Siput Bergerak dengan Sangat Lambat, Ternyata Ini Sebabnya

ADVERTISEMENT

Siput Bergerak dengan Sangat Lambat, Ternyata Ini Sebabnya

Novia Aisyah - detikEdu
Minggu, 30 Jun 2024 11:00 WIB
Ilustrasi siput.
Siput. Foto: azeret33/Pixabay
Jakarta -

Siput termasuk dalam filum Mollusca. hewan ini ditemukan hampir di semua tempat di dunia, mulai dari pegunungan tinggi, kebun raya, hingga bebatuan bawah laut yang dalam. Di beberapa belahan dunia, hewan ini dipelihara sebagai hewan peliharaan.

Cangkang adalah ciri khas siput.Karena cangkang berisi sebagian besar organ dalam, siput tidak dapat bertahan hidup tanpa cangkang.

Hewan ini hanya memiliki mata yang belum sempurna dan tidak memiliki telinga sama sekali. Sebaliknya, mereka berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya melalui indra peraba dan kemampuannya mendeteksi getaran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti kita tahu, siput adalah hewan yang bergerak sangat lambat. Apakah kalian tahu sebabnya?

Mengapa Siput Bergerak Sangat Lambat?

Siput menggunakan kaki ventral, yakni otot panjang yang ditutupi lendir di bagian bawah tubuhnya, untuk bergerak dengan kecepatan sekitar satu meter per jam (tiga kaki per jam).

ADVERTISEMENT

Kaki, atau ototnya, bergetar untuk membuat hewan itu meluncur di atas lendirnya sendiri. Sistem ini pada dasarnya cukup lambat dan dibatasi oleh laju produksi lendir.

Namun, menjadi lambat tidak selalu menjadi masalah bagi siput, karena mereka bergantung pada sumber makanan yang tidak bergerak (tanaman dan benda mati) dan strategi lain selain melarikan diri untuk menghindari predator (warna mereka yang tidak terdengar membuat mereka tetap berkamuflase dan siput bisa menyusut ke dalam). Cangkang mereka digunakan untuk melindungi diri mereka sendiri.

Hewan ini dapat terbunuh oleh garam. Alasan mengapa demikian pun dapat dikatakan cukup sederhana.

Alih-alih melalui reaksi kimia yang kompleks, garam bertindak seperti kriptonit siput dengan mengeringkan bagian luarnya yang berlendir.

"Garam pada dasarnya menarik air keluar dari kulit mereka - sebuah efek osmosis - dan mereka mati dalam beberapa menit setelah dehidrasi," kata Dr Gordon Port, dosen senior di Universitas Newcastle, dikutip dari BBS Science Focus.

"Siput sangat bergantung pada tingginya kandungan air dalam tubuhnya. Mereka selalu membutuhkan air untuk menggantikan air yang hilang," jelasnya.

"Siput yang terperangkap dalam butiran garam akan mencoba bergerak sambil mengeluarkan banyak lendir untuk membersihkan kulitnya," katanya lagi.




(nah/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads