Stereotip atau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebut stereotipe adalah gambaran subjektif tentang suatu kelompok. Stereotip negatif bisa berdampak menimbulkan perpecahan antarkelompok.
Simak apa itu stereotip, mulai dari pengertian, jenis, proses terbentuknya, beserta contoh stereotip yang sering muncul di Indonesia.
Pengertian Stereotip
Menurut KBBI, stereotipe adalah konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat. Subjektif berarti pandangan yang mungkin berbeda antara orang satu dan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam jurnal Qalamuna, Vol 10, No 2, Juli-Desember 2018 dari Institut Agama Islam (IAI) Sunan Giri Ponorogo, Murdianto melalui jurnal berjudul Stereotipe, Prasangka, dan Resistensinya, menjelaskan stereotip adalah gambaran subjektif mengenai suku bangsa lain.
Manstead dan Hewstone mendefinisikan stereotip sebagai suatu keyakinan yang dimiliki secara sosial tentang karakteristik (seperti ciri-ciri kepribadian, perilaku yang diharapkan, atau nilai-nilai pribadi) yang dianggap benar bagi kelompok sosial dan anggotanya.
Jenis Stereotip
Ahmad Suherman dalam penelitian berjudul Stereotip Antar Dusun Selopanggung Dan Dusun Tunggul Di Desa Selopanggung (2022) yang dipublikasi Institut Agama Islam Negeri Kediri, menjelaskan ada dua jenis stereotip, yaitu:
1. Stereotip Negatif
Stereotip negatif adalah dugaan atau gambaran yang bersifat negatif tentang suatu kelompok tertentu yang memiliki perbedaan yang tidak diterima oleh kelompok lain.
Jika stereotip yang muncul adalah stereotip negatif terhadap suatu kelompok tertentu dalam masyarakat majemuk, maka bisa menjadi ancaman bagi persatuan dan kesatuan.
2. Stereotip Positif
Tak selamanya stereotip bersifat negatif, ada juga yang bersifat positif.
Stereotip positif adalah dugaan atau gambaran yang bersifat positif tentang suatu kelompok. Stereotip ini bisa merekatkan komunikasi lintas budaya sehingga memudahkan interaksi dalam masyarakat majemuk.
Proses Terbentuknya Stereotip
Menurut Andrea L. Rich dalam tulisan Ahmad Suherman di atas, mengatakan stereotip tidak muncul tiba-tiba, tetapi ada proses melalui pengalaman. Beberapa prosesnya yakni:
Melalui Pengalaman Pribadi
Yaitu ketika seseorang berinteraksi dengan orang yang berbeda etnik, ras, agama, atau kelompok sosial yang berbeda.
Pengalaman itu kemudian digeneralisasikan kepada semua anggota etnik, ras, agama, atau kelompok sosial yang serupa.
Melalui Pengalaman dari Orang Lain yang Relevan
Yaitu ketika seseorang yang tidak bersinggungan langsung dengan orang yang berbeda etnik, ras, agama, atau kelompok sosial yang berbeda. Akan tetapi dia mendapatkan informasi nilai-nilai dari anggota keluarga, guru, atau sahabat.
Pengalaman yang diperoleh dari media massa
Media massa tersebut seperti surat kabar, majalah, film, radio, dan televisi, hingga media sosial digital mengenai gambaran tentang suatu etnik, ras, agama, atau kelompok sosial yang berbeda.
Contoh Stereotip
Berikut ini beberapa contoh stereotip yang biasa muncul di Indonesia, baik yang bersifat positif:
- Orang kulit hitam (negro) cenderung kurang ajar
- Orang Madura mudah dan cenderung kasar
- Orang Indonesia Timur cenderung temperamen dan kasar
- Orang Italia cenderung romantis
- Orang Jawa suka berbasa-basi dalam berkomunikasi dengan orang lain
- Orang Cina digambarkan pelit, penuh perhitungan
- Orang Cina adalah orang yang kaya
- Wanita dengan baju terbuka kerap dinilai sebagai wanita yang tidak baik
- Laki-laki bertato adalah orang nakal dan menyeramkan
- Wanita umumnya memiliki sifat yang lembut, penyayang, dan keibuan
- Laki-laki pemberani, tidak cengeng
Nah, itulah tadi telah kita ketahui apa itu stereotip, mulai dari pengertian, jenis, proses terbentuknya, hingga contohnya.
(bai/inf)