangat Berjuang

Dalam sebuah perlombaan atau pertandingan tentu peserta akan berjuang untuk mendapatkan kemenangan. Bukan sekadar merebut hadiah, hal ini juga melatih semangat berjuang yang dulu juga dilakukan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan.

2. Memupuk Kerja Sama dan Gotong Royong

Banyak lomba yang dilakukan secara kelompok, sehingga memerlukan kekompakan. Hal ini dimaknai sebagai bentuk gotong royong yang sudah menjadi ciri khas bangsa Indonesia sejak zaman dahulu.

3. Meningkatkan Jiwa Nasionalisme

Dalam rangkaian acara HUT RI, seluruh kegiatan pasti dimeriahkan dengan lagu-lagu nasional dan pernak-pernik tentang Indonesia. Hal ini turut meningkatkan jiwa nasionalisme setiap masyarakat.

4. Menyambut HUT RI dengan Gembira

Terakhir, lomba-lomba 17-an sering kali menjadi hiburan bagi penonton maupun pesertanya. Lomba 17-an bisa dikatakan sebagai cara yang baik dan menggembirakan untuk menyambut HUT RI.

Demikian tadi sejarah dan makna lomba 17 Agustus yang selalu digelar setiap tahunnya. Jadi sudah tahu kan hubungan antara lomba 17-an dengan kemerdekaan Indonesia?




(bai/row)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads