Dalam beberapa tahun terakhir, meningkatnya ketersediaan data musik yang dipersonalisasi telah memungkinkan banyak pendengar untuk lebih memahami selera musiknya. Namun, menilai bagaimana musik ini telah berkembang, termasuk genrenya, selama beberapa dekade terakhir adalah salah satu tantangan terbesar.
Meskipun demikian, para ilmuwan menemukan cara untuk mengeker preferensi musik manusia. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports menganalisis ratusan ribuan lagu yang dirilis antara tahun 1970 dan 2020. Studi yang dilakukan oleh tim ilmuwan Eropa ini mencoba memahami bagaimana konten, konstruksi, dan nada musik telah berkembang.
Meski musik memiliki genre sangat beragam, para peneliti berfokus pada lima genre musik terpopuler di dunia yaitu rap, pop, country, rock, dan R&B atau rhythm and blues. Bagaima hasilnya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lirik Makin Personal
Peneliti menemukan lirik lagu kini menjadi lebih pribadi, lugas, dan bermuatan emosi negatif. Mereka berpendapat bahwa tren ini mencerminkan suasana masyarakat dan perubahan dalam cara konsumsi musik.
Para ilmuwan memulai dengan membangun database musik menggunakan platform online last.fm, dengan lirik yang diambil dari genius.com. Mereka memulai dengan 582.759 lagu lengkap dan mempersempitnya menjadi 353.320 lagu.
Lirik dalam subset ini dianalisis untuk berbagai ciri seperti kompleksitas, keterbacaan, struktur, rima, dan emosi. Selanjutnya, mempelajari sampel representatif dari 12.000 lagu menggunakan model kecerdasan buatan. Sampel ini mencakup beragam campuran tahun rilis dan genre.
Menurut Eva Zangerle, penulis senior studi tersebut, mengatakan kepada Agence France-Presse (AFP) bahwa lagu-lagu kini tersebut mengandung lebih banyak kata-kata dan refrain yang berima. "Di semua genre, lirik cenderung menjadi lebih sederhana dan berulang," Zangerle menyimpulkan.
Kata ganti seperti "milikku" dan "aku" semakin meningkat frekuensinya di hampir semua genre musik kecuali country. Lagu tersebut juga menjadi lebih pribadi.
Lagu dengan Emosi Negatif & Marah
Selain itu, semua genre menunjukkan peningkatan penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan emosi negatif, dengan rap menunjukkan peningkatan kemarahan yang paling signifikan.
Para peneliti mencatat bahwa setiap genre musik memiliki cerita unik dan tren umum masing-masing. "Di antara genre musik yang dievaluasi, rap adalah genre yang liriknya memainkan peran paling menonjol," tulis para peneliti.
Namun, kekayaan kosakata genre rap, yang mengacu pada jumlah kata unik yang digunakan, terlihat menurun seiring berjalannya waktu. Dalam konteks penelitian ini, para peneliti mengaitkan tren ini dengan kecenderungan lagu rap mengulang baris dan rima.
Lirik Lawas dan Baru
Menurut peneliti, pendengar musik country lebih menyukai lirik yang lebih baru. Sebaliknya, pendengar musik rock lebih menyukai lirik lagu yang lawas. Tren ini dapat dikaitkan dengan demografi usia penonton setiap genre.
Menurut laporan Arianna Johnson di Forbes, pendengar R&B, yang juga mencakup musik soul yang paling banyak diakses. Namun, penulis menyatakan bahwa lirik mungkin bukan indikator yang berarti melainkan bagaimana genre tersebut berkembang selama lima dekade terakhir.
Meningkatnya penggunaan aplikasi dan platform streaming untuk mendengarkan musik menjadikan artis penting untuk menarik perhatian penontonnya. Hasilnya, temuan studi terbaru ini mungkin mencerminkan tren terkait pergeseran fokus ini.
"Ketika orang dihadapkan pada banyak sekali pilihan, mereka cenderung memilih hal-hal yang lebih mudah diproses dan lugas," kata Michael Varnum, psikolog budaya di Arizona State University yang tidak berpartisipasi dalam penelitian ini, mengatakan kepada Lauren Leffer dari Scientific American.
10-15 Detik Penentu
Hasil analisis dari Paul Lamere, yang terkait dengan Echo Nest, platform data musik milik Spotify, menunjukkan bahwa hampir 50 persen pendengar Spotify akan melewatkan sebuah lagu sebelum lagu itu berakhir. Hampir seperempatnya akan melewatkannya dalam lima detik pertama.
"10 hingga 15 detik pertama sangat menentukan apakah kita melewatkan lagu tersebut atau tidak," kata Zangerle kepada AFP.
Jadi mungkin, dalam perlombaan untuk menarik minat pendengar, lagu yang lebih repetitif memiliki keunggulan. "Lirik seharusnya lebih mudah diingat saat ini, karena lebih mudah dihafal."
(twu/twu)