35 Puisi tentang Ibu, Penuh Makna dan Menyentuh Hati

ADVERTISEMENT

35 Puisi tentang Ibu, Penuh Makna dan Menyentuh Hati

Saniyyah - detikEdu
Senin, 18 Des 2023 16:15 WIB
Ilustrasi ibu dan anak
Ilustrasi ibu dan anak. Foto: Getty Images/iStockphoto/ChayTee
Jakarta -

Di bulan Desember ini, terdapat satu hari istimewa yang senantiasa diperingati dan dirayakan secara nasional, yakni Hari Ibu. Peringatan ini menjadi momen spesial yang dinantikan setiap tahunnya.

Di Indonesia, Hari Ibu diperingati setiap tanggal 22 Desember. Ibu merupakan sosok yang berharga dalam hidup kita. Maka, untuk memaknai hari istimewa tersebut, tak jarang kita merayakannya dengan membuat puisi tentang Ibu.

Berikut ini terdapat berbagai contoh puisi tentang Ibu yang bisa menjadi sumber inspirasi kamu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Puisi tentang Ibu Karya Penyair Terkenal

Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini kumpulan puisi tentang ibu karya para penyair terkenal di Indonesia.

1. Ibu-Chairil Anwar

Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai

ADVERTISEMENT

Ibu....

Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah

Ibu....

Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat

Setiap kali aku bangun dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
Dan bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan
Namun....
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu....

Ibu....
Aku sayang padamu....
Tuhanku....
Aku bermohon padaMu
Sejahterakanlah dia
Selamanya....

2. Ibu-Kahlil Gibran

Ibu adalah segalanya, dialah penghibur di dalam kesedihan.
Pemberi harapan di dalam penderitaan, dan pemberi kekuatan di dalam kelemahan.

Dialah sumber cinta, belas kasihan, simpati dan pengampunan.
Manusia yang kehilangan ibunya berarti kehilangan jiwa sejati yang memberi berkat dan menjaganya tanpa henti.

Segala sesuatu di alam ini melukiskan tentang sosok ibu. Matahari adalah ibu dari planet bumi yang memberikan makanannya dengan pancaran panasnya.

Matahari tak pernah meninggalkan alam semesta pada malam hari sampai matahari meminta bumi untuk tidur sejenak di dalam nyanyian lautan dan siulan burung-burung dan anak-anak sungai.

Dan Bumi ini adalah ibu dari pepohonan dan bunga-bunga menjadi ibu yang baik bagi buah-buahan dan biji-bijian.
Ibu sebagai pembentuk dasar dari seluruh kewujudan dan adalah roh kekal, penuh dengan keindahan dan cinta.

3. Ibu-D. Zawawi Imron

Kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
Sumur-sumur kering, daun pun gugur bersama reranting
Hanya mata air air matamu, ibu, yang tetap lancar mengalir

Bila aku merantau
Sedap kopyor dan ronta kenakalanku
Di hati ada mayang siwalan memutikkan sari kerinduan
Lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar

Ibu adalah gua pertapaanku
Dan ibulah yang meletakkan aku di sini
Saat bunga kembang menyemerbak bau sayang
Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
Aku mengangguk meskipun kurang mengerti

Bila kasihmu ibarat samudera
Sempit lautan teduh
Tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
Tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
Lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
Kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
Namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
Lantaran aku tahu
Engkau ibu dan aku anakmu

4. Ibuku Dehulu-Amir Hamzah

Ibuku dehulu marah padaku
diam ia tiada berkata
akupun lalu merajuk pilu
tiada peduli apa terjadi

matanya terus mengawas daku
walaupun bibirnya tiada bergerak
mukanya masam menahan sedan
hatinya pedih kerana lakuku

Terus aku berkesal hati
menurutkan setan, mengkacau-balau
jurang celaka terpandang di muka
kusongsong juga - biar cedera

Bangkit ibu dipegangnya aku
dirangkumnya segera dikecupnya serta dahiku berapi pancaran neraka
sejuk sentosa turun ke kalbu

Demikian engkau
ibu, bapa, kekasih pula
berpadu satu dalam dirimu
mengawas daku dalam dunia.

5. Jendela-Joko Pinurbo

Di jendela tercinta ia duduk-duduk
bersama anaknya yang sedang beranjak dewasa.
Mereka ayun-ayunkan kaki, berbincang, bernyanyi
dan setiap mereka ayunkan kaki
tubuh kenangan serasa bergoyang ke kanan dan kiri.

Mereka memandang takjub ke seberang,
melihat bulan menggelinding di gigir tebing,
meluncur ke jeram sungai yang dalam, byuuurrr....

Sesaat mereka membisu.
Gigil malam mencengkeram bahu.
"Rasanya pernah kudengar suara byuuurrr
dalam tidurmu yang pasrah, Bu."
"Pasti hatimulah yang tercebur ke jeram hatiku,"
timpal si ibu sembari memungut sehelai angin
yang terselip di leher baju.

Di rumah itu mereka tinggal berdua.
Bertiga dengan waktu. Berempat dengan buku.
Berlima dengan televisi. Bersendiri dengan puisi.

"Suatu hari aku dan Ibu pasti tak bisa bersama."
"Tapi kita tak akan pernah berpisah, bukan?
Kita adalah cinta yang berjihad melawan trauma."

Selepas tengah malam mereka pulang ke ranjang
dan membiarkan jendela tetap terbuka.
Siapa tahu bulan akan melompat ke dalam,
menerangi tidur mereka yang bersahaja
seperti doa yang tak banyak meminta.

6. Alamat Ibu-Isbedy Stiawan ZS

jika aku jauh berjalan
dan lupa rumah ibu
maka selalu kuingat
pohon yang kau tanam
di depan rumah sebelah kanan
meski kumaklumi
tak setiap waktu
pohon itu berbunga
dan berbuah

aku akan menandainya
dengan mencecap rasa
atau berteduh di bawahnya
menghitung daun yang gugur
mengingat uzur
matahari selepas zuhur

jika kau laut
aku sudah seberangi
dalamnya, dan meliwati
pulaupulau-benuabenua
meski aku maklum
tak setiap waktu
aku bisa lelap
dalam ombakmu
dan berlayar...

aku akan menerimanya
seperti kurindu cintamu
yang merekatkan layar
ke lambung perahu ini
bagiku menitipkan usia
di telapak kakimu
muara surga

jika aku jauh berjalan
lupa pulang ke hatimu
tempat pohonpohon berbunga
dan laut tumbuhkan benua
tetaplah senyummu melambai
sebagai mercusuar
bagi para pelayar

maka aku tak pernah tersasar

karena sejauh anak pergi
dan lalai jalan pulang
kau akan mengingatkan
perantau agar kembali

demikian ibu
selalu mencahayakan
alamat.

7. Bunda Air Mata-Emha Ainun Najib

Kalau engkau menangis
Ibundamu yang meneteskan air mata
Dan Tuhan yang akan mengusapnya
Kalau engkau bersedih
Ibundamu yang kesakitan
Dan Tuhan yang menyiapkan hiburan-hiburan
Menangislah banyak-banyak untuk Ibundamu
Dan jangan bikin satu kalipun untuk membuat Tuhan naik pitam kepada hidupmu
Kalau Ibundamu menangis,
para malaikat menjelma butiran-butiran air matanya
Dan cahaya yang memancar dari airmata ibunda
membuat para malaikat itu silau dan marah kepadamu
Dan kemarahan para malaikat adalah kemarahan suci
sehingga Allah tidak melarang mereka tatkala menutup pintu sorga bagimu

8. Ibu-KH. Mustofa Bisri

Kaulah gua teduh tempatku bertapa bersamamu sekian lama
Kaulah Kawah darimana aku meluncur dengan perkasa

Kaulah bumi yang tergetar lembut bagiku melepas lelah dan nestapa
gunung yang menjaga mimpiku siang dan malam
mata air yang tak brenti mengalir membasahi dahagaku
telaga tempatku bermain berenang dan menyalam

Kaulah Ibu, laut dan langit yang menjaga lurus horisonku
Kaulah ibu, mentari dan rembulan yang mengawal perjalananku
mencari jejak sorga di telapak kakimu

9. Sajak Ibunda-W.S. Rendra

Mengenangkan ibu adalah mengenangkan buah-buahan.
Istri adalah makanan utama.
Pacar adalah lauk-pauk.
Dan Ibu adalah pelengkap sempurna
kenduri besar kehidupan.
Wajahnya adalah langit senja kala.
Keagungan hari yang telah merampungkan tugasnya.
Suaranya menjadi gema dari bisikan hati nuraniku.

Mengingat ibu, aku melihat janji baik kehidupan.
Mendengar suara ibu, aku percaya akan kebaikan manusia.
Melihat foto ibu, aku mewarisi naluri kejadian alam semesta.
Berbicara dengan kamu, saudara-saudaraku,
aku pun ingat kamu juga punya ibu.
Aku jabat tanganmu,
aku peluk kamu di dalam persahabatan.
Kita tidak ingin saling menyakitkan hati,
agar kita tidak saling menghina ibu kita masing-masing
yang selalu, bagai bumi, air dan langit,
membela kita dengan kewajaran.

Maling juga punya ibu. Pembunuh punya ibu.
Demikian pula koruptor, tiran, fasis,
wartawan amplop, anggota parlemen yang dibeli,
mereka pun punya ibu.
Macam manakah ibu mereka?
Apakah ibu mereka bukan merpati di langit jiwa?
Apakah ibu mereka bukan pintu kepada alam?
Apakah sang anak akan berkata kepada ibunya:
"Ibu aku telah menjadi antek modal asing;
yang memproduksi barang-barang yang tidak mengatasi kemelaratan rakyat,
lalu aku membeli gunung negara dengan harga murah,
sementara orang desa yang tanpa tanah jumlahnya melimpah.
Kini aku kaya.
Dan lalu, ibu, untukmu aku beli juga gunung
bakal kuburanmu nanti."
Tidak. Ini bukan kalimat anak kepada ibunya.

Tetapi lalu bagaimana sang anak akan menerangkan kepada ibunya
tentang kedudukannya sebagai tiran, koruptor, hama hutan, dan tikus sawah?

Apakah sang tiran akan menyebut dirinya sebagai pemimpin revolusi?
Koruptor dan antek modal asing akan menamakan dirinya sebagai pahlawan pembangunan?
Dan hama hutan serta tikus sawah akan menganggap dirinya sebagai petani teladan?
Tetapi lalu bagaimana sinar pandang mata ibunya?
Mungkinkah seorang ibu akan berkata:
"Nak, jangan lupa bawa jaketmu.
Jagalah dadamu terhadap hawa malam.
Seorang wartawan memerlukan kekuatan badan.
O, ya, kalau nanti dapat amplop,
tolong belikan aku udang goreng."

Ibu, kini aku makin mengerti nilaimu.
Kamu adalah tugu kehidupanku,
yang tidak dibikin-bikin dan hambar seperti Monas dan Taman Mini.
Kamu adalah Indonesia Raya.
Kamu adalah hujan yang dilihat di desa.
Kamu adalah hutan di sekitar telaga.
Kamu adalah teratai kedamaian samadhi.
Kamu adalah kidung rakyat jelata.
Kamu adalah kiblat nurani di dalam kelakuanku.

10. Ibu-Sapardi Djoko Damono

Ibu masih tinggal di kampung itu, ia sudah tua.
Ia adalah perempuan yang menjadi korban mimpi-mimpi ayahku
Ayah sudah meninggal,
ia dikuburkan di sebuah makam tua di kampung itu juga,
beberapa langkah saja dari rumah kami.

Dulu Ibu sering pergi sendirian ke makam,
menyapu sampah, dan kadang-kadang, menebarkan beberapa kuntum bunga.
"Ayahmu bukan pemimpi," katanya yakin meskipun tidak berapi-api,
"ia tahu benar apa yang terjadi."

Kini di makam itu sudah berdiri sebuah sekolah,
Ayah digusur ke sebuah makam agak jauh di sebelah utara kota.
Kalau aku kebetulan pulang, Ibu suka mengingatkanku untuk menengok makam ayah, mengirim doa.

Ibu sudah tua, tentu lebih mudah mengirim doa dari rumah saja.
"Ayahmu dulu sangat sayang padamu, meskipun kau mungkin tak pernah mempercayai segala yang dikatakannya."

Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, sambil menengok ke luar jendela pesawat udara, sering kubayangkan Ibu berada di antara mega-mega.
Aku berpikir, Ibu sebenarnya lebih pantas tinggal di sana, di antara bidadari-bidadari kecil yang dengan ringan terbang dari mega ke mega
dan tidak mondar-mandir dari dapur ke tempat tidur,
memberi makan dan menyusui anak-anaknya.

"Sungguh, dulu ayahmu sangat sayang padamu," kata Ibu selalu,
"meskipun sering dikatakannya bahwa ia tak pernah bisa memahami igauan-igauanmu."

Puisi tentang Ibu Penuh Kasih Sayang dan Menyentuh Hati

Berikut ini puisi tentang Ibu dikutip dari buku Pembelajaran Puisi, Apresiasi dari Dalam Kelas oleh Supriyanto, buku Bahasa Indonesia 3 oleh Dra. Idda Ayu Kusrini, buku Sang Nuansa Samudera Raya oleh Peserta Didik SMAN 1 Tumpang, Antologi Puisi Kasih Ibu Sepanjang Masa oleh Dahlia Damayanti Sholikhah, Cara Cepat Menguasai Bahasa Indonesia SMA dan MA oleh Tomi Rianto.

11. Ibu-Sarah Malin

Lenganmu selalu terbuka
saat aku membutuhkan pelukan.
Hatimu mengerti
saat aku membutuhkan seorang teman.

Mata lembutmu tajam
saat aku membutuhkan pelajaran.
Kekuatan dan cintamu telah membimbingku
dan memberiku sayap untuk terbang.

12. Aku Harus Menunggu Sampai Menjadi Seorang Ibu-Rupi Kaur

aku berjuang begitu sulit
untuk mengerti
bagaimana seseorang bisa
mencurahkan seluruh jiwa mereka
darah dan energi
menjadi seseorang
tanpa diinginkan
apa pun dikembalikan

13. Tangisan Air Mata Bunda-Monika Sebentina

Dalam senyum kau menyembunyikan letihmu
Derita siang dan malam menimpamu
Tak sedetik pun menghentikan langkahmu
Untuk bisa memberikan harapan baru bagiku

Bukan setumpuk emas yang kau harapkan dalam kesuksesanku
Bukan gulungan uang yang kau minta dalam keberhasilanku
Bukan juga uang yang kau minta dalam kemenanganku
Tapi keinginan hatimu membahagiakan aku

Aku menyayangi sekarang dan waktu aku tak lagi bersamamu
Aku menyayangimu anakku dengan ketulusan hatiku

14. Untaian Puisi Untuk Ibu-Pratiwi Widyastuti

Senandung-nandung merdu terlantun
Dari bibir manismu...ibu

Petuahmu tak pernah henti merasuk di jiwaku
Walau kadang tak kuindahkan
Tetapi engkau selalu sanggup 'tuk ingatkan

