Studi tentang interaksi dengan orang meninggal (after-death communication) menunjukkan 81 persen orang yang ditinggalkan merasa dihibur dan 84 persen terbantu dalam dukanya. Sementara 47 persen orang menganggapnya membantu mereka dalam menerima rasa kehilangan.
Temuan di atas didapat dari studi pada 70 partisipan yang mengalami interaksi dengan pasangan mereka yang telah meninggal, dikutip dari AlphaGalileo.
Hasil penelitian tersebut ini dilaporkan Jennifer K Penberthy dari Departemen Ilmu Psikiatri dan Neurobehavioral, Universitas Virginia AS dan rekan rekan dalam jurnal OMEGA-Journal of Death and Dying.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Interaksi dengan Orang Meninggal
Fenomena interaksi dengan orang yang sudah meninggal muncul di tengah kelompok masyarakat lintas budaya, ras, usia, status sosial dan ekonomi, tingkat pendidikan, gender, dan keyakinan.
Tim peneliti mencatat, 30-34 persen masyarakat cenderung mengalami setidaknya satu kali komunikasi dengan orang meninggal sepanjang hidupnya.
Bentuk interaksi dengan orang yang sudah meninggal ini bermacam-macam. Bagi orang yang ditinggalkan, bentuknya dapat berupa merasakan keberadaan orang meninggal tersebut, mimpi, dan pengalaman indrawi dari penampakan, suara, sentuhan, atau bebauan.
Bagi yang ditinggalkan, interaksi dengan orang meninggal juga dapat berbentuk pengalaman simbolis seperti tahu-tahu mendengar lagu tertentu di radio dan melihat bunga tertentu mekar di luar musimnya.
Bentuk lainnya juga dapat berupa pengalaman terkait hal-hal elektronik, seperti telepon, like Facebook, email dari yang sudah meninggal, dan kejadian anomali di komputer.
Pulih dari Duka dan Kesedihan
Di samping merasa terhibur, 40 persen responden penelitian merasa interaksi dengan pasangan mereka yang telah meninggal bantu percepat pemulihan dari rasa duka.
Sebanyak 42,9 persen responden mengamini dampak interaksi tersebut pada duka mereka, dengan 61 persennya menyatakan ingin terus berkontak.
Terkait kesedihan, 41 persen responden menyatakan interaksi tersebut tidak mengubah rasa sedihnya, sementara 40 persen lainnya melaporkan dampak turunnya rasa sedih usai interaksi dengan pasangan yang sudah meninggal.
Namun menariknya bagi peneliti, mereka tidak mendapati responden yang menyatakan bertambah sedih karena pengalaman tersebut.
Berdasarkan data-data di atas, peneliti memperkirakan interaksi dengan pasangan yang sudah meninggal kemungkinan dapat berdampak terapeutik bagi yang ditinggalkan. Untuk itu, tim peneliti mendorong penelusuran lebih dalam terkait fenomena ADC tersebut dalam proses berduka.
"Studi ini menggarisbawahi kemungkinan dampak positif ADC pada pasangan yang berduka," kata Callum Cooper, salah satu peneliti dari Centre for Research in Psychology and Social Sciences at the University of Northampton (UK).
(twu/faz)