Gengsi tak jadi momok pikiran bagi sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri ini. Pekerjaan kerah biru mulai dari petugas kebersihan sampai asisten rumah tangga (ART) yang mereka tekuni bisa menghidupinya di negeri orang.
Dea Rachma salah satunya. Lulusan D3 Pariwisata dan D4 Bisnis Perjalanan Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan predikat cum laude ini semula kuliah sambil bekerja di hotel bintang lima Yogyakarta. Berbekal saran untuk mendapat Work Holiday Visa (WHV) Australia, ia pun mencari tahu lebih lanjut peluang kerja di sana pada awal 2022.
"Aku memang ingin kerja di luar negeri sejak lama, sejak aku lulus SMA, Oleh karena itu, aku ambil jurusan Pariwisata dan menekuni bidang perhotelan, karena aku pengen kerja di luar negeri," ucapnya pada Wolipop.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hingga akhirnya aku mulai research sendiri, dan baru mendapatkan surat dukungan Work Holiday Visa (WHV) dari Ditjen Imigrasi di bulan November 2022. Untuk Visa WHV-ku sendiri, baru aku dapatkan bulan Februari 2023. Dan aku baru berangkat ke Australia akhir bulan Mei 2023," jelasnya.
Di Perth, Australia, Dea menekuni pekerjaannya sebagai petugas cleaning service. Kisahnya viral, sebagian netizen menyayangkan capaian akademik dan pilihan pekerjaannya. Kendati demikian, Dea mantap dengan pilihannya.
"Cerita di balik reels aku, aku peruntukkan buat orang-orang yang memandang sebelah mata pekerjaanku sebagai cleaner, apalagi ketika mereka tahu aku lulusan UGM, banyak yang 'menyayangkan' hal tersebut," ucapnya.
"Kuliah juga membantu kita untuk membentuk cara berpikir kita. Dan tidak ada pekerjaan yang rendah, semua pekerjaan itu mulia selama pekerjaan itu tidak menyakiti orang lain, dan tidak mencuri hak orang lain. Salah satu syarat untuk mendapatkan visa WHV sendiri yaitu minimal lulus pendidikan D3/ S1 atau sedang berkuliah semester 4," jelas Dea.
Dalam laman Seek Australia, kisaran rata-rata gaji petugas cleaning service di negeri kanguru yakni AUD 55 ribu - 65 ribu, atau sekitar AUD 4.500 - 5.400 per bulan. Jika dirupiahkan dengan kurs Rp 10.989/AUD, maka gajinya setara Rp 49,4 juta per bulan.
Melansir laman StudyPerth, Fair Work Commission Pemerintah Australia menyatakan Upah Minimum Nasional Australia per 1 Juli 2024 bagi pekerja penuh waktu naik dari AUD 882,8 menjadi AUD 915 per minggu. Jika dihitung, maka UMP per bulannya yakni sekitar AUD 3.660 atau Rp 40,1 juta.
Pekerja Migran Kuliah dan Kerja di Hong Kong
Di Hong Kong, sejumlah pekerja migran Indonesia (PMI) resmi bahkan kuliah jarak jauh setelah bekerja seharian. Mereka kebanyakan memilih Universitas Terbuka (UT).
"Beberapa dari mereka berhasil lulus, dan menjalani wisuda di Hong Kong, bahkan ada tiga yang cum laude," kata Konsul Jenderal RI di Hong Kong, Yul Edison.
Sejumlah PMI di Hong Kong juga mulai belajar melalui Binus MOOC (Massive Open Online Courses). Adanya rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) memungkinkan PMI yang tidak lulus SMA tapi Kejar Paket C diakui riwayat belajarnya dan masuk SKS.
"Kurang dari 20 orang PMI di Hong Kong masuk Binus MOOC. Dari data ambil Manajemen, Bisnis dan Sistem Informasi. Lagi pula biaya untuk kuliah online ini terbilang cukup murah," tutur Vice President of Binus Higher Education dan mantan rektor Binus University 2018-2023, Prof Harjanto Prabowo, seperti ditulis dalam detikEdu baru-baru ini.
Standar gaji PMI yang bekerja di sektor domestik tersebut mulai HKD 5.000 (Rp 10,4 juta) serta uang makan sekitar HKD 1.200 (Rp 2,5 juta) per bulan. PMI yang lebih senior dan berpengalaman dapat memperoleh gaji bisa memperoleh sekitar HKD 7.000 atau sekitar Rp 14,6 juta.
Penghasilan kurang dari HKD 10 ribu per bulan di Hong Kong tergolong rendah, sedangkan HKD 10 ribu-20 ribu menengah. Baru penghasilan HKD 20.000 ke atas yang masuk kategori tinggi. Kendati demikian, gaji yang didapat PMI tidak terpotong biaya sewa hunian karena peraturan mewajibkan majikan memberi tumpangan bagi PMI di rumahnya.
Kerja Petik Buah di Inggris
20 Tenaga kerja dari Indonesia berangkat ke Inggris pada Selasa (7/5/2024) lalu. Salah satunya Raka Kristiyadi, sarjana agribisnis dengan pengalaman kerja di sektor keuangan hingga menjadi moderator konten TikTok.
Di Inggris, ia bekerja memetik buah di perkebunan dengan skema kerja musiman. Pilihan ini diambilnya dengan pertimbangan keuangan.
"(Faktor) uang memang sudah tidak dipungkiri lagi karena gajinya dalam mata uang poundsterling dan setelah saya hitung-hitung, Alhamdulillah. Cukuplah, Insya Allah," ungkap Raka dalam percakapan jarak jauh dengan wartawan Rohmatin Bonasir yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, pada Kamis (18/4/2024).