Sulaman cintamu yang kau tau
Melengkapi hiasan sutra hidupku

Jendela-jendela kasih yang kau buka
Mengizinkanku masuk, menari dalam hatimu
Menunjukkan betapa besar jiwamu

Rangkaian kata kau alun
Senyum tulus yang kau simpul
Tatap matamu yang sayu
Sekejap menjadi doa nan indah

Pengertian agung selalu mengalir untukku
Membuatku tenang bu...bagaikan sungainya telaga
Kukuhnya sabarmu, tegakkan benteng sukmaku

Ibu...kau tercipta untukku
Untuk menjagaku, merawatku, mendidikku
Dan kau lakukan semua
Penuh keikhlasan

Aku yakin bu...
akan ada suatu apa pun yang dengan sempurna
Dapat membalas pengorbanan dan perjuanganmu
Selain rahmat, hidayah, dan cinta-Nya

15. Bundaku Cahayaku-Aulia Wahyu Ningtiyas

Dialah cahaya
Tak akan ada sinar bulan
Jika tak ada bintang

Tak akan ada insan
Jika tidak ada pengorbanan

Kala itu seorang wanita menderita
Menahan sakit tiada tara
Teriakannya mengguncangkan nusantara
Dia mengerang dengan bangganya
Demi buah hati yang tercinta

Kau genggam tangan kecilku
Menuntunku dalam cahayamu
Kau menyebut namaku
Dalam setiap doa-doamu
Untuk kebahagian dalam hidupku

Kau korbankan nyawamu
Demi insan di perutmu
Dia adalah ibuku

Dia adalah duniaku
Dialah cahayaku

16. Peneduh Segala Keluh-Mirna Zenera Ayu Puspita

Dalam hening aku meratapi
Sosok wanita peneduh hati

Menguatkan di kala rintangan kian menerjang
Memberikan segala kasih sayang

Memelukmu adalah kenyamananku
Baktiku adalah surgaku

Membantahmu masih menjadi kebiasaanku
Tanpa ku sadari telah mengiris hatimu

Doa panjang di setiap sudutmu
Tangan mengadah memohon perlindungan-Mu

Nama indah selalu ku lantunkan di sepanjang malamku
Kuungkapkan sayangku padamu lewat Tuhanku

Garis senyum terukir dari wajahmu
Suara lirih nan lembut terukir dari bibirmu

Khawatirmu menyelamatkanku
Bahagiamu adalah surgaku

Dia berjalan dengan cinta
Dia berjalan menerjang luka

Bahkan dia menempuh tanpa batas rasa
Tekad yang tak koyak oleh masa

Mungkin daku bukanlah sosok yang terbaik
Yang tak sepenuhnya menjadi apa yang kau mau

Harus apa katamu
Tapi daku memilih cinta tulus untukmu

Dia adalah ibuku...
Wanita mulia penuh cinta perempuan terbaik dalam hidupku
Motivasi terbaik dalam lika-liku hidupku

Ibu
Aku sangat mencintaimu
Terima kasih untuk semua waktu dan lelahmu
Perempuan hebat di jiwa lemah ku.

17. Ibuku-Dewi Fatimatul Azizah

Tak kan kulupakan jasamu ibu....
Kau mengandungku, melahirkanku
Resah gelisah menjadi satu
Kau rasakan di dalam kalbu

Setiap waktu berjalan
Pekerjaanmu begitu melelahkan
Walaupun lelah keringat bercucuran
Tak pernah engkau keluhkan

Ibu...

Kau curahkan cinta kasihmu
Kau belai dengan sentuhan lembutmu
Mendidikku dengan kasih sayangmu
Agar aku menjadi maju

Ibu...

Tak hentinya aku membuat marah
Hingga kau menjadi gundah
Namun, engkau tetap tabah
Tersenyum ramah, tanpa keluh kesah

Dirgahayulah ibunda
Teriring ucapan doa
Semoga Tuhan mengabulkannya

18. Setitik Rindu Untuk Mama-Fuji Rahma Febrianti

Tentang rasa yang tak pernah ku ungkap
Tentang hati yang terasa begitu pengap
Tentang lidah yang keluar tuk berucap
Tentang rindu yang masih menancap

Aku berusaha melangkah tanpa tuntunanmu
Aku kehilangan semangat tanpa kehadiranmu
Aku kecewa saat jauh darimu
Aku menangis pelan karena merindukanmu

Walau yang ku rasa kadang pilu
Walau hati terus menahan sendu
Walau tangis masih sering menyapaku

Aku akan menanti dengan sabar
Menutup senja hingga membuka fajar
Sampai rindu berakhir dengan kabar

19. Malaikat Tak Bersayap-Angelia Arum Arizana

Bidasan dirgantara menodong sebuah mata
Menaruh aksentuasi pada wanita yang memarut muka
Tarut larat membeliak dedikasi dan senantiasa dada
Sudah serasa bahara yang amat biasa baginya

Durjana dunia telah menyulih resistansi raga
Menguak cua menjadi kentara derana yang menyatukan kalbu
Melegar profesi menyerak sang pembela barga
Tanpa basa-basi merecap bumbu mengebu-gebu

Dia laksana pelita pada ketaksaan jiwa
Senandung abadi merajai jiwa hati gembira
Sosoknya mampu memberus sorotan seluruh pemirsa
Tertawan segala kiprah yang kejat berjibaku

Malaikat tak bersayap, kupanggil ia dengan sebutan ibu

20. Syair Untuk Ibu-Amelia Zelianti

Ibu setiap rintikan air matamu
Menyadarkan diriku atas perbuatanku
Pengorbanan yang telah engkau berikan untukku
Selalu ku kenang sepanjang hidupku

Di bawah redupnya pelita malam ku rebahkan kepalaku di pangkuanmu
Ku rebahkan kepalaku di pangkuanmu
Aku merasa hati yang penuh ketenangan
Lewat belaian hangat tangan halusmu

Ibu
Kau lah jantung dan hatiku
Darahmu mengalir deras di tubuhku
Semua tentang lukamu terikat di batinku

Kutuliskan syair ini untukmu ibu
Dengan bait yang langsung terhubung denganmu
Dikiasi oleh goresan pena yang indah
Syair ini akan selalu mewarnai hidupmu

21. Mama Tercinta-Farihah Ismawati

Teruntuk engkau yang aku rindu
Bila bahagia adalah bertemu
Izinkanku berjumpa dengan engkau
Engkau yang menjadi pelarian mengadu

Terimakasih mama

Karena tetap bertahan dan berjuang
Mendampingiku sekaligus melengkapi sayapku
Sayap yang telah lama hilang dan selalu aku rindu
Tak pernah terbayang olehku
Apa jadinya aku tanpa engkau

Aku tahu pada masa itu
Tak mudah bagi engkau berjuang sendirian
Dari lubuk hati yang teramat dalam

Mama...

Maafkan aku belum bisa menjadi apa yang engkau mau
Di sinilah aku sedang berjuang mengarungi sebuah cita dan asa
Restu dan doa yang selalu engkau berikan
Mengantarkanku sampai detik ini

Sebuah kata klise tapi benar dari lubuk hati
Love you mama....

22. Ibu Matahariku-Eni Safitri

Katanya alarm terbaik adalah ibu
Katanya berkeluh kesah ternyaman pada ibu
Katanya tak ada yang lebih dahsyat dari doa seorang Ibu
Faktanya tidak ada yang tidak benar dari semua itu

Ibu...

Terimakasih karena yang sesungguhnya
Tanpamu aku bukanlah apa-apa
Tanpamu hidupku tak akan bermakna
Tanpamu duniaku tak ada artinya

Ibu...

Putri kecilmu yang dulu engkau manja
Kini keadaan telah memaksanya untuk dewasa
Belajar menjadi seperti ibu
Memberikan segala pengorbanan hanya untukku
Ternyata aku belum mampu

Maafkanlah bu...
Terkadang hanya karena rutinitasku
Aku tak sempat mengatakan rindu
Ibu tetaplah menjadi matahariku
Selalu berperan penting dalam hidupku

23. Sayap Pelindung-Laillia Nisfi Syabana

Kasih sayangmu padaku yang tak terhingga dan tak akan pernah bisa terganti
Maaf anakmu ini belum bisa jadi kebanggaanmu Ibu

Namun tenanglah Ibu, anakmu di sini sedang berjuang menggapai cita-citanya
Semoga langkahku kali ini tidak salah

Dan semoga saja kali ini aku bisa membanggakanmu Ibu
Terima kasih Ibu atas segala perhatian ibu selama ini

Tanpamu mungkin aku tak akan pernah merasakan cinta yang tulus
Bersama Ibu aku dapat merasakan cinta yang begitu hangat

Tetaplah bersamaku Ibu
Tetaplah jadi sayap pelindungku

Yang selalu menenangkan hatiku di kala gundah dan rapuh
Hanya Ibu yang dapat menenangkanku

Ibulah yang mengajarkanku untuk tetap kuat dalam melalui segala masalah

Terima kasih Ibu
Semoga Ibu selalu diberi kesehatan oleh Allah Swt

Aku selalu menyayangimu Ibu
Walau kasih sayangku tak terucap dengan kata-kata
Yakinlah padaku Bu, itu tidak akan mengurangi rasa sayangku pada Ibu

24. Malaikat Kecilku-Bryan Sakti

Ibu...
Kau tak pernah jemu merawat anakmu
Engkau torehkan banyak corak di jiwaku
Goresan lembut, hangat menyentuh kalbu

Ibuku hebat
Mengajarkan tak seberapa tapi penuh berkat
Ilmu yang dicurahkan tak dapat dihambat
Ia pahat diriku menjadi kuat
Jadi sosok orang yang bertabiat

Ibuku sangat mengagumkan
Aku pun terbuai angan
Dunia akan kuguncangkan
Menuju sebuah pencapaian

Kuinginkan sepertinya
Menggoreskan, melukiskan dan mewarnai anak bangsa
Hasil perjuangan mu akan ku junjung penuh makna
Kaulah Ibu yang berjuang sepenuhnya jiwa

Hingga hati kecil ini bicara...
Terima kasihku padamu Ibu
Engkau telah menunjukan surga untukku
Surga yang hanya ada di telapak kakimu

Kaulah malaikat kecilku

25. Pengorbanan Ibu Jalan Hidupku-Agustina Sri Hartati

Dengan sel-sel darah engkau lahirkan kehidupan bagiku
Tetesan air mata tak terhenti seperti hujan yang mengalir
Tapi apa daya engkau pertaruhkan nyawa bagiku

Suara malaikat kecil bernyanyi
Rasa sakit hilang jadi bahagia

Tak sedikit kata terucap
Engkau tersenyum bagaikan rembulan di malam yang sunyi

Sentuhan demi sentuhan kau usapkan dengan jemarimu
Kecupan bibirmu menghangatkan jiwaku

Hari berganti bulan berganti tahun
Menjagaku tanpa letih
Mendekapku dengan ketulusan
Cinta kasihmu tak lekang oleh waktu

Kau tuntun aku di jalur berliku yang penuh dengan batu
Untuk menuju ke kedewasaanku
Tak pernah kau pikirkan dirimu
Tak pernah kau pikirkan beratnya hidupmu
Sungguh begitu kuat dirimu
Kau begitu sempurna bagiku

Kau darah yang terus mengalir di hidupku
Ingin rasanya ku indahkan namamu
Ingin rasanya ku indahkan derajatmu
Ingin rasanya ku berikan seluruh hidupku untukmu

Namun apa daya aku hanya seorang lemah
Yang selalu mengikis relung hatinya dengan keegoisanku
Ingin ku ulang waktu untuknya
Kan kuberikan seluruh hidupku untuknya
Karna bahagiamu adalah surga bagiku

Puisi tentang Ibu yang Singkat dan Penuh Makna

26. Hanya Satu Ibu-George Cooper

Ratusan titik embun menyambut fajar
Ratusan lebah di semanggi ungu
Ratusan kupu-kupu di halaman
Tapi hanya satu ibu di seluruh dunia

27. Terima Kasih Ibu-C. Harding

Saya hanya ingin mengucapkan terima kasih.
Untuk senyum hangatmu
Doronganmu
Kata-kata bijakmu

Itu masih membimbing saya hari ini
Terimakasih untuk semuanya
Selamat Hari Ibu

28. Rumah-Carl Sandburg

Inilah hal yang hatiku inginkan agar dunia miliki lebih banyak lagi:

Saya mencuri dengar di suatu malam ketika saya mendengar
Seorang ibu yang bernyanyi lembut untuk seorang anak yang gelisah dan marah dalam kegelapan.

29. Lebih Kaya dari Emas-Strickland Gillilan

Anda mungkin mempunyai kekayaan nyata yang tak terhitung.
Peti mati permata dan pundi-pundi emas.
Anda tidak akan pernah bisa menjadi lebih kaya dari saya.
Saya memiliki seorang ibu yang membacakan buku untuk saya.

30. Saat Tuhan Memikirkan Ibu-Henry Ward Beecher

Ketika Tuhan memikirkan ibu,
Dia pasti tertawa puas,
dan membingkainya dengan cepat
begitu kaya, begitu dalam, begitu ilahi,
begitu penuh dengan jiwa, kekuatan, dan keindahan,
adalah konsepsinya.

31. Seorang Ibu-Christy Ann Martine

Seorang ibu membungkus cintanya
di sekitar hati anaknya
menjaga setiap ketukan tetap stabil
melalui ritme kehidupan
sampai sayap terbentuk
dan inilah waktunya untuk jiwa
untuk terbang.

32. Catatan Terima Kasih-Lang Leav

Anda telah memberitahu saya
Semua hal
Saya perlu mendengar
Sebelum saya tahu
Saya perlu mendengarnya
Untuk tidak takut
Dari semua hal
Dulu aku takut,
Sebelum saya tahu
Saya tidak perlu takut pada mereka.

33. Untuk Ibuku-Edgar Allan Poe

Karena aku merasakannya, di Surga di atas,
Para malaikat saling berbisik,
Dapat ditemukan, di antara istilah cinta mereka yang membara,
Tidak ada yang begitu setia seperti "Ibu",
Oleh karena itu dengan nama sayang itu aku sudah lama memanggilmu
Kamu yang lebih dari sekedar ibu bagiku.

34. Bu, Aku Mencintaimu-Nicholas Gordon

Bu, aku mencintaimu
Untuk semua yang Anda lakukan
Aku akan menciummu dan memelukmu
Karena kamu juga mencintaiku

Anda memberi saya makan dan membutuhkan saya
Untuk mengajarimu bermain
Jadi tersenyumlah karena aku mencintaimu
Di Hari Ibu ini

35. Apa Artinya "Ibu"-Karl Fuchs

"Ibu" adalah sebuah kata yang sederhana,
Namun bagiku, ada makna yang jarang terdengar
Untuk semua diriku hari ini
Kasih ibu yang menunjukkan jalannya

Aku akan mencintai ibuku sepanjang hari-hariku
Untuk memperkaya hidupku dalam banyak hal
Dia meluruskanku dan kemudian membebaskanku
Dan itulah arti kata "ibu" bagiku

Nah, itulah 35 contoh puisi tentang Ibu yang bisa menjadi inspirasi untuk merayakan Hari Ibu. Semoga bermanfaat!




(row/row)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads