Sultan Al Neyadi merupakan satu dari belasan astronaut muslim yang pernah menjelajah ruang angkasa. Dalam salah satu misinya, astronaut asal Uni Emirat Arab ini merasakan lebaran di ruang angkasa.
Peristiwa lebaran di ruang angkasa dirasakan Al Neyadi pada Ramadan dan Idul Fitri tahun lalu, dikutip dari CNN. Sementara ia memulai misi 6 bulan Crew 6 SpaceX Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) yang sejak 26 Februari 2023, warga muslim di Bumi melalui Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha.
"Selamat Hari Raya Idul Fitri, semoga kamu dirahmati dan doa terbaik dari Sultan Al Neyadi, di International Space Station (ISS)," ucapnya dalam sebuah video, dikutip dari BBC.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Al Neyadi mengucapkan selamat Idul Fitri bersama Suhail, boneka putih-biru maskot misi ruang angkasa Uni Emirat Arab. Nama Suhail merupakan nama setempat untuk Canopus, bintang paling terang kedua di langit malam dekat horizon selatan.
Menuju Lebaran di Ruang Angkasa
Al Neyadi melihat 16 kali Matahari terbenam setiap hari di ISS. Untuk itu, ia tidak bisa menjalankan Ramadan pada waktu yang sama dengan warga di Bumi.
Ia menjelaskan, dirinya dapat berpuasa dengan Waktu Greenwich (GMT) atau Waktu Universal Terkoordinasi (UTC). Zona waktu ini resmi digunakan di ISS.
"Jika kita mempunyai kesempatan, pastinya Ramadan adalah saat yang baik untuk berpuasa, dan itu benar-benar menyehatkan," tuturnya.
Karena melakukan perjalanan ke ruang angkasa, Al Neyadi juga termasuk kategori musafir. Ia juga tidak wajib puasa karena butuh makan makanan yang cukup agar tidak mengalami kekurangan nutrisi atau hidrasi di misi ruang angkasa.
"Sebenarnya kita bisa buka puasa saja, karena (puasa menjadi) tidak wajib," tuturnya.
"Puasa tidak wajib jika Anda merasa tidak enak badan. Jadi dalam hal ini, segala sesuatu yang dapat membahayakan misi atau mungkin membahayakan anggota kru, kita sebenarnya diperbolehkan untuk makan makanan yang cukup untuk mencegah peningkatan kekurangan makanan atau nutrisi atau hidrasi," ucapnya.
(twu/nwk)