Orang tua mungkin sering mengucapkan kalimat secara spontan kepada anak, terlebih ketika mereka melakukan kesalahan. Ternyata ada beberapa kalimat kalimat yang sebetulnya tidak boleh diucapkan.
Kalimat-kalimat terlarang ini bisa membekas di pikiran anak jika sering diucapkan. Bahkan, kalimat tersebut bisa berpengaruh pada masa depan anak dan juga kesuksesan mereka di kemudian hari.
9 Kalimat Terlarang Orang Tua kepada Anak
Berikut ini 9 kalimat yang tidak boleh diucapkan orang tua kepada anak menurut para ahli, yang dikutip dari CNBC Indonesia dan CNBC Make It:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. "Jangan main sepulang sekolah sampai nilaimu meningkat"
Penulis dan pakar pengasuhan bernama Margot Machol Bisnow telah mewawancarai 70 orang tua di Amerika Serikat (AS) tentang komunikasi dengan anak mereka.
Salah satu kata yang dilarang adalah "Jangan main sepulang sekolah sampai nilaimu meningkat." Kata-kata ini bukan sekadar larangan, tetapi mengandung paksaan sekehendak orang tua.
Sebaiknya orang tua mendukung keinginan anak. Orang tua hanya perlu membantu mereka bersosialisasi dan membuat aturan atau kesepakatan. Dengan memberi kesempatan ini, anak bisa belajar membuat keputusan.
2. "Ayah ibu mengecek PR kamu karena tidak percaya/ingin bantu memperbaiki jika ada yang salah"
Kalimat terlarang lainnya adalah kalimat yang memberi kesan tidak percaya pada kemampuan anak. Sebaiknya orang tua tetap menunjukkan kepercayaan mereka kepada anak sambil meminta mereka memperbaiki kesalahan.
John Arrow, pemilik usaha desain produk Mutual Mobile di Amerika, bercerita dirinya pernah dimarahi kepala sekolah karena menjual surat kabar yang dia tulis hingga habis terjual di sekolah.
Orang tua John yang mengetahui kesalahan anaknya justru tertawa dan meminta John memperbaiki kesalahan itu.
"Mengetahui orang tua saya mendukung saya, bahkan ketika pihak sekolah menentang saya, justru ini membuat saya bekerja lebih keras untuk menunjukkan kepada mereka bahwa mereka sudah membuatkan keputusan yang benar karena mempercayai saya," ungkap John.
3. "Ayah/ibu akan memberi uang jika nilaimu bagus"
Kalimat ini mungkin bermaksud memotivasi anak. Tapi di balik itu, kalimat tersebut bisa membuat potensi anak menjadi layu seiring berkembangnya waktu.
Orang tua tidak boleh menjadikan patokan nilai dan prestasi untuk mendukung perkembangan anak. Sebab tidak semua anak lahir dengan kecerdasan tinggi.
Lebih baik orang tua fokus pada perkembangan anak, dibandingkan melihat nilai dan prestasi anak di sekolah saja.
4. "Ayah/ibu akan memberimu uang saku lebih agar bisa membeli apa saja yang kamu inginkan"
Kalimat ini terkesan memanjakan anak. Memang semua orang tua ingin memberikan yang terbaik dan mencukupi keinginan anaknya. Namun, yang paling penting adalah membuat mereka bertanggung jawab.
Jika semua hal langsung dipenuhi dengan mudah, maka anak bisa menjadi pemalas dan kurang termotivasi untuk berusaha. Jika hal ini dilakukan terus-menerus, maka anak bisa tumbuh besar tanpa kematangan emosional, sehingga sulit mengatasi masalah ketika dewasa.
5. "Kamu nakal sekali"
Menurut ahli saraf dan penulis buku How to Help Your Child Clean Up Their Mental Mess, Dr Caroline Leaf, kalimat "kamu nakal sekali" adalah kata-kata yang tidak boleh diucapkan.
Anak-anak masih belum memahami dirinya sendiri. Ketika mereka melakukan hal yang kamu anggap nakal atau menyulitkan, sebetulnya mereka sedang mengalami krisis identitas atau tidak memahami diri sendiri.
Janganlah berbicara dengan nada menuduh kepada mereka. Orang tua justru hadir dan siap memberikan bantuan jika anak kesulitan.
"Ini yang saya katakan, 'Sepertinya kamu frustasi dan tidak biasanya seperti ini. Ada yang bisa dibantu?" kata Leaf dikutip dari CNBC Make It.
6. "Kamu berlebihan!"
Ketika anak kesulitan atau menyampaikan keluhan, jangan mengatakan kalimat ini. Kalimat ini terkesan bahwa orang tua mengabaikan perasaan anak. Dan ini bisa berdampak negatif.
Leaf mengatakan sebaiknya ambil jeda sejenak untuk bernapas dan mengontrol emosinya. Lebih baik menahan bicara daripada mengucapkan kata tersebut.
"Saya mengontrol kontak mata dan menjaga bahasa tubuh, sebab anak-anak lebih baik dalam membaca isyarat nonverbal. Mereka cenderung diam jika merasa tidak aman untuk berbicara," terang Leaf.
7. "Tak seburuk itu kok. Kamu akan melewatinya"
Kalimat ini jangan diucapkan ketika anak-anak merasa sedang mengalami hal buruk. Leaf mengatakan kalimat ini termasuk bentuk invalidasi pengalaman.
Kata-kata semacam ini bisa membuat anak merasa bersalah saat memiliki emosi yang sebetulnya normal.
"Mereka dapat berpikir, ada yang salah dengan mereka karena memiliki perasaan semacam ini," kata Leaf.
Meski merasa berpengalaman, orang tua belum tentu pernah merasakan hal yang sama dengan pengalaman anak. Tetaplah antusias mendengar cerita mereka dan yakinkan mereka bahwa kamu selalu siap membantu.
"Sebagai orang tua, kita bukanlah ahli dalam pengalaman orang lain, termasuk dalam pengalaman anak-anak kita. Jika anak saya mencoba mengkomunikasikan yang mereka rasakan, maka saya akan merespons dengan sikap penasaran dan perhatian," imbuhnya.
"Saya mengatakan ini, 'Aku mendengarkanmu. Itu kedengarannya sulit! Apa yang bisa ibu bantu," ujarnya.
8. "Berhenti menangis!"
Menangis adalah mekanisme neurologis yang membantu mengatasi energi yang tertimbun dan terakumulasi dalam pikiran, otak, dan tubuh. Hal ini justru penting untuk mencegah penekanan emosi dan menjaga kesehatan mental.
Sebagai orang tua, janganlah meminta mereka berhenti menangis. Sebaliknya, ajak mereka jalan-jalan atau berkegiatan yang mengalihkan kesedihan mereka.
"Memberikan rasa nyaman dapat membantu menyelesaikan masalah, alih-alih membuatnya semakin terakumulasi," sebut Leaf.
9. "Ya karena aku bilang begitu"
Melarang anak melakukan sesuatu adalah hal yang mungkin dilakukan semua orang tua. Tetapi, orang tua harus berhati-hati ketika melarang.
Sampaikan larangan dengan penjelasan yang logis yang bisa dipahami anak. Bukan sekadar melarang karena orang tua merasa lebih berkuasa.
"Anak-anak melihat orang dewasa dalam hidup mereka untuk menalar dunia. Jadi, daripada memberi perintah, gunakan kesempatan ini untuk mengajarkan mereka menghadapi tantangan masa depan," ujarnya.
Misalnya ketika tidak ingin anaknya memanjat pohon, maka jelaskan bahwa kamu tidak ingin anakmu terjatuh yang berpotensi terluka.
Nah, itulah 9 kalimat terlarang diucapkan orang tua kepada anak yang bisa berpengaruh pada masa depan anak. Mulai sekarang harus pandai-pandai memilih kalimat, ya!
(row/row)