Mengenal Janji Koiso, Komitmen Kemerdekaan yang Diberikan Jepang untuk Indonesia

ADVERTISEMENT

Mengenal Janji Koiso, Komitmen Kemerdekaan yang Diberikan Jepang untuk Indonesia

Devita Savitri - detikEdu
Selasa, 13 Agu 2024 17:00 WIB
Ir Soekarno saat memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia.
Benarkah kemerdekaan Indonesia hasil hadiah dari Jepang? Foto: Istimewa
Jakarta -

Bukan secara gratis, kemerdekaan Republik Indonesia (RI) adalah buah manis dari perjuangan para pahlawan untuk bebas dari segala bentuk penjajahan. Terlebih kita mengenal narasi bila Indonesia dijajah selama 350 tahun oleh Belanda dan 3,5 tahun oleh Jepang.

Bila ingin mengetahui secara lengkap perjuangan bangsa Indonesia untuk merdeka, detikers perlu menyelami sejarah. Kali ini, kita akan kembali ke bulan Juli 1945.

Mengutip buku Atlas Sejarah Indonesia Berita Proklamasi Kemerdekaan karya Dr Abdurakhman dan Dr Agus Setiawan, bulan Juli 1944 bisa menjadi cikal bakal kemerdekaan Indonesia. Pada waktu itu, Kepulauan Saipan berhasil direbut oleh pasukan Amerika.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini menimbulkan keguncangan di masyarakat Jepang, lantaran Kepulauan Saipan adalah pertahanan terakhir tentara Negeri Matahari Terbit itu di Pasifik. Situasinya kacau, manusia dan logistik perang telah hilang dalam jumlah besar.

Keadaan ini menyebabkan Kabinet Tojo jatuh dan diangkatnya Jenderal Kuniaki Koiso. Jenderal baru ini mengeluarkan pernyataan "Janji Kemerdekaan To Indo" atau yang dikenal juga dengan Janji Koiso.

ADVERTISEMENT

Respons Rakyat Indonesia

Janji ini tentu sangat menggembirakan rakyat dan para pemimpin pergerakan nasional Indonesia. Deklarasi Koiso juga berdampak pada terbukanya kesempatan berpolitik bagi pejuang termasuk Ir Soekarno.

Untuk menyambut berita ini, di berbagai kota besar Indonesia diadakan persiapan menyambut kemerdekaan. Di Jakarta rapat umum digelar dengan meriah.

Lagu Indonesia Raya yang sebelumnya dianggap mengancam boleh dinyanyikan. Bendera Merah Putih boleh dikibarkan bersama-sama dengan bendera Hinomaru (bendera Jepang).

Pada Desember 1944, diangkat beberapa tokoh Indonesia menjadi anggota Sanyo (sebuah jabatan sejajar dengan wakil) di tiap-tiap departemen. Setiap tokoh yang ada di jabatan ini kelak diangkat menjadi menteri ketika Indonesia merdeka.

Persiapan terus bergulir hingga masuk pada tahun yang penting, yakni 1945. Sebagai implementasi janji Koiso, pemerintah pendudukan Jepang di Jawa (Gunseikan), Letnan Jenderal Kumakici Harada mengumumkan langkah penting pada 1 Maret 1945.

Langkah ini adalah pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Lembaga ini akhirnya terbentuk pada 29 April 1945 melalui Maklumat Gunseikan pada 29 April 1945.

Susunan pengurus BPUPKI terdiri dari badan perundingan dan kantor tata usaha. Struktur badan perundingan terdiri dari seorang Kaico (ketua), dua orang Fuku Kaico (ketua muda), dan 60 orang anggota. Setiap anggota mewakili berbagai golongan dari Cina, Arab, dan peranakan Belanda.

Tidak hanya itu, BPUPKI juga memiliki anggota istimewa yang dikenal dengan Tokubetsu Lin sebanyak 8 orang. Seluruhnya dilantik oleh Letnan Jenderal Yuichiro Nagano yang menggantikan Kumakichi Harada pada 26 April 1945.

Pada awal pembukaan sidang pertama BPUPKI dilakukan pengibaran bendera Hinomaru oleh AK Pringgodigdo dan pengibaran Bendera Merah putih oleh Toyohiko Masuda. Peristiwa ini membangkitkan semangat para anggota BPUPKI untuk segera menyelesaikan persiapan kemerdekaan Indonesia.

Kemerdekaan Indonesia = Hadiah Jepang?

Meskipun ada pemantik dari Janji Kaiso, nyatanya kemerdekaan Indonesia bukan hadiah pemberian Jepang. Mengutip laman Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, kemerdekaan Indonesia adalah hasil kerja keras, pengorbanan, dan doa para pejuang.

Setelah dibombardir Amerika Serikat lewat bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, posisi Jepang semakin terdesak. Sehingga mereka perlu mencari dukungan, salah satunya dengan menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Sejarawan Taufik Abdullah, menjelaskan setidaknya ada tiga alasan dibalik janji kemerdekaan dari Jepang yakni:

1. Menarik simpati rakyat Indonesia. Sehingga ketika Jepang kalah perah, kemerdekaan Indonesia dianggap sebagai hadiah terakhir dari Jepang.

2. Jepang ingin mendapat dukungan politik dari Indonesia.

3. Jepang ingin mendapat keuntungan dari Indonesia mengingat negara kita kaya akan sumber daya alam, bahan baku, dan tenaga kerja yang sangat diperlukan Jepang dalam perang melawan sekutu.

Bila melihat rentetan peristiwa kemerdekaan Indonesia, usai Ir Soekarno dan Bung Hatta diculik golongan pemuda ke Rengasdengklok keduanya sempat menghadap Gunseikan. Mereka menanyakan kembali janji kemerdekaan yang pernah disampaikan pemerintah Jepang.

Namun, jawaban yang didapatkan kurang memuaskan karena Jepang sudah kalah perang dan harus menjaga status quo. Status quo mewajibkan Jepang menjaga Indonesia sebagai negara jajahan dan tidak mengubah keadaan.

Hal ini mengecewakan Soekarno dan tokoh bangsa lainnya. Sepulangnya dari Gunseikan ia menuju rumah Laksamana Maeda untuk merumuskan naskah proklamasi.

Hingga akhirnya teks proklamasi dibacakan oleh Soekarno yang didampingi oleh Mohammad Hatta di Pegangsaan Timur No. 56 pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00. Proklamasi akhirnya menandakan Indonesia telah menjadi negara yang berdaulat.




(det/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads