Agar bisa berkembang biak, virus memerlukan inang berupa sel hidup sebagai lingkungan untuk melakukan reproduksi. Jenis sel hidup tersebut dapat mencakup sel manusia, sel hewan, sel tumbuhan, atau sel mikroorganisme.
Di dalam sel inang, virus bereproduksi, yang prosesnya dapat terjadi melalui dua mekanisme utama, yaitu siklus litik dan siklus lisogenik.
Lantas, apa itu siklus litik dan bagaimana tahapan siklus litik? Simak penjelasannya pada artikel di bawah ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengertian Siklus Litik
Menurut Erni (2019), dilansir dari buku Agensia Pengendali Hayati oleh Dr. Ir. Yenny Muliani, M.P., siklus litik adalah siklus reproduksi atau replikasi genom virus yang pada akhirnya menyebabkan kematian sel inang.
Istilah "litik" (lisis) merujuk pada fase akhir infeksi di mana bakteri inang mengalami lisis atau pecah, melepaskan faga yang dihasilkan di dalam sel inang.
Pada saat membran dinding sel inang pecah, virus-virus baru yang terbentuk di dalam sel inang akan keluar dan siap untuk menginfeksi sel inang baru. Virus yang hanya mampu bereplikasi melalui siklus lisis disebut sebagai virus virulen.
Tahapan Siklus Litik
Daur litik memiliki 5 tahapan, yaitu Adsorbsi (Penempelan), Penetrasi/Injeksi (Penyuntikan), Replikasi/Eklifase (Penggandaan), Assembling (Perakitan), dan Lisis (Pemecahan Sel Inang).
Dilansir dari Buku Ajar Dasar Biomedik Lanjutan oleh Denai Wahyuni, berikut ini adalah tahap reproduksi virus yang dilakukan melalui siklus litik.
1. Fase Adsorbsi
Pada tahap ini, ekor virus mulai menempel pada dinding sel bakteri melalui serabutnya. Penempelan ini terjadi melalui reseptor yang ada di ujung ekor virus.
Penempelan bakteriofage pada bakteri bersifat spesifik, artinya hanya virus tertentu yang dapat melakukannya dan tidak bisa dilakukan oleh virus jenis lain.
Setelah ekor virus berhasil menempel pada sel bakteri, enzim lisozim yang dihasilkan oleh virus akan menghancurkan dinding sel bakteri. Akibatnya, virus dapat masuk ke dalam sel bakteri tersebut.
2. Fase Penetrasi
Tahap ini terjadi setelah dinding sel inang mengalami kerusakan. DNA virus akan memasuki sel inang melalui lubang yang telah dibuat oleh virus. Proses masuknya ekor virus ke dalam sel bakteri dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang memasuki gembok.
DNA virus yang telah memasuki sel inang melibatkan penambatan lempeng ujung, kontraksi, dan penusukan pasak pada bagian tubuh virus.
Hanya asam nukleat dari virus yang masuk ke dalam sel inang, sementara kapsidnya tetap berada di luar dinding sel inang dan akan melepaskan diri secara alami setelah tidak diperlukan lagi.
3. Fase Sintesis
Enzim lisozim yang dihasilkan oleh virus tidak hanya memiliki kemampuan untuk merusak dinding sel inang, tetapi juga dapat merusak DNA sel inang.
Dampak dari proses ini adalah menghentikan sintesis DNA bakteri, dimana DNA virus menggantikan peran DNA bakteri dan sepenuhnya mengendalikan sel bakteri.
Sebagai hasilnya, virus dapat mengalami replikasi berulang dalam fase ini.
DNA virus mengambil kendali atas sintesis DNA dan protein sel inang, yang selanjutnya digunakan untuk membentuk kapsid virus baru.
4. Fase Perakitan
Pada tahap ini, segmen-segmen tubuh virus, termasuk kepala, ekor, dan serabut ekor yang sebelumnya terpisah, mengalami perakitan menjadi satu kapsid lengkap.
Kapsid yang telah terbentuk kemudian diisi dengan DNA atau RNA virus, memulai proses reproduksi yang menghasilkan virus-virus baru. Pada fase ini, jumlah virus yang dihasilkan dapat mencapai 100-200 unit.
5. Fase Lisis
Enzim lisozim tidak hanya berfungsi untuk membuat lubang pada dinding sel inang, tetapi juga secara bersamaan memicu pelepasan virus-virus baru di akhir tahap reproduksi.
Pemecahan dinding sel inang ini selanjutnya diikuti oleh pelepasan virus-virus baru yang telah bersiap untuk melakukan replikasi kembali dengan mencari sel inang baru.
Perbedaan Siklus Litik dan Siklus Lisogenik
Saat memasuki siklus litik, kondisi awal bakteri (sel inang) adalah non-virulen, sementara pada siklus lisogenik, kondisinya adalah virulen.
Siklus litik melibatkan lima tahap, yaitu adsorpsi, penetrasi, replikasi, perakitan, dan lisis, sementara siklus lisogenik melibatkan empat tahap, yaitu absorpsi, penetrasi, penggabungan, dan pembelahan.
Pada akhir siklus litik, kelangsungan hidup bakteri terhenti karena sel inang mengalami lisis atau kerusakan, sementara pada siklus lisogenik, proses dapat berlanjut dengan siklus litik jika virulensi bakteri hilang.
Hasil akhir dari siklus litik adalah kematian bakteri (sel inang) karena mengalami lisis, sementara pada siklus lisogenik, tidak terjadi lisis, dan bakteri tetap bertahan.
Demikian penjelasan mengenai siklus litik. Siklus litik melibatkan lima tahapan yaitu adsorpsi, penetrasi, replikasi, perakitan, dan lisis. Semoga bermanfaat.
(inf/inf)