Kalimat atau kata kiasan adalah ekspresi bahasa yang menggunakan perumpamaan. Pilihan kata yang digunakan dekat dengan kehidupan sehari-hari dan menyerupai makna yang dimaksud pengguna bahasa.
Gaya bahasa kiasan seringkali ditemukan dalam penulisan karya sastra atau percakapan sehari-hari. Penggunaan kata kiasan menambah kekayaan berbahasa Indonesia secara teori dan praktik.
Pengertian Kata Kiasan
Kata kiasan tidak mengandung makna sebenarnya dan mengandung unsur perumpamaan. Dikutip dari buku Sintaksis Bahasa Indonesia: Teori dan Analisis oleh Atika Gusriani, kata kiasan dapat berupa sindiran, lambang, atau pelajaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuan penggunaan kata kiasan adalah memberi kesan indah dan lebih ekspresif dalam tulisan. Kata kiasan kerap dikatakan mengandung makna konotasi, bukan denotasi seperti pada kalimat yang umum digunakan masyarakat.
Ciri-ciri Kata Kiasan
Kata kiasan memiliki beberapa ciri yang membedakannya dengan kata atau ekspresi bahasa lain. Ciri-ciri kata kiasan adalah sebagai berikut:
- Mengandung makna metaforis atau makna yang tidak sesuai dengan makna harfiah.
- Menggunakan perbandingan untuk menjelaskan suatu konsep atau perasaan.
- Memudahkan dalam menyampaikan pesan agar lebih mudah dipahami.
- Memberikan warna dan nuansa dalam mengekspresikan bahasa sehingga terkesan lebih menarik dan hidup.
Contoh Kata Kiasan dan Artinya
Berikut beberapa contoh kata kiasan beserta maknanya dari buku Mahir Berbahasa Indonesia 2 yang disusun oleh Paulus Tukan S.Pd dan Sari Kata Bahasa Indonesia Lengkap yang dipublikasikan oleh Tim Pustaka Media:
1. Sebatang kara: tidak memiliki keluarga atau sanak saudara.
2. Naik daun: sedang populer atau bisa juga berarti selalu menang atau mendatangkan keuntungan dalam usaha, permainan kartu, dan lain lain.
3. Kambing hitam: Orang tidak bersalah yang dituduh atau disalahkan atas suatu peristiwa.
4. Kuda hitam: Peserta pertandingan yang tidak disangka bisa menjadi pemenang.
5. Buah bibir: Orang atau hal yang menjadi topik pembicaraan.
6. Ringan tangan: Orang yang gemar berbuat baik atau menolong orang lain. Bisa juga berarti negatif yaitu suka memukul.
7. Berbadan dua: Sedang dalam keadaan hamil atau mengandung.
8. Diam seribu bahasa: tidak dapat mengeluarkan sepatah kata pun.
9. Cepat tangan: Rajin bekerja.
10. Kepala batu: bandel, nakal, susah untuk dinasehati.
11. Kaki tangan: anak buah atau suruhan seseorang.
12. Besar mulut: Orang yang sering berbual atau berbohong.
13. Keras kepala: Seseorang dengan pendirian yang teguh.
14. Mata keranjang: Orang yang suka melirik perempuan atau lelaki lain yang bukan pasangannya.
15. Muka tebal: Orang yang tak tahu malu.
16. Naik pitam: Marah atau emosi.
17. Tolak pinggang: gestur berkacak pinggang.
18. Buah tangan: Oleh-oleh yang diberikan untuk orang lain.
19. Makan hati: Merasa sedih karena perbuatan orang lain.
20. Banting stir: Berubah haluan dari satu hal ke hal lain.
21. Tutup mulut: tidak mau mengatakan apapun.
22. Tangan besi: Orang yang suka bersikap keras.
23. Ambil alih: Menggantikan orang lain dalam melakukan suatu pekerjaan.
24. Darah daging: Anak kandung yang mempunyai hubungan darah.
25. Lurus hati: Orang dengan sifat jujur.
26. Banting Harga: Menurunkan harga suatu barang.
27. Cepat kaki: Orang yang tangkas.
28. Tangan kanan: Orang yang dipercaya.
29. Besar kepala: Orang yang suka menyombongkan diri atau hal yang dimilikinya.
30. Dunia fana: Alam dunia yang ditempati manusia.
31. Lancang mulut: Orang yang suka berbicara sembarangan.
32. Banting tulang: Orang yang bekerja keras.
33. Babi buta: Melakukan sesuatu secara nekat atau tanpa dipikirkan terlebih dulu.
34. Angkat tangan: Tanda sudah menyerah,
35. Buaya darat: Lelaki yang senang menggoda perempuan.
36. Cari muka: Orang yang melakukan sesuatu atas dasar untuk mencari perhatian atau mendapatkan pujian dari orang lain.
37. Darah biru: Seseorang yang merupakan keturunan bangsawan.
38. Gulung tikar: usaha atau bisnis bangkrut.
39. Cuci tangan: Tidak ikut campur atau terlibat dalam suatu urusan.
40. Darah dingin: Seseorang yang tidak memiliki rasa belas kasihan.
Jenis Kata Kiasan
Kata kiasan terbagi dalam beberapa jenis sesuai gaya bahasa (majas) yang digunakan:
1. Metafora
Metafora merupakan jenis kata kiasan yang menggunakan suatu hal atau elemen yang tidak serupa untuk menjelaskan sesuatu hal yang lain. Contohnya seperti:
- Dia menjadi kambing hitam dalam masalah ini.
- Anak itu menjadi buah bibir di sekolahnya.
- Dewi malam telah datang.
2. Simile
Mirip dengan metafora, simile juga merupakan bentuk kata kiasan yang memperbandingkan dua hal yang tidak sama. Bentuk bahasa kiasan simile biasanya ditandai dengan penggunaan kata pembanding seperti bagai, laksana, bak, sebagai, seperti, dan masih banyak lagi. Berikut contohnya:
- Mereka terlihat mirip bak pinang dibelah dua
- Kata-katanya tajam bagaikan silet.
- Wajahnya memerah seperti kepiting rebus.
3. Personifikasi
Personifikasi merupakan bentuk bahasa kiasan yang mempersamakan suatu hal atau benda mati dengan sifat manusia. Misalnya:
- Hembusan angin pagi membelai lembut rambutku.
- Api berkobar melahap habis rumah itu.
- Matahari kembali menduduki singgasananya.
4. Metonimi
Metonimi termasuk kata kiasan yang memindahkan istilah atau nama suatu hal ke benda atau hal lainnya yang memiliki kesamaan. Misalnya seperti:
- Dona dikenal sebagai anak kutu buku di kelasnya.
- Ia pergi kerja dengan mengendarai Supra.
- Ayah membaca koran sambil menikmati segelas Kapal Api.
5. Sinekdoke
Sinekdoke adalah bahasa figuratif yang menyebutkan sebagian untuk seluruh atau sebaliknya. Gaya bahasa ini terbagi lagi menjadi pars pro toto dan totum proparte.
Gaya sinekdoke pars pro toto yang menyebutkan sebagian dari suatu hal untuk menyebut keseluruhan. Berikut contoh majas pars pro toto:
- Setiap kepala wajib menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya (kata 'kepala' disini mengacu pada orang atau individu).
- Kita sebagai anak adam dikaruniai akal untuk berpikir (istilah 'anak adam' mengacu pada keseluruhan umat manusia).
- Batang hidungnya tidak tampak di sekolah hari ini. (kata 'batang hidung' mengacu pada orang atau individu secara keseluruhan).
Sedangkan sinekdoke totum proparte menyebutkab keseluruhan untuk mewakili sebagian. Contoh untuk sinekdoke totum proparte adalah:
- Pertandingan futsal akan diadakan antarsekolah dua minggu lagi. (Kata 'antarsekolah' maksudnya mengacu pada tim perwakilan sekolah).
- Kelas XI memiliki prestasi yang gemilang. (kata 'kelas XI' di sini merujuk pada siswa-siswi yang ada di kelas XI).
- Indonesia berkesempatan mewakili Asia Tenggara dalam pertandingan sepak bola internasional. (kata 'Indonesia' artinya merujuk pada tim perwakilan dari Indonesia, bukan seluruh masyarakat Indonesia).
6. Epik Simile
Terakhir, epik simile atau perumpamaan epos adalah jenis kata kiasan yang disusun dengan cara melanjutkan atau memperpanjang sifat-sifat perbandingannya berturut-turut. Berikut contoh epik simile yang terdapat dalam sebuah puisi karya Rustam Efendi:
Di tengah sunyi menderu rinduku,
Seperti topan. Merenggutkan dahan,
Mencabutkan akar, merenggutkan kembang kalbuku.
Selain jenis dan contoh kata kiasan yang telah disebutkan, masih banyak pilihan kata perumpamaan lain di masyarakat. Pengetahuan tentang kata kiasan akan memperluas kekayaan berbahasa (kosakata) pengguna bahasa Indonesia dalam berkomunikasi.
(row/row)