Saat ini sudah banyak masyarakat terjun ke dunia investasi. Salah satu harapan mereka adalah agar bisa balik modal dan meraih keuntungan dalam waktu cepat.
Namun, berinvestasi bukanlah hal yang mudah. Apabila tidak melakukan perhitungan secara matang, hal ini justru membuat investor bukannya untung tapi malah buntung karena rugi besar.
Nah, salah satu metode yang dipakai dalam penilaian investasi adalah Payback Period (PP). Lantas, apa itu Payback Period? Simak penjelasannya dalam artikel ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengertian Payback Period
Payback Period adalah periode atau jumlah tahun yang diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi yang telah dikeluarkan oleh investor. Payback Period disebut juga sebagai periode pengembalian modal.
Mengutip buku Konsep Dasar Investasi dan Pasar Modal oleh Wastam Wahyu Hidayat, Payback Period digunakan sebagai penentu dalam mengambil keputusan investasi. Dengan begitu, investor bisa mengetahui apakah akan menginvestasikan modalnya ke suatu proyek/bisnis atau tidak.
Investor akan lebih suka memilih investasi yang periode pengembalian modalnya lebih cepat dari yang lain. Maka dari itu, periode pengembalian yang semakin pendek menunjukkan suatu investasi akan lebih cepat balik modal.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa Payback Period menggambarkan panjang waktu yang dibutuhkan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya dalam waktu cepat.
Kelemahan Payback Period
Meski menjadi salah satu metode dalam penilaian investasi, sayangnya Payback Period memiliki sejumlah kelemahan, yakni sebagai berikut:
- Tidak memperhatikan time value of money, sedangkan cash flow pada waktu yang akan datang apabila dinilai sekarang akan berbeda.
- Lebih mementingkan pada pengembalian nilai investasi daripada aspek laba dalam waktu umur investasi. Dengan begitu, cash flow sesudah umur Payback Period tidak diperhatikan.
- Tidak memperhatikan variasi besar kecilnya cash flow setiap tahun, apakah mengalami peningkatan, menurun, atau stabil.
Untuk mengatasi masalah tidak memperhatikan time value of money, maka muncul metode penilaian investasi lainnya yang disebut Discounted Payback Period.
Sebagai informasi, Discounted Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas masa depan (future cash flow) yang telah didiskontokan, sehingga mencerminkan time value of money.
Rumus Payback Period
Ada rumus khusus dalam menghitung Payback Period. Mengutip buku Analisis Proyek Agribisnis oleh Dr Ir Nurdin Mappa, berikut rumusnya:
Payback Period (PP) = Investasi awal/Arus kas
Seorang analis harus dapat memastikan hasil analisis dari Payback Period dengan ketentuan jika:
- Pengembalian lebih cepat dari waktu yang ditentukan oleh investor (bank) berarti proyek dinyatakan layak dan dapat dilanjutkan.
- Pengembalian lebih lama berarti proyek dinyatakan tidak layak dan tidak dapat dilanjutkan.
Contoh Soal Payback Period
Setelah mengetahui rumus Payback Period, mari simak contoh perhitungannya di bawah ini:
Perhitungan Payback Period dengan jumlah arus kas yang sama setiap tahun suatu perusahaan jagung melakukan investasi sebesar Rp 45.000.000, lalu jumlah proceed per tahun adalah Rp 22.500.000. Payback Period dapat dihitung sebagai berikut:
PP = Investasi awal/Arus kas
PP = Rp 45.000.000/Rp 22.500.000
PP = 2 tahun
Jadi, Payback Period dari investasi tersebut adalah dua tahun. Artinya, dana yang tertanam dalam aktiva sebesar Rp 45.000.000 akan dapat diperoleh kembali dalam jangka waktu dua tahun. Jika investor dihadapkan pada dua pilihan investasi, maka pilih Payback Period yang paling kecil.
Demikian penjelasan mengenai Payback Period beserta kelemahan, rumus, dan contoh soalnya. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.
(ilf/fds)