Olahraga lari kerap menjadi pilihan mudah untuk menyegarkan badan. Agar lebih mudah memantau kecepatan dan mengunggahnya di media sosial, para pelari banyak yang menggunakan aplikasi bernama Strava.
Strava juga memungkinkan pelari terhubung dengan komunitas global. Namun, di balik sportifitas dan pencapaian pribadi, muncul fenomena baru yang dikenal sebagai joki Strava.
Hudaniah selaku dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menjelaskan bahwa joki Strava adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang dibayar untuk menjalankan aktivitas olahraga atas nama orang lain di aplikasi Strava.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Fenomena ini mirip dengan praktik 'joki tugas' di dunia pendidikan, di mana seseorang membayar orang lain untuk menyelesaikan tugas atau ujian mereka," tambahnya dalam laman UMM dikutip Kamis (25/7/2024).
Alasan Orang-orang Memakai Jasa Joki Strava
Hudaniah meninjau fenomena ini dari sisi psikologis. Menurut keilmuan itu, salah satu dorongan utama di balik penggunaan Strava adalah kebutuhan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik setiap harinya.
Namun, seringkali pencapaian ini dibandingkan dengan orang lain. Fenomena ini menunjukkan betapa kuatnya dorongan untuk diakui dan dihargai oleh orang lain.
Lebih lanjut, media sosial memainkan peran penting dalam joki Strava. Dengan platform seperti Strava, setiap orang memiliki peluang untuk dilihat dan diapresiasi oleh komunitasnya.
"Setiap orang memiliki kebutuhan untuk need for exhibition, untuk diketahui kehadirannya dan mendapat pengakuan dari orang lain dengan harapan dapat diapresiasi positif. Sehingga, ini menciptakan peluang pasar bagi penjoki yang mana transaksi joki Strava dapat terjadi," jelas Kepala UPT. Bimbingan dan Konseling itu.
Fenomena joki Strava juga menunjukkan bagaimana media sosial menciptakan tekanan untuk memamerkan prestasi yang sebenarnya palsu.
Hudaniah menjelaskan fenomena ini semacam flexing (pamer) dalam bentuk laporan hasil olahraga. Menurutnya fenomena joki Strava sebatas angan-angan yang ingin diperlihatkan, tapi palsu.
Apabila ditinjau dari analisis teoritik tentang dinamika psikologis, menggunakan jasa joki Strava sebenarnya adalah bentuk manipulasi yang mencerminkan mekanisme pertahanan diri. Meraih prestasi dengan cara yang baik memang berat dan butuh perjuangan. Bagi sebagian orang, jalan pintas ini diambil karena malas atau karena memiliki uang lebih.
Pengguna Joki Strava Bakal Sering 'Ketakutan'
Tindakan ini membawa konsekuensi psikologis yang serius. Individu yang memanipulasi hasil, kemungkinan besar mengalami peningkatan kecemasan dan kekhawatiran "rahasia"nya akan diketahui orang lain.
Meski demikian Hudaniah menyatakan, fenomena joki Strava tidak akan bertahan lama, seperti halnya tren-tren yang pernah booming sebelumnya. Namun, penting bagi masyarakat untuk tidak tergoda oleh fenomena ini.
"Tujuan utama olahraga adalah untuk kesehatan, lakukanlah sebisa kita secara bertahap. Kita nggak harus membandingkan dengan orang yang starting point-nya di atas kita," pungkasnya.
(nir/nah)