- Sistem Tanam Paksa
- Kenapa Tanam Paksa sangat Merugikan dan Menyengsarakan Rakyat?
- Faktor Penerapan Sistem Tanam Paksa oleh Pemerintah Kolonial Kekosongan Kas dan Menumpuknya Utang Pemerintah Hindia Belanda Krisis Ekonomi Eropa Dinamika Politik Eropa Efisiensi Pengelolaan Tanah Kolonial
- Dampak Tanam Paksa bagi Indonesia Dampak Negatif Dampak Positif
Tanam paksa atau dikenal dengan "cultuurstelsel" merupakan kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang sangat menyengsarakan rakyat Indonesia kala itu. Sistem ini dibuat oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada tahun 1830.
Kelaparan, kesengsaraan, hingga kematian menjamur akibat dari kebijakan yang tidak manusiawi ini. Bahkan dilansir dari Indo Progress, jumlah penduduk di salah satu kabupaten di Jawa menurun dari 336.000 menjadi 120.000, di tempat lain berkurang dari 89.000 menjadi 9.000 pada tahun 1843-1848 akibat penderitaan dan kelaparan yang disebabkan oleh kebijakan ini.
Nah untuk mengetahui lebih jauh mengenai tanam paksa dan faktor penyebab Belanda menerapkan sistem tanam paksa di Indonesia, simak penjelasannya berikut ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sistem Tanam Paksa
Tanam paksa yang digagas oleh van den Bosch pada 1830, memaksa para petani pribumi untuk menyisihkan 20% tanahnya agar ditanami komoditas ekspor Eropa seperti kopi, teh, kakao, tebu, dan tarum (nila).
Tanaman ekspor ini nantinya hanya boleh diserahkan kepada Pemerintah Kolonial Hindia Belanda dengan harga yang telah ditetapkan. Sistem tanam paksa diterapkan di daerah Jawa, Minahasa, Lampung, dan Palembang.
Kenapa Tanam Paksa sangat Merugikan dan Menyengsarakan Rakyat?
Selain karena petani atau pekebun wajib menjual tanahnya kepada pemerintah kolonial, beberapa aturan dan penyimpangan tanam paksa berikut ini membuat rakyat sangat menderita.
- Jatah tanah terkadang melebihi 20% jika tanahnya tidak subur, bahkan ada yang mencapai setengah lahannya.
- Pekerjaan tanam paksa membuat rakyat lebih fokus pada tanaman ekspor daripada tanaman milik sendiri.
- Para pejabat pribumi yang mengambil bonus melebihi aturan yang ditetapkan. Ini sangat memberatkan pemilik tanah.
- Waktu kerja untuk tanaman yang diinginkan pemerintah kolonial jauh melebihi ketentuan. Dari 65 hari yang ditetapkan, pelaksanaannya mencapai 200 hingga 225 hari per tahun.
- Tanah yang digunakan untuk tanam paksa tetap dikenakan pajak sehingga melanggar peraturan.
- Kegagalan panen ditanggung pemilik tanah.
Faktor Penerapan Sistem Tanam Paksa oleh Pemerintah Kolonial
Beberapa faktor berikut adalah penyebab utama pemerintah kolonial menerapkan sistem tanam paksa yang begitu kejam kepada rakyat Indonesia.
Kekosongan Kas dan Menumpuknya Utang Pemerintah Hindia Belanda
Kekosongan kas dan menumpuknya hutang pemerintah Belanda menjadi faktor utama pemerintah kolonial membuat rakyat harus menerima getahnya dengan tanam paksa.
Adapun kekosongan kas dan peningkatan hutang Belanda ini disebabkan oleh beberapa hal seperti tingginya biaya perang, khususnya Perang Jawa 1825-1830 yang menghabiskan sekitar 20 juta gulden, maraknya korupsi dan inefisiensi yang dilakukan pejabat-pejabat kolonial, dan sebagainya.
Krisis Ekonomi Eropa
Krisis ekonomi yang melanda Eropa pada awal abad ke-19 turut memperparah kondisi keuangan Belanda. Harga komoditas turun, dan pasar Eropa mengalami penurunan permintaan, sehingga pendapatan dari perdagangan menurun.
Dinamika Politik Eropa
Dinamika politik global yang dimaksud adalah terjadinya perang-perang besar di Eropa yang membuat Belanda merugi. Misalnya perang besar yang dilakukan Napoleon Bonaparte, dan Belanda terbebani biaya perang yang tidak sedikit.
Selain itu, pemisahan Belgia dari Belanda pada 1830-1831 yang membuat Belanda kehilangan wilayah ekonomi penting, mengingat Belgia adalah pusat industri yang maju pada masa itu.
Efisiensi Pengelolaan Tanah Kolonial
Sebelum melakukan tanam paksa, sebenarnya pemerintah kolonial telah melakukan upaya liberalisasi dalam meraih keuntungan dari tanah jajahan.
Tetapi hal tersebut mengalami kegagalan. Sebagai contoh, penanaman kopi telah dilakukan pada masa itu tetapi belum cukup untuk memenuhi kas Belanda.
Tanam paksa yang lebih efisien, ketat, kejam, dan menyengsarakan rakyat dilakukan untuk tujuan efisiensi pengelolaan tanah kolonial.
Dampak Tanam Paksa bagi Indonesia
Tanam paksa memberikan dampak negatif bagi bangsa Indonesia, tetapi juga memberikan dampak positif yang tidak seberapa. Berikut lebih lengkapnya.
Dampak Negatif
- Maraknya busung lapar dan wabah penyakit yang meningkatkan kematian dan penyusutan drastis jumlah penduduk.
- Terganggunya penanaman padi yang menyebabkan kelangkaan pangan dan harganya sangat mahal.
- Beban air tinggi untuk tanaman tebu, ini tentunya menjadi PR bagi petani rakyat sementara jika gagal panen adalah petani yang menanggung.
- Penggunaan sawah berkualitas tinggi untuk tanaman ekspor, ini mengakibatkan kurangnya lahan produktif untuk tanaman pangan.
- Terdapat praktik monopoli pada harga jual panen yang ditetapkan, ini mengakibatkan harga jual tanaman ekspor sangat rendah.
Dampak Positif
Berikut merupakan dampak positif dari tanam paksa yang tidak sebanding dengan kematian, kelaparan, dan kesengsaraan rakyat pada masa itu.
- Petani mendapat pengetahuan baru mengenai teknik menanam dan jenis tanaman ekspor.
- Munculnya tenaga ahli perkebunan dan pabrik di desa.
- Adanya infrastruktur yang terbangun di desa seperti jalan, jembatan, pelabuhan, gudang, pabrik, dan sebagainya.
Itu dia penjelasan mengenai faktor penyebab Belanda menerapkan sistem tanam paksa di Indonesia. Sistem tanam paksa atau cultuurstelsel begitu menyengsarakan rakyat pada masa itu.
(inf/inf)