Organisasi kepramukaan Baden Powell mulanya dibawa oleh Belanda ke Nusantara ketika masa penjajahan. Wujudnya berupa organisasi kepanduan bernama Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda (Nederland Indische Padvinders Vereeniging (NIPV).
Kata padvinders merujuk pada istilah untuk organisasi Pramuka yang ada di Belanda, sebagaimana dikutip dari Sejarah Pramuka Indonesia dan Cikal Bakal Jambore Nasional: Seri Ensiklopedi Sejarah Pramuka oleh R Toto Sugiarto dkk.
Para pemimpin gerakan kemerdekaan menilai gerakan kepanduan dapat dimanfaatkan untuk membentuk karakter manusia Indonesia. Dari sanalah lalu muncul organisasi kepanduan yang mereka prakarsai. Beberapa di antaranya yaitu Sarekat Islam Afdeling Padvinderij dan Jong Java Padvinderij (JJP).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sri Sultan Hamengkubuwono IX pun aktif dalam kepramukaan prakemerdekaan Indonesia. Sosok yang lahir pada 12 April 1912 itu tercatat sebagai anggota welp atau siaga pada 1921.
Pandu siaga adalah jenjang kepramukaan paling dasar saat itu yang ditujukan bagi anak usia 6-11 tahun, sebagaimana dikatakan dalam Sejarah Gerakan Pramuka oleh Ferizal.
Menuju dewasa, Sri Sultan Hamengkubuwono IX aktif dalam kepanduan. Jelang 1960-an, dia menjadi pemimpin kepanduan yang disebut Pandu Agung.
Presiden Sukarno aktif berdiskusi dengannya mengenai penyatuan organisasi-organisasi kepanduan, pendirian gerakannya, serta pengembangannya.
Siapa yang Pertama Mencetuskan Nama Pramuka?
Tokoh yang mencetuskan nama Pramuka adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Istilah tersebut terinspirasi dari kata poromuko yang berarti pasukan terdepan dalam perang.
Istilah Pramuka kemudian menjadi singkatan untuk praja muda karana yang berarti jiwa muda yang gemar berkarya.
Organisasi Pramuka nasional resmi di Indonesia kemudian didasarkan pada Tap MPRS No II/MPRS/1960 pada 3 Desember 1960.
Presiden Sukarno membubarkan organisasi-organisasi kepanduan di Indonesia dan meleburnya menjadi Pramuka. Sukarno pun melantik Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Ka Kwarnas Pertama pada 14 Agustus 1961.
Raja Kasultanan Yogyakarta ke-9 itu dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka pertama itu pun resmi menjabat mulai 14 Agustus 1961. Tanggal 14 Agustus kemudian diperingati sebagai Hari Pramuka.
(nah/pal)