Ketika seekor anak anjing menatap dengan matanya yang bulat besar, mudah untuk berpikir bahwa ia menggemaskan. Mata anak anjing yang sedih juga dapat meluluhkan hati.
Penelitian baru menunjukkan mata sedih tidak hanya terdapat pada anak anjing. Namun, ada spesies lain dalam pohon keluarga canid.
Studi terbaru dari jurnal The Anatomical Record menemukan mata anak anjing adalah akibat domestikasi. Penemuan ini membantah hipotesis bahwa anjing berevolusi dengan wajah yang sangat ekspresif karena sepanjang hidupnya dengan manusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana Mata Anjing Bisa Terlihat Menggemaskan?
Dikutip dari Live Science, studi pada 2019 menemukan, anjing peliharaan memiliki otot yang sangat berkembang di sekitar matanya dibandingkan serigala (Canis lupus). Fakta tersebut memungkinkan para anjing membuat ekspresi wajah yang lebih beragam.
Para peneliti juga menyimpulkan bahwa otot-otot tersebut mungkin berkembang ketika anjing mulai hidup lebih dekat dengan manusia, sehingga mampu meniru ekspresi wajah manusia sebagai cara agar mereka dirawat oleh manusia.
Para peneliti penasaran untuk melihat kebenaran otot-otot tersebut atau apakah otot-otot ini juga dimiliki anjing bersosialisasi tinggi lainnya.
Heather Smith, ahli anatomi di Midwestern University di Illinois melakukan pembedahan mendetail pada spesimen mati anjing liar Afrika (Lycaon pictus) yang disumbangkan oleh kebun binatang.
Hasil penelitian mengungkap anjing liar Afrika tidak hanya memiliki 'otot mata anak anjing' yang sama dengan anjing peliharaan, melainkan otot-otot ini juga sama berkembangnya dengan otot anjing peliharaan.
Smith menyimpulkan, "Dari penelitian ini, maka anjing peliharaan bukanlah satu-satunya anjing yang memiliki otot tersebut dan mereka berevolusi secara khusus dengan manusia."
Fakta Otot Mata Anak Anjing
Perkembangan otot mata anak anjing ini diyakini oleh para peneliti dapat membantu anjing liar Afrika berkoordinasi dan berkomunikasi saat mereka berburu di sabana terbuka.
Layaknya serigala dan sepupu domestiknya, anjing liar Afrika sangat sosialis, hidup berkelompok dengan lima hingga sembilan individu. Wajah para anjing sangat ekspresif untuk membuat sinyal visual tanpa suara yang melintasi bidang berumput.
"Studi ini menegaskan bahwa anjing liar tidak hanya sosialis, tetapi banyak dari isyarat sosial tersebut mungkin terkait dengan sinyal visual," ungkap Adam Hartstone-Rose, ahli morfologi komparatif di North Carolina State University.
Serigala juga merupakan hewan yang hidup dalam kelompok sosial yang erat. Namun, otot wajahnya tidak berkembang sekuat anjing liar domestik dan Afrika karena kurangnya ketergantungan pada komunikasi visual.
Serigala berburu di berbagai tempat, seperti hutan lebat dan pegunungan, di mana setiap individu lebih mungkin tertutup batu atau pepohonan saat mengejar mangsa.
Menurut Hartstone-Rose, kebiasaan serigala memungkinkan evolusi untuk berkoordinasi lebih menggunakan vokalisasi atau sinyal aroma yang lebih kompleks dibandingkan isyarat visual.
Smith dan tim penelitinya berharap dapat memeriksa anatomi wajah spesies canid liar lainnya, seperti serigala Asia, rubah, dan dhole (Cuon alpinus) untuk melihat seberapa baik perkembangan otot mata anak anjing mereka.
Fakta ini memberi para peneliti wawasan yang lebih baik tentang bagaimana spesies canid berkomunikasi dan berburu, serta membantu para peneliti menemukan apakah sifat tersebut ada pada spesies yang berorientasi sosial dan visual.
Hartstone-Rose menyoroti cara tekanan evolusi bekerja untuk menekankan atau tidak sifat-sifat berbeda pada spesies serupa.
"Sebenarnya tidak bergantung ada tidaknya otot-otot itu. Ini merupakan contoh yang menarik dalam memperlihatkan bahwa setiap spesies mamalia memiliki struktur dasar yang serupa," pungkas Hartstone-Rose.
(nah/nah)