Setiap kalimat yang kita katakan akan berdampak pada anak-anak. Biasanya, saat seorang anak mengamuk atau sedang berperilaku tak baik, orang dewasa akan mudah melontarkan kata-kata apa pun ke mereka.
Namun, ada beberapa ungkapan spontan yang akan bisa secara tidak sengaja mempermalukan sang anak. Simak contohnya di bawah ini.
Kalimat yang Tidak Boleh Diungkapkan ke Anak-anak
Seorang psikolog anak dan penulis buku How Toddlers Thrive, Dr. Tovah Klein, berikut merupakan lima kalimat yang harus dihindari untuk diucapkan kepada anak:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
- β³Jadi, suasana hatimu sedang buruk lagi. Suasana hatimu selalu buruk." atau "ngambek lagi, kamu ngambek banget."
- "Kenapa kamu selalu marah kalau ini terjadi?" atau "kenapa sih kayak gini aja marah?'
- "Apa kamu harus melakukan [perilaku negatif] itu lagi?"
- "Itu konyol!"
- "Kamu bereaksi berlebihan." atau "kamu terlalu lebay."
Efek dari Mengatakan Kalimat 'Beracun' kepada Anak
Menurut Klein yang juga seorang direktur Pusat Pengembangan Balita Universitas Barnard, kata-kata di atas berisiko menyebabkan kerusakan pada harga diri anak.
"Rasa malu bisa menjadi racun bagi anak kecil, karena mereka akan membawanya: 'Aku pasti tidak terlalu baik. Aku tidak seharusnya mencobanya,' hal ini benar-benar menjadi perasaan meragukan diri mereka sendiri. Itu seperti sebuah kelemahan," ungkap Klein, dikutip dari CNBC Internasional (28/12/2023).
Klein juga menjelaskan bahwa umumnya kalimat tadi menjadi tanda frustrasi.
"Menjelekkan anak karena suasana hati yang buruk dan wajah cemberut, akan membuat anak merasa tidak enak. Hal ini juga membuat mereka bertanya-tanya apakah ada sesuatu yang salah secara permanen pada dirinya," tambah Klein.
Melontarkan ungkapan "kenapa kayak gitu aja marah?" juga bisa membuat mereka merasa malu sekaligus meremehkan perasaannya.
Kalimat yang Bisa Dikatakan Orang Tua ke Anak
Klein mengingatkan bahwa anak-anak juga sama seperti orang dewasa. Di mana, mereka dibangun untuk mengalami berbagai perasaan, beberapa diantaranya positif begitupun sebaliknya.
Orang tua bisa memilih respons untuk menunjukkan empati pada anak, sampai suasana hati buruknya menghilang. Berikut merupakan contoh ungkapan yang bisa dilontarkan ke anak:
- "Kamu nggak mau melakukan ini sekarang. Mama/papa mengerti. Tapi, kita tetap harus pergi."
- "Jika ini sulit, mama/papa akan membantumu."
- "Mama/papa berharap kita bisa melakukan itu."
- "Kamu mau keluar? mama/papa mengerti. Sayangnya, kami nggak bisa melakukannya saat ini."
Walaupun bisa diucapkan dengan bahasa yang berbeda, namun intinya Klein mengatakan bahwa validasi (pengakuan) tentang kekecewaan penting dilakukan orang tua.
"Jika Anda kehilangan kesabaran dan mengatakan sesuatu yang disesali, Anda harus mengakui kesalahan Anda. Hal ini untuk membangun kembali kepercayaan dengan anak Anda," tutur Klein.
(khq/inf)