Alam semesta sangatlah luas dan kita tak akan mungkin mengetahui bagaimana keadaan alam semesta tanpa ilmu pengetahuan. Salah satu misteri yang banyak ditanyakan orang adalah di manakah ujung alam semesta ini?
Seandainya kita dapat menembus langit, apakah kita akan sampai pada ujung alam semesta? Ataukah alam ini tak terbatas, sehingga kita tidak akan menemukan ujungnya?
Simak artikel ini untuk memahami konsep dari alam semesta menurut para ilmuwan, mengenai ujung alam semesta dan teori tentang alam semesta yang terus membesar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Manakah Ujung Alam Semesta?
Untuk menjawab pertanyaan terkait ujung alam semesta, kita harus memahami konsep alam semesta terlebih dahulu. Dikutip dari Big Think, alam semesta tidak hanya memiliki dimensi ruang, tetapi juga dimensi waktu.
Big Bang diperkirakan terjadi 13,8 miliar tahun lalu dan alam semesta terus meluas, sehingga objek terjauh yang dapat kita lihat sekarang berjarak 46,1 miliar tahun cahaya dari bumi.
Selama ini, para kosmolog hanya bisa mengamati alam semesta di luar bumi dari teleskop. Hal ini berarti kita tidak akan bisa melampaui batas wilayah yang dapat kita lihat, sehingga dapat dikatakan ujung dari alam semesta adalah titik batas yang dapat kita akses.
Kosmolog pemenang Hadiah Nobel John Mather dari Goddard Space Flight Center NASA, yang dilansir dari situs astronomy.com, mengatakan telah melihat alam semesta dengan sangat jauh. Di ujungnya, terlihat sisa cahaya dari Big Bang yang disebut radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik atau cosmic microwave background (CMB).
Namun demikian, kebanyakan ilmuwan sepakat terkait alam semesta yang berbentuk bola. Layaknya bumi, menjelajah alam semesta memungkinkan Anda kembali ke tempat semula seperti pelayaran Ferdinand Magellan yang mengelilingi dunia. Einstein menyebut model tersebut sebagai "alam semesta yang terbatas tetapi tidak terbatas".
Mulai tahun 1980-an, ilmuwan meneliti CMB dan mengatakan bola alam semesta ini sangatlah besar sampai-sampai tidak terlihat lengkungannya. Ini pun seperti bumi yang terasa datar, meski sesungguhnya berbentuk bola.
"Alam semesta itu datar seperti selembar kertas (yang tak berujung)," kata Mather. Anda tidak akan pernah sampai di ujung alam semesta tersebut. Anda hanya akan menemukan lebih banyak galaksi.
Alam Semesta Terus Berkembang
Konsep lain mengenai alam semesta, yakni alam semesta terus berkembang dan meluas. Dilansir dari Live Science, para ilmuwan berpendapat alam semesta mengembang dengan kecepatan yang terus meningkat.
Kita menggunakan analogi balon dan semut di permukaannya. Ketika udara ditambahkan ke dalam balon, semut akan melihat benda lain di permukaan balon semakin menjauh.
Semakin jauh jarak antara semut dan suatu benda, maka semakin cepat pula benda itu menjauh. Namun di mana pun semut bergerak, kecepatan benda-benda itu menjauh akan mengikuti hubungan yang sama.
Namun, ketika balon diledakkan, ia mengembang menjadi ruang tiga dimensi. Masalahnya, hal ini tidak berlaku untuk alam semesta, karena alam semesta berisi segala sesuatu, jadi tidak ada yang berada di luar.
Fisikawan Stephen Hawking sering mengatakan pertanyaan mengenai hal di luar alam semesta adalah tidak masuk akal, sebab alam semesta berasal dari ketiadaan dan membuat segala sesuatu menjadi ada. Ini seperti menanyakan apa yang ada di sebelah utara Kutub Utara atau apa yang ada di selatan Kutub Selatan.
Nah, demikian tadi penjelasan mengenai ujung alam semesta. Dapat kita simpulkan bahwa alam semesta berbentuk bola yang sangat besar, sehingga dapat dikatakan alam semesta tidak berujung.
(bai/inf)