Abris Sous Roche, Salah Satu Kebudayaan Purba di Zaman Mesolitikum

ADVERTISEMENT

Abris Sous Roche, Salah Satu Kebudayaan Purba di Zaman Mesolitikum

ilham fikriansyah - detikEdu
Sabtu, 10 Feb 2024 08:00 WIB
Gua Lawa, Manusia Purba di Ponorogo
Gua Lawa, Manusia Purba di Ponorogo, Jawa Timur. Foto: Charolin Pebrianti/detikcom
Jakarta -

Abris sous roche merupakan salah satu peninggalan kebudayaan purba dari zaman Mesolitikum. Di masa itu, abris sous roche menjadi salah satu budaya agar manusia purba dapat bertahan hidup.

Hal tersebut dibuktikan dengan sejumlah penemuan benda-benda purba di dalam gua. Dengan begitu, para ilmuwan dan arkeolog dapat meneliti kebudayaan abris sous roche di zaman purba.

Lantas, apa itu abris sous roche? Lalu apa saja peninggalan kebudayaan lainnya di zaman Mesolitikum? Simak penjelasannya secara lengkap dalam artikel ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengertian Abris Sous Roche

Abris sous roche adalah sebuah kebudayaan manusia purba yang tinggal di dalam gua. Manusia purba di zaman Mesolitikum diketahui menetap dan hidup di gua yang tersebar di berbagai tempat, termasuk di wilayah Indonesia.

Mengutip buku Sejarah 1 untuk SMA Kelas X oleh Sardiman, karena dijadikan sebagai tempat tinggal, gua tersebut seolah-olah menjadi perkampungan bagi manusia purba. Oleh sebab itu, terdapat sejumlah jejak kebudayaan manusia purba di dalam gua.

ADVERTISEMENT

Kebudayaan manusia purba zaman Mesolitikum yang tinggal di gua menciptakan sejumlah kebudayaan baru, di antaranya ada kebudayaan tulang atau bone culture dan kebudayaan Toala.

Penemuan Benda Bersejarah di Dalam Gua

Dalam buku Sejarah Untuk Kelas 1 SMA oleh Habib Mustopo, penelitian pertama terhadap kebudayaan abris sous roche dilakukan oleh Pieter Vincent van Stein Callenfels pada 1928 sampai 1931. Kala itu, Callenfels melakukan penelitian di Gua Lawa, dekat Sampung, Ponorogo, Jawa Timur.

Dari penelitiannya tersebut, Caallenfels menemukan sejumlah benda purba dari zaman Mesolitikum yang terbuat dari batu, seperti mata panah, flake, batu-batu penggiling. Selain itu, ada beberapa benda purba yang terbuat dari dari tulang dan tanduk.

Karena sebagian besar benda purba yang ditemukan terbuat dari tulang, maka disebut sebagai kebudayaan tulang Sampung atau Sampung bone culture. Bersamaan dengan benda purba, ditemukan juga fosil manusia Papua-Melanesoid yang merupakan nenek moyang suku bangsa Papua dan Melanesia sekarang.

Sejumlah benda purba dan tulang dari zaman Mesolitikum juga ditemukan di Besuki, Jawa Timur oleh peneliti bernama Van Heekeren. Di sejumlah gua di Bojonegoro, Jawa Timur, ditemukan juga sejumlah benda purba dari kerang dan tulang, bersamaan dengan fosil manusia Papua-Melanesoid.

Mengenal Zaman Mesolitikum

Zaman Mesolitikum dikenal juga dengan nama Zaman Batu Pertengahan atau Zaman Batu Madya. Zaman ini berlangsung antara 10.000 sampai 5.000 sebelum masehi (SM). Zaman Mesolitikum di Asia Tenggara dikenal juga dengan sebutan Zaman Hoabinhian.

Zaman Mesolitikum ditandai dengan kecenderungan manusia purba untuk tinggal di tepi sungai dan laut. Sebab, persediaan air dan makanan laut memungkinkan manusia untuk bermukim di sana. Lalu, manusia purba di era Mesolitikum juga banyak tinggal di gua.

Kebudayaan zaman Mesolitikum meninggalkan jejak di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Flores. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan kebudayaan era Mesolitikum meluas ke berbagai tempat di Indonesia. Pendukung kebudayaan zaman batu tengah adalah Homo sapiens.

Kebudayaan Lainnya di Zaman Mesolitikum

Tak hanya abris sous roche, masih ada sejumlah peninggalan era Mesolitikum yang juga populer, di antaranya:

1. Kjokkenmoddinger

Kjokkenmoddinger berasal dari kata bahasa Denmark kjokken yang artinya dapur dan modding yang artinya sampah. Dengan kata lain, kjokkenmoddinger adalah sampah dapur atau sampah makanan dari manusia purba di zaman Mesolitikum.

Kjokkenmoddinger merupakan timbunan kulit siput dan kerang yang menggunung. Manusia purba zaman Mesolitikum saat itu tinggal di tepi pantai dengan rumah-rumah bertonggak.

2. Pebble

Pebble atau Kapak Sumatra ditemukan oleh Pieter Vincent van Stein Callenfels pada tahun 1925. Saat itu, Callenfels menemukan kapak yang berbeda dengan chopper, yaitu kapak genggam dari zaman Paleolitikum. Pebble culture banyak ditemukan di Sumatera Utara

3. Batu Pipisan

Batu pipisan adalah batu bata penggiling beserta landasannya yang di zaman sekarang fungsinya mirip cobek. Batu pipisan berguna untuk menggiling makanan dan menghaluskan pewarna atau cat merah. Cat itu diduga dipakai untuk kegiatan yang terkait kepercayaan.

4. Kebudayaan Toala

Kebudayaan Toala adalah kebudayaan suku bangsa Toala yang mendiami gua-gua di Lamoncong, Sulawesi Selatan, hingga akhir abad ke-19. Kebudayaan Toala meninggalkan flake, alat-alat dari tulang, dan serpih bilah. Ujung serpih yang runcing dapat dijadikan alat penusuk untuk melubangi benda, contohnya kulit.

Demikian penjelasan mengenai abris sous roche serta sejumlah kebudayaan lainnya di zaman Mesolitikum. Semoga artikel ini dapat menambah pengetahuan detikers.




(ilf/fds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads