Syekh Siti Jenar: Biografi dan Ajaran-ajarannya yang Dinilai Kontroversial

ADVERTISEMENT

Syekh Siti Jenar: Biografi dan Ajaran-ajarannya yang Dinilai Kontroversial

Saniyyah - detikEdu
Senin, 01 Jan 2024 02:45 WIB
Petilasan Syekh Siti Jenar
Petilasan Syekh Siti Jenar.
Jakarta -

Nama Syekh Siti Jenar mungkin terdengar tidak asing di kalangan umat muslim Indonesia yang mendalami dunia tasawuf. Syekh Siti Jenar merupakan seorang tokoh sufi di tanah Jawa abad ke-16 yang dianggap kontroversial.

Terlepas dari ajarannya yang dianggap tak sejalan dengan Walisongo, nyatanya Syekh Siti Jenar turut andil dalam penyebaran agama Islam di pulau Jawa.

Bagi kamu yang ingin tahu lebih dalam tentang sosok Syekh Siti Jenar, simak penjelasannya dalam artikel berikut ini sampai habis, ya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kelahiran dan Silsilah Syekh Siti Jenar

Sejarah Syekh Siti Jenar pada dasarnya masih simpang-siur. Namun, dikutip dari buku Biografi Lengkap Syekh Siti Jenar oleh Sartono Hadisuwarno, Syekh Siti Jenar sebenarnya merupakan putra dari seorang ulama di Malaka bernama Syekh Datuk Shaleh. Beliau lahir di Cirebon sekitar tahun 829 H/1426 M dengan nama kecil Sayyid Hasan Ali al-Husain.

Apabila ditelusuri silsilah keluarganya, Syekh Siti Jenar masih memiliki hubungan nasab (keturunan) dengan Nabi Muhammad SAW., yakni dari kakek Imam Husain asy-Syahid dari pernikahan Fatimah binti Muhammad SAW dengan Ali bin Abi Thalib.

ADVERTISEMENT

Syeikh Siti Jenar memiliki banyak julukan. Nama Siti Jenar sendiri berasal dari bahasa Jawa, yaitu Siti yang berarti 'tanah' dan Jenar yang artinya 'kuning'.

Adapun julukan lain dari Syekh Siti Jenar yakni Sunan Jepara, Sitibrit, dan Syekh Lemah Abang. Nama Lemah Abang diberikan karena Syeh Siti Jenar pernah tinggal di Dusun Lemah Abang, Kecamatan Keling. Menginjak dewasa, barulah ia memiliki gelar Syekh Abdul Jalil atau Raden Abdul Jalil.

Masa Kecil dan Pendidikan Syekh Siti Jenar

Syekh Datuk Shaleh wafat saat Syekh Siti Jenar berusia sekitar dua bulan. Semenjak itu, beliau diasuh oleh ibunya dengan dibantu Ki Danusela dan Pangeran Walangsungsang yang belajar di pesantren Giri Amparan Jati.

Syekh Siti Jenar pun tumbuh dewasa di lingkungan pesantren Giri Amparan Jati. Di sana, beliau belajar ilmu-ilmu Al-Quran. Bahkan, Syekh Siti Jenar diketahui telah berhasil menghafalkan Al-Quran di usianya yang ke-8 tahun.

Kemudian, sekitar tahun 1446 M, Syekh Siti Jenar keluar dari pesantren tersebut dan mulai berniat mendalami ilmu kemakrifatan (sufi). Makrifat bisa disebut sebagai ilmu dalam mengenal Allah lebih jauh dengan sepenuh hati.

Menyebarkan Ajaran Islam di Tanah Jawa

Selepas perjalanannya belajar ilmu kemakrifatan, Syekh Siti Jenar kembali ke tempat masa kecilnya, yaitu pesantren Giri Amparan Jati. Di sana, ia tinggal bersama sepupunya, Syekh Datuk Kahfi.

Syekh Siti Jenar kemudian menyebarkan agama Islam di Giri Amparan Jati menggantikan Syekh Datuk Kahfi. Ia mendapatkan banyak pengikut dari berbagai golongan. Setelahnya, ia mendirikan sebuah pondok pesantren di Dukuh Lemah Abang, Cirebon.

Dalam usahanya menyebarkan Islam di Pulau Jawa, Syekh Siti Jenar memberikan enam ajaran, yaitu ajaran tentang manusia, ruh Ilahiah, manusia luhur, manusia sebagai wakil Allah, ajaran melebur dengan Allah, dan meninggalkan nafsu badaniah.

Kontroversi Syekh Siti Jenar

Setelah resmi menggantikan Syekh Datuk Kahfi sebagai pengasuh pesantren Giri Amparan Jati, Syekh Siti Jenar mulai memberikan doktrin-doktrin kepada santrinya untuk mengikuti ajarannya.

Semakin lama, ajaran Syekh Siti Jenar dianggap semakin kontroversial lantaran ia memiliki perbedaan pendapat dengan para Walisongo dan tokoh Islam pada saat itu.

Dalam sebuah pertemuan yang digelar di Istana Argapura Gresik, Syekh Siti Jenar mengemukakan pendapatnya tentang ketuhanan. Menurutnya, beribadah kepada Allah SWT pada dasarnya sama dengan Allah. Ia juga menambahkan bahwa hamba yang memiliki kuasa dan menghukum juga hamba.

Pendapat Syekh Siti Jenar ini kemudian ditentang oleh sejumlah wali dan tokoh Islam yang hadir. Mereka menganggap bahwa Syekh Siti Jenar telah menyamakan dirinya dengan Tuhan. Meski demikian, Syekh Siti Jenar tetap pada pendiriannya hingga ia dijatuhi hukuman mati.

Ajaran Syekh Siti Jenar yang Kontroversial

Syekh Siti Jenar dikenal sebagai sosok yang kontroversial dalam ajarannya. Dikutip dari sebuah tulisan berjudul Syekh Siti Jenar: Pemikiran dan Ajarannya (2014) oleh Saidun Derani, berikut 7 pemikiran Syekh Siti Jenar yang membahas Tuhan, manusia, dan kehidupan.

1. Tuhan Menurut Siti Jenar

Pemikiran Syekh Siti Jenar tentang Tuhan berkaitan dengan konsep manunggaling kawula-Gusti, yang menjelaskan hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan. Dalam konsep tersebut, manusia dipandang sebagai manifestasi zat Tuhan.

2. Manusia Menurut Siti Jenar

Pandangan Syekh Siti Jenar mengenai manusia, yaitu setiap individu memiliki fitrah keagungan dan kemuliaan yang disebut sebagai adimanusia (al-insΓ’n al-kΓ’mil). Manusia diciptakan oleh Allah untuk menjadi wakil-Nya di bumi.

3. Jiwa Menurut Siti Jenar

Menurut Syekh Siti Jenar, jiwa merupakan suara hati nurani yang menjadi ekspresi dari zat Tuhan. Sebab itu, jiwa menjadi ungkapan kehendak Tuhan yang harus dipatuhi dan diikuti.

4. Alam Semesta Menurut Siti Jenar

Syekh Siti Jenar memandang alam semesta sebagai makrokosmos (jagat besar) yang setara dengan mikrokosmos (manusia). Menurutnya, manusia dan alam semesta tidaklah kekal (fana) yang kemudian akan mengalami kerusakan.

5. Akal Menurut Siti Jenar

Akal Menurut Syekh Siti Jenar bekerja dengan intuisi, yang mempengaruhi tata aturan formal syariah. Pandangan ini menekankan akal sebagai pedoman hidup. Namun di sisi lain, ia merujuk pada kehendak dan angan-angan yang menurutnya tidak dapat dipercaya kebenarannya.

6. Kehidupan Menurut Siti Jenar

Bagi Syekh Siti Jenar pemahaman tentang hidup dan cara menjalaninya merupakan konsep yang sulit dicerna. Pemikiran ini berkaitan dengan kebenaran intuitif sebagai dasar perilaku manusia, yang hanya dapat diperoleh melalui pencapaian kesadaran diri.

7. Tindakan Manusia Menurut Siti Jenar

Tindakan manusia menurut pandangan Syekh Siti Jenar merupakan kehendak Tuhan yang sejalan dengan pandangan Jabariah. Namun, ia juga menyatakan bahwa jika Allah hadir bersama manusia, manusia akan bertindak dengan baik. Manusia akan membersihkan diri dari kehidupan yang terkontaminasi dengan hawa nafsu.




(row/row)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads