Apakah Benar Bumi Bakal Alami Zaman Es Lagi?

ADVERTISEMENT

Apakah Benar Bumi Bakal Alami Zaman Es Lagi?

Trisna Wulandari - detikEdu
Minggu, 12 Mei 2024 14:00 WIB
The worlds largest iceberg, named A23a, is seen in Antarctica, January 14, 2024, in this picture obtained from social media.  Rob Suisted - http://naturespic.com/via REUTERS  THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. MANDATORY CREDIT.
Gunung es terbesar hanyut di Antartika. Apakah Bumi akan mengalami Zaman Es lagi? Begini perkiraan peneliti dari University of Tokyo. Foto: Rob Suisted via REUTERS
Jakarta -

Bumi disebut-sebut akan mengalami zaman es lagi. Jika benar, apakah manusia tidak perlu khawatir soal pemanasan global?

Assistant Professor Kanon Kino dari Graduate School of Engineering, University of Tokyo mengatakan, Bumi tidak akan mendingin dalam beberapa puluh ribu tahun ke depan. Namun, zaman es dalam jangka panjang bukan tidak mungkin terjadi.

Kino mengatakan, Bumi selama 1 juta tahun terakhir mengalami siklus kuasi periodik periode glasial dingin yang bergantian dengan periode interglasial hangat. Setiap siklus berlangsung selama beberapa puluh atau seratus ribu tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ganti Siklus Dingin-Panas Bumi

Pergantian siklus didorong oleh beberapa parameter astronomi. Contohnya seperti perubahan eksentrisitas (jumlah pelencengan) orbit Bumi mengelilingi Matahari, kemiringan sumbu rotasi Bumi, dan presesi sumbu rotasi Bumi. Hal-hal ini menyebabkan redistribusi insolasi (radiasi Matahari yang masuk) secara musiman dan lintang pada Bumi.

"Saat ini kita berada dalam periode interglasial yang dimulai sekitar 10.000 tahun yang lalu. Lamanya periode interglasial hangat ini bervariasi selama satu juta tahun terakhir," terang Kino dalam laman UTokyo.

ADVERTISEMENT

"Periode interglasial saat ini diperkirakan akan berlanjut selama 30.000 hingga 50.000 tahun jika kita hanya mempertimbangkan perubahan insolasi di masa depan," imbuhnya, mengutip studi Archer dan Ganopolski (2005).

CO2 Bikin Bumi Panas Lebih Lama

Karbon dioksida (CO2) dan emisi gas rumah kaca lain akibat aktivitas manusia menurut Kino berpengaruh signifikan pada lamanya periode interglasial. Dampak perubahan konsentrasi CO2 di atmosfer pada masa lalu pada siklus periode glasial dan interglasial bisa dilihat dari inti es Antartika.

Ia menjelaskan, CO2 semula berkisar 180-280 ppm selama satu siklus. Konsentrasi CO2 dalam kisaran konstan selama 800.000 tahun terakhir.

Namun, aktivitas manusia telah menyebabkan CO2 tiba-tiba meningkat dalam 100 tahun terakhir, mencapai 416 ppm pada 2022. Karena peningkatan CO2 di atmosfer berkaitan dengan perpanjangan periode interglasial, Kino memperkirakan, pendinginan iklim saat ini tidak akan terjadi dalam waktu dekat.




(twu/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads