Burung gagak bangkai (Corvus corone) bisa berhitung hingga empat dengan suara lantang. Kemampuannya setara dengan kebisaan bayi lima tahun (balita), seperti dilaporkan peneliti dalam jurnal Science.
Kemampuan berhitung lantang membutuhkan pemahaman atas jumlah dan kepandaian mengatur vokal dalam menyampaikannya. Peneliti mendapati, gagak dapat membedakan suara untuk angka yang berbeda, seperti dikutip dari Science News.
Mirip dengan gagak, balita manusia yang belum bisa bicara jelas mengeluarkan suara-suara kata tertentu berhitung secara simbolis dan mengomunikasikan jumlah benda yang ia lihat. Suara-suara balita itu, jika dijumlahkan, setara dengan jumlah benda yang ia hendak sampaikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahli neurobiologi Diana Liao dan rekan-rekan menyebut kemampuan gagak tersebut sebagai kemampuan proto-berhitung. Mereka mengatakan, kelompok burung corvids seperti gagak, magpie, dan jay punya kemampuan kognitif luar biasa dalam berhitung saat melihat visual atau mendengar tanda suara tertentu.
Berhitung Lantang
Peneliti Jessica Cantlon dari Carnegie Mellon University menjelaskan bahwa pada manusia, hubungan antara sistem vokal dan otak matematika adalah kunci dalam perkembangan pemahaman angka, dikutip dari Popular Science.
Sebelumnya, penelitian menunjukkan beberapa hewan memiliki pemahaman kuantitatif, tetapi tidak dapat mengontrol vokalnya. Sebab, sebagian besar suara hewan bersifat naluriah.
Sementara itu, studi baru ini menunjukkan gagak dapat menghubungkan antara memahami berhitung dengan menyuarakannya secara disengaja dan terkontrol.
"Burung gagak bangkai, yang termasuk kelompok burung penyanyi, tidak dikenal akan kemerduan suaranya, tetapi akan kemampuan belajar yang luar biasa," kata peneliti Profesor Andreas Nieder dari University of TΓΌbingen, Jerman.
"Contohnya, studi sebelumnya mendapati bahwa burung-burung ini paham soal berhitung. Di samping itu, mereka punya kendali vokal yang sangat baik," imbuhnya.
Liao dan timnya melatih tiga gagak bangkai untuk menghubungkan angka dan suara menjadi vokalisasi 'berhitung'. Proses ini memakan waktu lebih dari setahun.
Setelah pelatihan, burung diuji dalam sesi berulang.
Hasilnya hasilnya menunjukkan bahwa burung gagak dapat mencocokkan antara vokalisasi dan isyarat angka dengan tingkat keberhasilan tinggi. Temuan ini menunjukkan gagak memiliki kapasitas tingkat lanjt dalam membuat atau menahan vokalisasi sebagai respons terhadap isyarat tertentu, mirip kemampuan balita.
Di sisi lain, peneliti mengakui studi ini memiliki keterbatasan. Contohnya, kemungkinan respons burung dipengaruhi oleh tingkat rangsangan atau durasi isyarat suara, bukan suku kata terpisah.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan ini. Liao berencana untuk melakukan eksperimen tambahan untuk mengeksplorasi bagaimana gagak menggunakan vokalisasi di alam liar dan memeriksa sistem otak yang mendukung kemampuan ini.
Terlepas dari keterbatasan tersebut, peneliti menilai temuan terbaru tentang gagak ini dapat bantu memahami asal-usul kemampuan kognitif manusia. Hasil penelitian ini menurut peneliti menunjukkan bahwa segala sesuatu tentang manusia memiliki latar belakang evolusi yang juga dapat diamati pada spesies modern lainnya.
(Callan Rahmadyvi Triyunanto/twu)