Dua singa Afrika (Panthera leo) bersaudara baru-baru ini dilaporkan selamat setelah berenang dengan jarak lebih dari 1 km saat menyeberangi Terusan Kazinga, Uganda. Sungai tersebut dikenal berisi banyak predator seperti buaya (Crocodylis niloticus) dan kuda nil (Hippopotamus amphibius).
Peneliti memperkirakan kedua singa bersaudara tersebut terpaksa menggadaikan nyawa dengan berenang ke semenanjung seberang demi mencari singa betina yang sangat kurang di ekosistemnya, sedang memperebutkan wilayah dengan kawanan jantan lain, dan menghindari lewat jembatan kecil yang banyak manusia.
Peneliti dari Griffith University dan Northern Arizona University mendokumentasikan studi mereka dengan kamera berdefinisi tinggi (HD) dengan fitur pendeteksi panas yang dioperasikan dengan drone pada malam hari, di bawah pengawasan Uganda Wildlife Authority.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jacob Si Singa Berusia 10 Tahun
![]() |
Salah satu singa Afrika tersebut bernama Jacob. Singa berusia 10 tahun ini adalah ikon hewan setempat yang populer karena mampu bertahan hidup kendati mengalami sejumlah peristiwa berbahaya.
Jacob tercatat pernah ditanduk kerbau. Keluarganya juga diracun dalam perdagangan bagian tubuh singa. Ia juga pernah masuk jerat perangkap pemburu liar. Dalam perburuan liar lainnya, ia pernah terperangkap dalam perangkap baja sehingga salah satu kakinya harus diamputasi.
"Jacob punya perjalanan hidup paling mengesankan, benar-benar kucing bernyawa sembilan," kata Dr Alexander Braczkowski, kepala tim peneliti dari Centre for Planetary Health and Food Security, Griffith University, dikutip dari laman kampus.
Jacob dan Tibu Menyeberang Sungai yang Penuh Buaya & Kuda Nil
![]() |
![]() |
![]() |
Peneliti mengatakan jarak renang Jacob dan saudaranya, Tibu sepanjang lebih dari 1 km telah memecahkan rekor penyeberangan perairan oleh singa, seperti dikutip dari jurnal Ecology and Evolution.
Berdasarkan literatur dan siaran media sebelumnya, penyeberangan oleh singa hanya sejauh kurang dari 10 meter sampai 100 meter saja. Beberapa singa di antaranya tewas oleh buaya Nil.
Kamera pendeteksi panas HD sendiri merekam Jacob dan saudaranya, Tibu sedang diikuti predator saat menyeberangi kanal. Namun untungnya, ia berhasil selamat dan naik ke daratan.
"Fakta bahwa ia dan saudaranya, Tibu, berhasil bertahan hidup sejauh ini di taman nasional yang tidak lepas dari alih fungsi lahan dan fragmentasi hutan oleh manusia, serta tingkat perburuan liar tinggi juga merupakan sebuah prestasi sendiri. Sepengetahuan kami saja, populasinya berkurang hampir setengahnya hanya dalam 5 tahun," papar Braczkowski.
"Penyeberangannya melintasi terusan yang penuh kuda nil dan buaya adalah pemecahan rekor, dan merupakan wujud ketangguhan dalam menghadapi risiko besar (kematian)," imbuhnya.
Kurangnya Singa Betina
Brackowzki memperkirakan singa bersaudara Jacob dan Tibu terpaksa berenang menyeberangi terusan pada malam hari demi mencari betina di daratan seberang.
Ia menjelaskan, kompetisi untuk menarik singa betina di taman nasional sangat ketat. Kedua saudara singa kalah dalam pertarungan merebutkan perhatian singa betina beberapa jam sebelum peristiwa berenang itu terjadi.
"Karena itu, kemungkinan kedua singa ini memutuskan untuk melakukan perjalanan berisiko itu untuk mendapatkan singa betina di seberang terusan," terangnya.
"Memang ada jembatan kecil penghubung kedua sisi terusan itu, tapi kehadiran manusia mungkin menurut mereka jadi penghalang," ucapnya.
Hasil penelitian ini menyorot ketimpangan rasio singa jantan dan betina pada populasi singa. Diperkirakan, kurang dari 40 singa betina yang tersisa di wilayah seluas 2.500 km2 tersebut.
"Renang jarak jauh Jacob dan Tibu merupakan contoh penting lainnya bahwa beberapa spesies satwa liar yang paling kita cintai harus membuat keputusan sulit hanya untuk menemukan rumah dan pasangan di dunia mereka yang didominasi manusia," pungkas Braczkowski.
(twu/faz)