Danau Kelimutu adalah danau kawah yang berada di puncak gunung berapi yang terletak di Nusa Tenggara Timur (NTT). Danau ini sempat ramai diperbincangkan karena warnanya berubah menjadi cokelat kehitaman.
Bagaimana warna danau ini sebelumnya? Dibalik warnanya yang bervariasi dan unik, simak juga legenda menariknya yang terkenal angker!
Letak Danau Kelimutu
Danau Kelimutu terletak di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Danau ini terletak di Gunung Kelimutu, dengan gunung yang memiliki total 3 danau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gunung berapi tersebut memiliki ketinggian 1640 mdpl dan merupakan bagian daerah cagar alam seluas kurang lebih 500 ha.
Dikutip dari Taman Nasional Kelimutu, Danau Kelimutu memiliki luas kurang lebih 1,05 juta meter persegi dengan volume air 1.292 juta meter kubik.
Jarak antara bibir danau dengan muka air sekitar 50 m dengan luas berkisar 4 ha. Air kawah memiliki warna yang konstan dari 1997 dan antara 2002 - 2006 yaitu merah kecokelatan.
Pada 1997 warna air kawah sempat berubah merah hati/hijau botol. Lalu pada 2002 berubah warna, yaitu hijau pupus dan merah marun. Kemudian, pada 2003 dan 2004 sempat terjadi perubahan warna menjadi hijau pupus.
Sejarah Danau Kelimutu
Dulunya, danau ini ditemukan oleh orang Belanda bernama Van Such Telen pada 1915. Keindahan Danau Kelimutu dikenal setelah Y Boumen menuliskannya pada karyanya tahun .
Sejak saat itu, banyak wisatawan asing berdatangan ke Danau Kelimutu yang terkenal angker oleh masyarakat setempat. Kedatangan para wisatawan tak hanya untuk menikmati keindahannya saja, tetapi juga sebagai hiburan bagi mereka.
Kawasan Kelimutu pun ditetapkan menjadi kawasan konservasi alam nasional sejak 26 Februari 1992.
Legenda Danau Kelimutu
Legenda merupakan cerita rakyat yang diyakini oleh pendengarnya sebagai suatu kisah nyata yang pernah terjadi. Danau Kelimutu atau danau tiga warna memiliki legenda yang dipercaya warga.
Legenda ini dikutip dari studi yang berjudul "Fungsi dan Nilai-nilai Legenda Terjadinya Danau Tiga Warna (Danau Kelimutu) pada Masyarakat Daerah Pemo Kecamatan Kelimutu Ende-Flores" yang diterbitkan di Jurnal Ilmiah Fonema tahun 2013 oleh Imron Amrullah dan Nuril Huda.
Menurut legendanya, sebelum menginjak danau tiga warna, pengunjung harus memberikan sesajen dan minta izin di konde ratu dan pere konde selaku penunggu danau.
Sejak dulu, hal tersebut dilakukan sebagai syarat ketika ingin menginjakkan kaki ke Danau Kelimutu. Aturan ini bermula dari suatu cerita yang disampaikan oleh warga setempat.
Pada zaman dahulu di Desa Pemo, hidup seorang duda yang sangat miskin dan memiliki seorang anak perempuan. Suatu ketika duda ini meminjam palu dari penduduk yang sangat kaya raya.
Seketika duda itu meninggal dan datang orang kaya meminta palu yang dipinjam duda tersebut. Anak perempuan ini tidak mengetahui masalah meminjam palu ini.
Pemilik yang kaya pun mengamuk dan mencaci maki anak tersebut. Sang anak pun berlari sambil menangis di depan permukaan ketiga kawah danau tiga warna atau Danau Kelimutu.
Tiba-tiba terdengar suara dari ketiga danau, "Anakku, pulanglah. Palunya ada di atas bubungan (atap) rumah."
Anak perempuan itu terkejut lalu pulang ke rumahnya untuk mencari palu tersebut. Ia pun menemukan palunya, kemudian mengembalikan ke pemilik kaya itu. Namun, setibanya di rumah, anak perempuan ini meninggal dunia.
Legenda yang menyebar dari mulut ke mulut ini membuat masyarakat sekitar Danau Kelimutu mematuhi norma-norma atau aturan-aturan itu. Hingga sekarang, masyarakat Desa Pemo tidak ada yang berani mengganggu ataupun merusak, dan selalu mematuhi peraturan yang ada.
(nah/nah)