Ketika berwisata di Thailand, pernahkah detikers mendengar tentang Long Neck Karen Village? Di tempat wisata ini, detikers dapat berjumpa dengan perempuan dari suku Karen yang mengenakan tumpukan kalung yang terbuat dari kuningan sehingga leher mereka terlihat panjang.
Siapakah suku Karen ini? Apa tujuan mereka memanjangkan leher? Simak di artikel berikut.
Mengenal Suku Karen
Perlu kita ketahui, tidak semua suku Karen memiliki tradisi memanjangkan leher. Mengutip Thailand Hilltribe Holidays, suku Karen terbagi menjadi 4 grup besar, yaitu Sgaw (White Karen), Po (Red Karen), Pa-O dan Kayah. Karen Long Neck, yang memiliki nama etnologis Kayan Lahwi, merupakan bagian dari suku Red Karen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suku Karen awalnya berasal dari Myanmar. Mengutip Epicure and Culture, sebagian penduduk suku Karen melarikan diri dari Myanmar akibat konflik antara gerakan nasionalis Karen dan angkatan bersenjata Myanmar. Mereka pun tinggal di Thailand dengan status sebagai pengungsi akibat konflik.
Tujuan Tradisi Memanjangkan Leher Suku Karen Long Neck
Mengutip Al Jazeera, wanita suku Karen Long Neck mulai mengenakan kalung kuningan pada leher saat mereka memasuki usia 5 atau 6 tahun. Kalung yang bertumpuk mampu menurunkan posisi tulang selangka dan tulang rusuk, sehingga membuat leher terlihat lebih panjang.
Antropolog belum mengetahui alasan pasti di balik tradisi memanjangkan leher ini. Ada berbagai teori yang beredar, antara lain sebagai berikut.
1. Melindungi dari Gigitan Hewan Buas
Teori pertama mengenai alasan di balik tradisi memanjangkan leher suku Karen adalah sebagai perlindungan dari gigitan hewan buas. Hewan buas seperti singa dan macan menyerang bagian tubuh yang tidak terlindungi, seperti leher. Dengan mengenakan kalung kuningan, leher akan terlindungi dari gigitan hewan buas.
2. Menghindari Penculikan oleh Suku Lain
Mengutip Sinchi Foundation, ada juga teori yang menyatakan tujuan wanita suku Karen memanjangkan leher adalah agar mereka tidak diculik oleh pria suku lain. Tumpukan kalung pada leher akan mengurangi kecantikan mereka sehingga mengurangi risiko diculik oleh pria suku lain untuk dijadikan budak.
3. Tolok Ukur Kecantikan
Sekarang, suku Karen justru percaya leher yang panjang adalah tolok ukur kecantikan. Mereka percaya wanita akan semakin cantik bila lehernya semakin panjang. Sehingga, kalung kuningan bisa dibilang sebagai aksesoris.
4. Mempertahankan Tradisi
Riset dari Canadian Science Publishing menunjukkan bahwa mengenakan tumpukan kalung pada leher menimbulkan risiko penyakit kardiovaskular. Akan tetapi, tradisi ini masih dipertahankan oleh suku Karen karena sudah merupakan bagian dari identitas dan budaya mereka.
Terlebih lagi bagi wanita suku Karen yang tinggal di desa wisata di Thailand. Tradisi memanjangkan leher menarik perhatian wisatawan dan mendatangkan pemasukan.
Itu dia sekilas mengenai suku Karen Long Neck dan tujuan mereka memanjangkan leher. Unik, ya?
(fds/fds)