Sekitar 2.300 tahun lalu, filsuf dan polimatik Aristoteles menyadari bahwa Bumi berbentuk bundar. Berdasarkan fenomena gerhana Bulan, ia menyimpulkan bahwa Bumi hanya bisa berbentuk bundar karena bayangannya pada Bulan juga bundar.
Kini, para peneliti mendapati bahwa Bumi benar terlihat bundar, tetapi bentuk aslinya tidak bundar sempurna. Dikutip dari laman Badan Kelautan dan Atmosfer AS (NOAA), Bumi lebih mirip ellipsoid alias seperti bola basket yang diduduki orang dewasa.
Bentuk Bumi Selalu Berubah
NOAA menjelaskan Bumi sendiri punya bentuk yang unik dan selalu berubah, sebagaimana dipantau oleh Survei Geodesi Nasional AS. Karena itu, mengatakan bahwa Bumi benar-benar berbentuk ellipsoid juga kurang tepat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Geodesi adalah ilmu pengukuran dan pemantauan ukuran maupun bentuk Bumi, lengkap dengan medan gravitasinya. Ilmu ini juga meliputi metode penentuan letak titik-titik di permukaan Bumi.
Perubahan bentuk Bumi dapat terjadi secara periodik. Contohnya saat pasang surut air laut harian memengaruhi lautan dan kerak Bumi.
Perubahan bentuk Bumi juga bisa terjadi secara tiba-tiba. Misalnya saat terjadi gempa Bumi, letusan gunung api, dan hantaman meteor.
Namun secara umum, diameter Bumi menonjol di kawasan Khatulistiwa sehingga tampak bentuk ellipsoid. Kawasan ini juga meliputi berbagai daerah di Indonesia.
Area menonjol Bumi di garis Khatulistiwa disebabkan oleh gaya sentrifugal dari rotasi Bumi yang konstan.
Cara Membuktikan Bumi Berbentuk Bulat
Kendati tidak benar-benar bundar, menyebut Bumi datar merupakan pandangan yang salah secara sains. Dikutip dari BBC Sky at Night, berikut sejumlah cara membuktikan bahwa Bumi itu bulat atau ellipsoid:
Amati Gerhana Bulan
Filsuf Yunani Empedocles dan Anaxagoras merupakan orang pertama yang tercatat membuat bukti tertulis bahwa Bumi itu bulat. Kesimpulan ini mereka dapat setelah memperhatikan bahwa selama gerhana Bulan, bayangan bumi tampak bulat. Pengamatan ini dilakukan sekitar tahun 430 SM.
Tatap Cakrawala
Ketika sebuah kapal berlayar melampaui cakrawala, lambung kapal menghilang. Namun, tiang kapal tetap terlihat. Menurut para cendekia, fenomena ini menunjukkan bahwa kapal telah berlayar mengelilingi tepian yang melengkung, bukan datar.
Ukur Panjang Bayangan
Pengamatan orang Yunani juga mengungkapkan bahwa panjang bayangan bisa berbeda-beda. Panjang bayangan ini bergantung pada garis lintang lokasi.
Matematikawan dan ahli geografi Erastosthenes tercatat sebagai orang pertama yang menggunakan panjangan bayangan untuk mengukur keliling Bumi pada sekitar 240 SM.
Sejumlah pejalan mengatakan di Syene, Mesir, air sebuah sumur pada hari tertentu dalam setahun akan disinari langsung oleh sinar Matahari. Namun, cahayanya tidak mengenai dinding sumur. Artinya, cahaya Matahari pada hari itu berada tepat di atas air atau di atas kepala sehingga tidak ada bayangan yang terbentuk.
Kelak, ia bekerja di Perpustakaan Alexandria ke Mesir. Jaraknya ratusan km ke utara. Di hari yang sama pada tahun itu, ia coba mendirikan sebuah tiang, lalu mengukur sudut Matahari dengan panjang bayangan yang terbentuk. Hasilnya, sudut yang terbentuk adalah 7,7 derajat, alias sekitar 1/50 lingkaran penuh (360 derajat).
Erastosthenes mengetahui bahwa jarak antara sumur di Kota Syene dan perpustakaan di Kota Alexandria sejauh 5.000 stadia (ukuran stadion). Artinya, jarak kedua kota tersebut sejauh 1/50 keliling Bumi.
Kendati panjang sebuah stadion di dunia kuno berbeda-beda, pengukuran Erastosthenes rupanya tidak meleset jauh dari lingkar kutub yang diketahui di dunia modern. Ia memperkirakan lingkar Bumi yaitu antara 38.000-46.000 km, sedangkan lingkar kutub Bumi adalah 40.008 km.
Kelilingi Bumi
Pada tahun 1519, ekspedisi Magellan-Elanco keliling dunia memberikan bukti langsung pertama bahwa Bumi berbentuk bundar. Pada 1522, kapalnya kembali tepat ke titik ia memulai pelayaran. Hal ini hanya dapat terjadi jika Bumi berbentuk bundar.
(twu/twu)