Nama-nama Sunda Ini Hilang dalam 90 Tahun Terakhir, Sunaja Terganti Raffa-Keyla

ADVERTISEMENT

Nama-nama Sunda Ini Hilang dalam 90 Tahun Terakhir, Sunaja Terganti Raffa-Keyla

Kholida Qothrunnada - detikEdu
Rabu, 15 Mei 2024 07:00 WIB
Siswa baru SMPN 51 Bandung antusias ikuti kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) pada tahun ajaran baru 2022 ini, Senin (18/7/2022).
Foto: Wisma Putra/detikJabar
Jakarta -

Guru besar, dosen, dan mahasiswa dari Departemen Ilmu Komputer Fakultas Matematika & IPA Universitas Padjajaran pernah melakukan penelitian mengenai nama-nama Sunda yang menghilang selama 90 tahun terakhir.

Hasil rilisan nama-nama tersebut merupakan bagian dari penerapan etnomatematika dan etnoinformatika. Informasi yang didapatkan terdiri dari nama-nama favorit, nama yang sudah hilang, hingga nama baru yang muncul.

Nama-nama Sunda yang Hilang 90 Tahun Terakhir

Dilansir dari laman Unpad, berikut adalah nama-nama Sunda yang menghilang dalam 90 tahun terakhir:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

  • Sunaja
  • Saim
  • Sundia
  • Djatma
  • Boelah
  • Unamah
  • Entjil
  • Eyut
  • Kitji
  • Macih

Nama-nama yang Baru Muncul 10 Tahun Terakhir

  • Naura
  • Arsila
  • Keyla
  • Raffa
  • Rafka
  • Khanza
  • Aqila
  • Zahra
  • Keysa
  • Aleska

Guru Besar FMIPA Unpad Prof. Dr. Atje Setiawan Abdullah, MS, MKom. melaksanakan penelitian penerapan etnoinformatika ini bersama tim dosen dan mahasiswa.

Dalam penerapan etnoinformatika yang dilakukan, hal yang diteliti adalah perubahan antroponimi atau penamaan orang di Kabupaten Sumedang selama 100 tahun terakhir (1920 - 2020).

ADVERTISEMENT

"Nama-nama Sunda di pedesaan Sumedang masih banyak digunakan, tetapi secara keseluruhan jumlahnya relatif turun. Sedangkan nama Sunda di perkotaan relatif sudah banyak berubah," kata Prof Atje ketika menjelaskan materi penelitian "Pengenalan Etnoinformatika untuk Warisan Budaya Takbenda" kepada 170 pelajar dan guru SMKN Sukasari, Sumedang, yang dimuat dalam laman unpad.ac.id pada Selasa (6/12/2022).

Dalam penelitian juga merilis 10 nama favorit di Sumedang, yaitu Muhammad, Muhamad, Dede, Asep, Ade, Ai, Agus, Ani, Wawan, dan Cucu.

"Walaupun 80% dari 10 nama favorit masih digunakan, tetapi penggunaannya relatif turun. Bahkan nama favoritnya sudah berubah, mengambil serapan dari budaya lain," ungkap Atje dalam sosialisasi penerapan etnomatematika dan etnoinformatika oleh Pusat Studi Pemodelan dan Komputasi FMIPA Unpad.

Dirinya berharap, hasil penelitian ini bisa menjadi masukan bagi masyarakat agar ikut terlibat melestarikan budaya Sunda.

Etnomatematika dalam Budaya Sunda

Prof. Dr. Budi Nurani Ruchjana, M.S. menyampaikan jika Etnomatematika juga diterapkan pada budaya Sunda.

"Tujuan kajian etnomatematika di antaranya untuk memahami keterkaitan antara matematika dan budaya, serta mengoptimalkan penerapan matematika bagi kehidupan siswa dan masyarakat, sehingga memperoleh manfaat dalam belajar matematika," ungkapnya dalam materi tentang "Pengenalan Etnomatematika dalam Budaya Sunda" dalam kesempatan yang sama.

Sebagai contoh, satuan ukur panjang khas Sunda adalah sajeungkal, sadeupa, dan lain-lain. Sedangkan, satuan ukur volume khas Sunda adalah sabukucuruk, satangtung, sabitis, salaput hulu, dan lain-lain.

Dalam budaya Sunda, penyebutan waktu simbolik mulai matahari terbit sampai matahari terbenam yaitu wanci ngagayuh ka subuh, maktu carangcang tihang, waktu wanci pecat sawed, wanci reureuh budak, dan lain-lain.
"Etnomatematika juga digunakan lewat pembahasan Lingga, batik Sumedang," sambungnya.

Itulah tadi beberapa nama-nama Sunda yang sudah hilang dan tidak digunakan lagi dalam 90 tahun terakhir, penggunaan nama-nama baru, serta pentingnya melestarikan budaya Sunda melalui nama dan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.




(khq/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads