Viral dulu atau jago dulu? Pertanyaan ini mencuat dalam personal branding di Young On Top National Conference (YOTNC) 2024 di Balai Kartini, Jakarta (13/7/2024).
Merespons pertanyaan ini, pendiri dan CEO Piabo Tilo Bonow mengatakan ada sejumlah hal yang bisa dipastikan sebelum memilih antara menjajal peluang viral dan menjadi jago di bidang yang ditekuni.
Pertama, pastikan untuk menggunakan platform yang secara personal nyaman dipakai, misalnya TikTok atau Instagram. Kemudian, pastikan untuk memiliki mentor sebagai tempat diskusi dan bertanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bonow berpendapat, sebelum menjadi ahli di bidangnya, tidak salah untuk membuat konten dokumenter keseharian sebagai awal branding. Isinya bisa tentang orang-orang yang kita temui, tempat yang kita kunjungi, dan lainnya. Namun, pastikan untuk tidak mengekspos hal-hal yang tidak ingin kelak muncul di media.
"Jangan pos apapun yang kamu nggak mau suatu hari nanti muncul di, misalnya, di papan reklame jalan. Atau ingat ibumu, kalau dia lihat, kamu malu, nggak? Itu juga cara nge-filter konten dengan baik," ucapnya.
Jika ragu atau insecure soal keamanan sebuah konten untuk brand kita di masa depan, ia menyarankan untuk ambil waktu sebelum mengeposnya ke media sosial.
"Tinggalkan semalam, pikirkan apakah kamu masih beranggapan kayaknya itu konten bagus buat dipos," ucapnya.
Konten = Lamaran Kerja Masa Kini
Bonow juga merespons pertanyaan soal keraguan Generasi Z untuk mengepos konten personal branding di media sosial imbas praktik social media tracking yang dilakukan sejumlah perekrut.
Menanggapi soal ini, ia menekankan pentingnya untuk tetap berkonten branding. Bonow mengatakan konten di media sosial adalah bentuk lamaran kerja masa kini.
Terkait apa yang dipos, apa yang ditampilkan dalam konten, dan bagaimana seseorang Generasi Z menampilkan diri pada konten-konten, menurutnya dapat diselaraskan dengan aspirasi karier ke depan.
Pada konten-konten tersebut, ia menyarankan agar menampilkan minat dan kepakaran pada topik tertentu secara konsisten. Cara ini menurutnya tidak hanya membuat si pemilik konten dilirik, tetapi juga direkrut.
"Ini menunjukkan bahwa sosok kamu sangat mau dikaitkan dengan topik itu. Untuk itu, saya mendorong untuk tidak berhenti mengepos konten-konten tersebut," ucapnya.
Ia menegaskan, dalam berkonten branding, pastikan agar saat di-Google, siapapun di internet bisa menemukan hal-hal tentang kita yang bisa mendukung dan meningkatkan karier secara langsung maupun tidak langsung.
"Itu harus jadi tujuannya. Karena itu, penting untuk kamu bisa menyampaikan pesan yang jelas, dengan poin-poin komunikasi yang jelas, yang menyatakan bahwa kamu mengambil sikap (atas hal-hal di bidangmu)," ucapnya.
"Dan kamu juga harus jelas soal jalur yang kamu inginkan di karier. Jadi saya sarankan, tetap pos dan be visible. Visibilitas membuka kesempatan, tetapi lakukan dengan cara yang benar-benar menarik dan menjadi magnet untuk pemberi kerja yang kamu inginkan untuk jenjang kariermu selanjutnya," sambung Bonow.
Untuk bisa konsisten dengan personal branding di bidang tertentu, ia menekankan pentingnya memiliki purpose atau tujuan diri. Bekal ini menurutnya penting untuk menjadi percaya diri, membagikan pemikiran, dan dilihat oleh masyarakat maupun pemberi kerja.
(twu/nwy)