Para ilmuwan telah menemukan sumber air tertua di dunia, di sebuah Tambang Kidd di Ontario, Kanada, pada 2016. Temuan ini mengungkap lebih banyak tentang kehidupan di Bumi miliaran tahun lalu.
Pemimpin penelitian, Barbara Sherwood Lollar, mengatakan bahwa sumber air yang ditemukan bukanlah tetesan air yang terperangkap di dalam batu. Lebih dari itu, volume airnya bisa lebih besar dari perkiraan.
"Ketika orang berpikir tentang air ini, mereka berasumsi bahwa itu adalah sejumlah kecil air yang terperangkap di dalam batu. Tetapi kenyataannya, air ini mengalir dengan kecepatan liter per menit, volume airnya jauh lebih besar daripada perkiraan siapa pun," ucapnya dalam Smithsonian Magazine, dikutip Senin (15/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berusia 2 Miliar Tahun dan Punya Kandungan Beberapa Senyawa
Temuan sumber air kuno ini digali oleh para peneliti sekitar 3,2 km di bawah permukaan Bumi. Awalnya, tambang ini digali untuk menggali mineral seperti tembaga, seng, dan perak. Namun temuan pada 2016 mengungkap rahasia lain.
Menurut peneliti, air yang ditemukan telah menggelembung di bawah permukaan selama hampir dua miliar tahun.
"Jika air telah berada di sana selama dua miliar tahun, maka hal ini dapat memberitahu kita sesuatu tentang atmosfer pada saat itu, atau keadaan Bumi, yang sebelumnya kita belum dapat mengetahui banyak hal tentangnya," ucap peneliti dari Universitas Toronto Kanada, Oliver Warr.
Para ilmuwan dapat mengetahui usia air dengan mengukur berapa banyak helium, argon, neon, kripton, dan xenon yang terperangkap di dalam air dari waktu ke waktu.
Adanya Kehidupan Organisme Bersel Tunggal
Analisis sampel air juga mengungkapkan bahan kimia yang ditinggalkan oleh organisme bersel tunggal. Peneliti menyebut, organisme tersebut pernah tinggal di air berusia dua miliar tahun tersebut.
"Mikroba yang menghasilkan 'tanda tangan' ini tidak dapat melakukannya dalam semalam. Ini bukan sekadar ciri mikrobiologi yang sangat modern," kata Sherwood Lollar.
"Ini harus menjadi indikasi bahwa organisme telah hadir dalam cairan ini dalam skala waktu geologis," tambahnya.
Meskipun peneliti belum menemukan mikroba yang masih hidup di air kuno tersebut, tapi jika semakin banyak kolam kuno di Bumi yang ditemukan, maka eksplorasi kehidupan rahasia bisa terungkap. Namun, masih banyak penelitian yang harus dilakukan.
"Kita masih perlu menentukan seperti apa sebaran perairan purba di Bumi, berapa umur hidro geosfer dalam ini, berapa banyak yang berpenghuni," ujar Sherwood Lollar.
Sementara itu, temuan sumber air purba pada 2016 bukan pertama kalinya. Para peneliti telah menemukan kolam air tertua pada 2013 dengan perkiraan usia sekitar 1,5 miliar tahun.
(faz/nwk)