Sedangkan Pinkan Lydia Christien kembali ke Inggris pada 2024 setelah perdana menjadi pemetik buah di sana pada 2022. Berbeda dengan rekrutmen pertama, ia menuturkan kali ini dirinya dites bahasa Inggris, pengetahuan tentang pertanian, dan hal-hal terkait pekerjaannya nanti.
"Yang perdana tidak ada yang begitu. Langsung daftar, mengajukan permohonan visa dan selanjutnya jika semua dokumen dinyatakan lolos dan dapat visa maka berangkat," jelasnya.
Keputusan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) mengatur bahwa biaya penempatan PMI di Inggris kurang dari Rp 40 juta. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan para PMI dalam pengiriman tenaga kerja pada 2022.
"Untuk penempatan pertama, saya sendiri mengeluarkan biaya sampai Rp 55 juta. Itu di luar biaya lain-lain yang kecil-kecil. Kalau sekarang hanya Rp 33 juta," tutur perempuan yang tinggal di Jakarta tersebut.
PMI di Inggris bekerja selama enam bulan pada 2024 dengan gaji Β£11.44 atau sekitar Rp 225 ribu per jam. Angka tersebut sesuai dengan standar upah minimum setempat. Gaji yang diperoleh PMI ini belum dipotong pajak pendapatan 20% dan biaya makan, tinggal, transportasi, dan kebutuhan pribadi. Mereka juga harus mematuhi aturan kembali ke negara asal izin kerja berakhir setiap periodenya.
Gaji Pekerja Kerah Biru Lebih Tinggi dari Kerah Putih?
Melansir Forbes, gaji pekerja kerah biru bisa lebih tinggi daripada gaji pekerja kerah putih.
Di rentang terbawah, gaji pekerja kerah biru berkisar USD 15 ribu - USD 35 ribu (Rp 245 juta - Rp 571 juta) per tahun. Rentang gaji ini biasanya didapat kasir, petugas layanan makanan, petugas kebersihan, buruh harian, satpam, dan pengemudi Uber atau Lyft.
Di rentang menengah, pekerja kerah biru bisa menghasilkan USD 35 sampai lebih dari USD 55 ribu (Rp 571 juta sampai lebih dari Rp 898 juta), terkadang sampai ratusan ribu dolar Amerika per tahun. Rentang gaji ini biasanya diperoleh pengemudi truk, tukang ledeng, teknisi listrik, tukang kayu, teknisi pemanas atau pendingin udara, tukang reparasi otomotif, tukang las, masinis, hingga pengemudi bus.
Sedangkan pekerja kerah biru dengan rentang gaji tertinggi bisa mendapatkan USD 55 ribu sampai lebih dari USD 100 ribu (Rp 898 juta sampai lebih dari Rp 1,6 miliar) per tahun. Mereka biasanya adalah seorang petugas mekanik lift, pengemudi pos UPS, petugas instalasi listrik, teknisi nuklir, pengebor minyak, operator sistem pompa minyak, dan lain-lain.
Sementara itu pekerjaan kerah putih antara lain pengacara, software engineer, dan akuntan. Gaji level pemula per tahunnya bisa lebih tinggi dari pekerja kerah biru, sekitar mulai USD 45 ribu (Rp 735 juta) per tahun, dan level senior lebih dari USD 150 ribu (Rp 2,4 miliar per tahun). Namun, perbedaan skill set antara pekerjaan kerah biru dan kerah putih menjadikan pekerja kerah putih bisa mendapat gaji lebih besar.
Kepindahan warga AS dengan kemampuan ekonomi menengah ke atas dari negara bagian berpajak tinggi ke negara bagian berpajak rendah juga meningkatkan permintaan atas pekerja domestik, yang ujung-ujungnya meningkatkan gaji pekerja kerah biru tersebut.
Contohnya, kepindahan warga New York yang berkecukupan ke Florida akan diiringi dengan pencarian ART housekeeper, pengasuh anak (nanny), koki, hingga manajer perumahan. Naiknya permintaan ini mendorong naiknya gaji pekerja kerah biru setempat yang berpengalaman.
Berdasarkan data CNBC, housekeeper berpengalaman di kawasan makmur Florida, misalnya, juga bisa mengantongi gaji USD 150 ribu per tahun. Jasanya dihargai USD 40 - USD 50 (Rp 653 ribu - Rp 816 ribu) per jam.
Gen Z Pilih Pekerjaan Kerah Biru?
Fenomena Generasi Z memilih pekerjaan kerah biru dibandingkan kerah putih juga terpotret dari hasil survei Intelligent. Melansir Forbes, sekitar 32% responden Generasi Z berencana bekerja di pekerjaan-pekerjaan kerah biru alih-alih posisi prestisius di pekerjaan kerah putih.
Fenomena 'tenaga kerja kerah baru' ini diperkirakan menguat seiring pergeseran perspektif masyarakat sejak pandemi. Berdasarkan survei global Deloitte, Generasi Z menyadari kesulitan ekonomi yang terjadi, khususnya saat pandemi.
Berangkat dari masa tersebut, muncul kecenderungan untuk berhemat dan menjajal pelatihan dan magang lebih cepat. Cara-cara ini menjadi alternatif lebih murah daripada kuliah empat tahun. Terlebih, praktik student loan (pinjaman pendidikan) di AS dipandang sebagai jebakan keuangan yang lebih baik dihindari.
Alhasil, pekerjaan-pekerjaan kerah biru menjadi pilihan realistis. Posisi teknisi listrik, ledeng, teknisi pemanas dan pendingin ruangan, teknisi otomotif, dan petugas pengelasan menjadi beberapa yang diminati Generasi Z.
(twu/nwy)