Tari Kontemporer: Definisi, Sejarah, dan Contohnya di Indonesia

ADVERTISEMENT

Tari Kontemporer: Definisi, Sejarah, dan Contohnya di Indonesia

Kirana Ratu Sekar Kedaton - detikEdu
Kamis, 11 Apr 2024 06:00 WIB
Pentas Tari Kontemporer Li Tu Tu Tutup Indonesian Dance Festival 2020
Pertunjukan tari kontemporer Li Tu Tu. Foto: dok. IDF 2020
Jakarta -

Tari kontemporer hadir sebagai bentuk pembaharuan di waktu tertentu. Penciptaannya untuk membangkitkan kesadaran dan bentuk kritik dari penyimpangan sosial yang ada.

Kontemporer diambil dari istilah bahasa Inggris "contemporary" yang berarti kehidupan di masa. Kontemporer juga bisa berarti kejadian atau keadaan di saat yang sama.

Sehingga tari kontemporer identik dengan empat poin utama yaitu minat, waktu, cita rasa, dan tren. Berikut penjelasan lengkapnya:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Definisi Tari Kontemporer

Dikutip dari buku berjudul Menyoal Makna: Tidak Ada Model Tunggal Kontemporer karya Sal Murgiyanto, kontemporer diartikan dalam dua makna yaitu.

  • Secara Umum

Kontemporer mengerucut pada waktu yang sama, masa kini, dewasa kini, dan satu waktu.

ADVERTISEMENT
  • Secara Khusus

Seni kontemporer adalah karya baru atau sedang menjadi tren ketika dibuat.

Sehingga tari kontemporer disebut sebagai karya seni baru yang sesuai dengan tren di masa pembuatan. Tari ini bisa juga memiliki relevansi dengan sejarah, sosial dan budaya, serta dimana negara pembuatannya.

Sejarah Tari Kontemporer

Tari kontemporer disebut muncul dari generasi seniman Barat di zaman post modern. Para seniman di babak ini melakukan pembaharuan dari adanya tari modern di tahun 1920-an yang dianggap terlalu mapan dalam hal teknik.

Oleh sebab itu di tahun 1960-an, Yvonie Rainer, Trisha Brown, Steve Paxton, dan Deborah Hay dalam Judson Dance Theatre menciptakan gerakan post modern yang dinilai lebih bebas. Beberapa bentuk gerakan cenderung kreatif individual seperti.

  • Gerak aktivitas sehari-hari
  • Gerakan jatuh dan berguling tanpa stilasi
  • Gerak seni bela diri.

Sejak saat itu, para penari memusatkan gerakan melakukan (doing) tanpa mempertunjukkan (performing) gerak. Sehingga di tahun 1970-an, tari postmodern ini disebut sebagai tari kontemporer yang wajib mengalami perubahan tanpa adanya pengulangan teknik gerakan.

Di Indonesia sendiri, tari kontemporer tidak harus menolak tradisi dan bisa dibuat dari pembaharuan atasnya. Ramuan dari tren, materi, dan konsep yang tidak terikat dengan apapun menjadi ciri dari tari kontemporer Indonesia.

Ciri-ciri Tari Kontemporer

Dilasir dari jurnal karya Indrayuda berjudul Fenomena Tari Kontemporer Dalam Karya Tari Mahasiswa Sendratasik UNP dan STSI Padang Panjang, sebuah tari disebut kontemporer ketika memiliki ciri berikut.

  • Gerakannya cenderung menentang kaidah umum tari tradisi atau yang telah mapan di masyarakat.
  • Ekspresi pribadi adalah hal yang ditonjolkan daripada ekspresi kelompok.
  • Gerakan tari dibebaskan namun masih dalam tema karya yang dibawakan.
  • Irama musik dan melodis bebas bahkan cenderung lepas dari ritmis.
  • Naskah tarian mengangkat masalah kemanusiaan dan tren kekinian.
  • Musik tidak menyatu dengan irama melainkan suasana.
  • Tidak ada standar durasi waktu.
  • Gerakan, ekspresi, tekanan, dan aksen tidak konstan dan berpola.
  • Sulit mempertahankan dan mengulangi pertunjukan agar sesuai dengan awal penciptaan.
  • Pertunjukan tidak hanya dilakukan dalam pentas, salah satunya di ruang publik.

Seniman Edi Sedyawati menyebutkan, titik tolak karya kontemporer yaitu melepaskan seluruh hal yang ada atau menggunakan tradisi yang telah diperbaharui dan belum pernah dilakukan orang lain.

Tujuan Penciptaan Tari Kontemporer

Secara umum, misi pembuatan tari kontemporer di Indonesia adalah:

Membangkitkan kesadaran sosial terhadap sesama.

Memberikan koreksi dan kritik dari pandangan masyarakat masa kini yang menyimpang.

Mengutamakan penyampaian nilai kemanusiaan pada publik.

Contoh Tari Kontemporer di Indonesia

Menurut Tang Fu Kuen, kurator festival tari internasional dari Singapura, tari kontemporer Indonesia cenderung menekankan pada alur cerita dan karakter tokoh yang dibawakan penari. Berbeda dengan tari kontemporer Eropa Barat yang bersifat eksperimental dengan menekankan pada gabungan sensori (sentuhan, pendengaran, dan penglihatan).

Berikut beberapa contoh karya tari kontemporer di PKJ-TIM (Pusat Kesenian Jakarta-Taman Ismail Marzuki) di tahun 1968-1987.

1. Sepasang Api Jatuh Cinta
2. Huriah Adam
3. Rama dan Sinta
4. Putih-Putih
5. Samgita Pancasoma I-XII
6. Meta Ekologi
7. 10 Menit dari Borobudur
8. Plesiran
9. Pendekar Perempuan
10. Siparnipi
11. Jelantik Bogol
12. Akkarena
13. Ironi
14. Klana Tunjungseta
15. Wayang Budha Sutasoma
16. Limbago
17. Segitiga
18. Perempatan
19. Joged
20. Awan Bailau
21. Sinta
22. Nyejer Agung
23. Sampah
24. Kala Bendu
25. Fatamorgana
26. Kurusetra.

Kreasi tari kontemporer tentunya tak hanya mengandalkan kreativitas seniman. Dukungan pemerintah, antusiasme masyarakat dan penikmat seni, serta media ikut berdampak pada perkembangan tari kontemporer.




(row/row)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads