Biografi Laksamana Maeda dan Perannya terhadap Kemerdekaan Indonesia

ADVERTISEMENT

Biografi Laksamana Maeda dan Perannya terhadap Kemerdekaan Indonesia

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Senin, 05 Agu 2024 07:00 WIB
laksamana maeda di museum proklamasi
Potret Laksamana Maeda di Museum Proklamasi Foto: Detikcom
Jakarta -

Tahukah kamu sosok Laksamana Maeda, perwira Jepang yang rumahnya menjadi tempat perumusan teks proklamasi? Padahal kala itu Jepang tengah melakukan pendudukan pada Indonesia.

Namun, Laksamana Maeda bersedia membantu para pejuang dalam meraih kemerdekaan Indonesia.

Lantas, apa saja peran yang dilakukan Laksamana Maeda terhadap Indonesia?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Biografi Laksamana Maeda

Laksamana Maeda Tadashi atau juga akrab disebut Laksamana Muda Maeda adalah seorang perwira Angkatan Laut Jepang di Hindia Belanda pada masa Perang Pasifik.

Ia lahir pada 3 Maret 1898 di Kagoshima, Jepang. Laksamana meninggal pada tanggal 13 Desember 1977.

ADVERTISEMENT

Laksamana Maeda merupakan orang pertama yang mengonfirmasi penyerahan tanpa syarat Jepang kepada Soekarno-Hatta.

Awalnya, Maeda menjadi staf khusus seksi urusan Eropa selama 1,5 tahun sebelum akhirnya ditugaskan ke Markas Angkatan Laut Ōminato sekitar tahun 1932-1934.

Laksamana juga pernah bertugas sebagai atase Angkatan Laut di Belanda dan mengumpulkan informasi intelijen selama kunjungan misi Kobayashi di Batavia pada Oktober 1940.

Kemudian, pada Agustus 1942, ia diangkat sebagai kepala Kaigun Bukanfu, yaitu kantor penghubung Angkatan Laut dengan Tentara ke-16 Jepang di Jawa.


Apa Peran Laksamana Maeda?

Sosok Maeda begitu peduli terhadap Indonesia dalam meraih kemerdekaannya. Banyak peran yang ia lakukan meskipun tengah mengemban tugas di Angkatan Laut Jepang.

Dikutip dari buku Sayonara, Saudara Tua! oleh Direktorat Sejarah, Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Laksamana Maeda melanggar perintah komando Angkatan Perang Sekutu untuk mempertahankan status quo.

Ia justru melindungi para wakil Indonesia dari pemerintahan militer Angkatan Darat yang memilih menjaga status quo hingga kedatangan sekutu di Indonesia.

Maeda juga bersedia menjadikan rumahnya sebagai tempat perumusan teks proklamasi. Rumahnya ada di Jalan Imam Bonjol No 1 yang dianggap bebas tekanan.

Di sana, dilakukan penyusunan naskah proklamasi oleh Soekarno, Hatta, Achmad Soebardjo, Sukarni, Sudiro, Sajuti Melik, dan BM Diah.

Beberapa kali Laksamana Maeda melakukan intervensi untuk mencegah Kempeitai bertindak keras terhadap aktivitas yang dianggap menyimpang di kalangan kaum nasionalis yang berada di bawah organisasi Bukanfu.

Maeda juga memberikan dukungan dana dari kas Angkatan Laut untuk beberapa perjalanan muhibah yang dilakukan oleh Soekarno dan Hatta ke berbagai wilayah di Indonesia.

Pasca kekalahan Jepang dalam perangnya, Laksamana Maeda meminta jaminan keselamatan kepada bangsa Indonesia agar tentara yang akan dipulangkan ke Jepang dapat terlindungi.

Asrama Indonesia Merdeka yang Didirikan Laksamana Maeda

Selain itu, dalam perannya mendukung Indonesia, Laksamana mendirikan Asrama Indonesia Merdeka atau Dokuritsu Juku yang berarti Sekolah Kemerdekaan.

Dikutip dari artikel berjudul Asrama Indonesia Merdeka sebagai Pembentuk Kader Muda Indonesia oleh Afifah Jasmine Krisdintami dkk, asrama yang didirikannya digunakan untuk melakukan kaderisasi terhadap para pemuda Indonesia.

Sehingga Indonesia dapat mempersiapkan kader-kader pemuda ketika tanah air merdeka, seperti pada "Janji Koiso" untuk memerdekakan Indonesia.

Akan ada pembentukan kader-kader politik muda Indonesia yang akan menjadi pemimpin berikutnya setelah Indonesia merdeka.

Latar belakang pembangunan asrama ini adalah pandangan Laksamana Maeda bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin-pemimpin cakap yang berasal dari generasi muda.

Berdasarkan keakraban secara personal antara keduanya, Laksamana pun mempercayakan Ahmad Soebardjo sebagai pengelola asrama itu, mengingat ia memiliki kesibukan sebagai penyokong dan pelindung Angkatan Laut Jepang.

Maeda yang begitu suportif dalam membantu Indonesia meraih kemerdekaannya. Hingga akhirnya ia ditangkap oleh sekutu dan dimasukkan ke penjara hingga 1947 karena dianggap berkhianat.

Pemerintah setempat pun membawa Maeda ke Mahkamah Militer, tetapi ia tak dinyatakan bersalah. Maeda pun dibebaskan dan berakhir mundur dari dunia politik maupun militer.

Laksamana Maeda pun hidup sebagai warga negara biasa.




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads