Temuan Awan Misterius yang Gelap di Bima Sakti, Peneliti Ungkap Hal Ini

ADVERTISEMENT

Temuan Awan Misterius yang Gelap di Bima Sakti, Peneliti Ungkap Hal Ini

Baladan Hadza - detikEdu
Jumat, 15 Des 2023 19:30 WIB
Astrofotografer J-P Metsavainio yang menghabikan waktu selama 12 tahun untuk membuat peta galaksi bima sakti.
Foto: J-P Metsavainio/Ilustrasi galaksi bima sakti
Jakarta -

Tim peneliti dari Universitas Florida menemukan awan misterius menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) milik NASA. Awan yang bernama G0.253+0.016 ini begitu gelap dan padat, sehingga diberi julukan The Brick.

The Brick adalah salah satu dari banyaknya awan molekul tebal yang berada di Pusat Bima Sakti. Awan gelap dan padat semacam ini telah lama menarik perhatian kalangan astronom.

Terbaru, tim astronomi dari Universitas Florida yang dipimpin oleh Adam Ginsburg berhasil menyelidiki dan mengungkap rahasia yang tersembunyi di dalam The Brik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

The Brick: Misteri Awan Molekul yang Amat Tebal

Dikutip dari Science Alert, temuan dalam The Brick menjadi sesuatu yang mengejutkan karena bertentangan dengan pemahaman para peneliti tentang cara kerja awan ini.

Biasanya, kepadatan gas molekul yang tebal seperti The Brick akan menjadi tempat lahirnya bintang baru. Namun, dalam pengamatan terbaru, diketahui bahwa The Brick terlalu tebal hingga kebanyakan panjang gelombang tidak bisa menembusnya.

ADVERTISEMENT

Peneliti menyebut bahwa The Brick adalah awan molekul yang yang mengerikan. Maka dari itu, untuk mengetahui lebih lanjut, tim peneliti pun menggunakan teknologi super JWST yang beroperasi di rentang inframerah.

Hasilnya, Ginsburg dan timnya mengungkap adanya es karbon monoksida (CO) dalam jumlah yang melimpah pada The Brick.

"Pengamatan kami secara meyakinkan menunjukkan bahwa es sangat banyak terdapat di sana, sehingga setiap pengamatan di masa depan harus memperhitungkannya," kata Ginsburg.

Menurut peneliti, temuan CO2 yang melimpah ini seharusnya membuat The Brick sangat cocok untuk pembentukan bintang. Namun, pada kenyataanya, The Brick tidak untuk itu.

Ginsburg dan rekan-rekannya menjelaskan bahwa di dalamnya, The Brick jauh lebih hangat dibandingkan dengan awan lain yang serupa.

"Meskipun kami sebelumnya menyebutkan bahwa bintang terbentuk dari gas dingin. Alasan atas perbedaan suhu ini belum jelas, tetapi investigasi lebih lanjut dan analisis dapat memberikan beberapa petunjuk," ucap Ginsburg.

Jalur Baru untuk Mengukur Molekul

Di sisi lain, Ginsburg juga menyoroti signifikansi temuan ini dengan mengatakan bahwa melalui JWST, mereka berhasil membuka jalur baru dalam pengamatan molekul dalam fase padat.

"Dengan JWST, kami membuka jalur baru untuk mengukur molekul dalam fase padat (es), sementara sebelumnya kami hanya sebatas melihat gas. Pandangan baru ini memberi kita pandangan yang lebih lengkap tentang keberadaan molekul dan bagaimana mereka berada," ungkapnya dikutip dari laman Tech Times.

Ginsburg mengatakan, pentingnya penemuan ini terletak pada implikasi yang lebih luas, terutama dalam memahami asal usul molekul di tata surya.

Menurutnya, molekul-molekul yang ditemukan diyakini dulunya berupa es yang terletak di atas partikel debu kecil, yang menjadi kontributor penting dalam pembentukan planet dan komet.

"Penelitian ini menambah pemahaman kita tentang proses kosmik yang mendasari pembentukan benda langit. Para peneliti pun siap untuk melanjutkan eksplorasi kosmik mereka dengan alat canggih dari JWST," tutur Ginsburg.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads