Ramai tagar #JanganJadiDosen belakangan di media sosial X. Pos dengan tagar ini antara lain menyoal gaji dosen kecil dan tidak sesuai dengan beban kerja yang berat.
Terkait isu ini, pakar Kebijakan Publik Universitas Airlangga (Unair) Gitadi Tegas Supramudyo mengatakan, minimnya upah dosen salah satunya berdampak pada keputusan untuk mencari pekerjaan sampingan demi memenuhi kebutuhan. Akibatnya, kualitas pengajaran pun turun.
Lulusan Terbaik Pilih Profesi dengan Gaji Lebih Baik
Gitadi menjelaskan, masalah kesenjangan dalam kebijakan gaji dosen merupakan akibat kebijakan negara atas keuangan dan pendidikan yang belum optimal. Buntutnya, lulusan terbaik di perguruan tinggi tidak mau menjadi dosen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya rasa ini terkait dengan kebijakan negara khususnya pendidikan, ya. Di sisi lain juga tuntutan ekonomi. Dulu, lulusan terbaik itu biasanya menjadi dosen, sekarang lebih memilih bekerja di bidang lain yang tunjangan atau gajinya juga lebih baik," ungkap Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair tersebut, dikutip dari laman kampus, Rabu (6/3/2024).
Kualitas Dosen Terdampak
Sistem pendidikan yang dinamis menurutnya juga picu masalah ini. Di samping itu, perubahan orientasi lulusan sarjana dan diploma juga pengaruhi kualitas hingga kebijakan profesi dosen.
"Dulu itu pembagiannya: yang orientasi pekerjaan itu diploma, kalau pengembangan ilmu (itu) sarjana sampai doktor. Dan ini sekarang sudah berubah, semua kaitannya dengan pekerjaan. Perubahan ini secara langsung maupun tidak berdampak pada profesi dosen," kata Gitadi.
"Di Indonesia ini kebutuhan fisik masih menjadi yang utama. Memang menjadi dosen itu pilihan, tapi dalam praktiknya orang Indonesia bisa dari sumber lain karena untuk memenuhi kebutuhan," imbuhnya.
Penurunan Kompetensi Dosen
Ia mengatakan, dalam jangka panjang, kebijakan saat ini akan berimbas pada generasi muda yang berkurang minatnya untuk menjadi dosen. Di samping itu, kualitas dosen pun diperkirakan akan turun akibat profesinya tidak diminati.
Gitadi mengatakan pemerintah perlu menetapkan standar kebijakan upah dosen yang lebih optimal, berangkat kesenjangan signifikan pada kebijakan upah dosen Indonesia saat ini. Gitadi mengatakan, kebijakan saat ini menyebabkan tingkat kompetensi dosen turun.
"Sekarang ini yang terjadi adalah menurunnya tingkat kompetisi menjadi dosen. Selama kebijakan yang ada masih seperti ini maka penurunan ini akan terjadi," ujarnya.
"Saya rasa perlu ada standar kebijakan. Kita perlu kembali ke grand design pendidikan Indonesia yang belakangan ini terus berubah," kata Gunadi.
Solusi Masalah Dosen RI
Ia menjelaskan, grand design awal pendidikan Indonesia yaitu Pemerintah RI memberikan standar yang lebih jelas terkait rekrutmen dan penetapan gaji dosen melalui klasterisasi. Kembali ke grand design menurutnya perlu dilakukan Pemerintah lewat kementerian terkait.
"Yang terpenting bagi saya yaitu terkait dengan kebijakan negara tentang kualitas pendidikan Indonesia. Jadi, pemerintah sekali lagi perlu kembali pada grand design pendidikan kita dan memberi penghargaan bagi mereka yang terpanggil jadi dosen," tegasnya.
(twu/faz)