Perjuangan Meutya Hafid dan sang suami Noer Fadjrieansyah dalam mendapatkan momongan cukup panjang. Mereka mulai melakukan upaya bayi tabung saat Meutya berusia 37 tahun dan baru berhasil 7 tahun kemudian. Itu pun setelah melakukan 10 kali percobaan bayi tabung dengan tiga kali keguguran.
Penulis buku biografi Fenty Effendy menulis kisah perjuangan Meutya Hafid dan sang suami untuk mendapatkan buah hati dalam sebuah buku berjudul, "Lyora, Keajaiban yang Dinanti". Tebal buku ini hanya 166 halaman. Ditulis dengan gaya bertutur yang renyah dan tak banyak istilah ilmiah kedokteran meski topiknya soal bayi tabung.
Sehingga buku ini bisa jadi bahan bacaan bagi pasangan suami istri yang sedang berjuang mendapatkan momongan dan ingin mencoba program bayi tabung. Kisah perjuangan Meutya Hafid dan sang suami, Noer Fadjrieansyah untuk mendapatkan buah hati bisa jadi inspirasi. Sesuai dengan semangat Fenty dan Meutya menuturkan kisahnya dalam buku ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hadirnya buku ini, kata Fenty dalam kata pengantar, didorong oleh keinginan berbagi. "Sharing feelings-non judgemental, yang akan membuka mata, wawasan, dan menjadi penyemangat para pejuang garis biru," tulis Fenty.
Perjuangan untuk mendapatkan keturunan bukan hanya dilakukan oleh calon ibu melainkan juga suami sebagai calon ayah. Sebab yang menjalani program bayi tabung adalah suami dan istri. Sekadar kebersamaan pasangan saja belum cukup untuk keberhasilan program bayi tabung. Diperlukan pemahaman yang sama antara suami dan istri agar tidak terjadi konflik dalam perjalanannya.
Dalam catatan Fenty selama mengikuti kisah Meutya, perempuan atau pasangan suami-istri yang ingin punya bayi tabung suka down duluan karena tidak banyak membaca. Musabab tidak banyak membaca mereka tak memiliki literasi dan pemahaman yang cukup tentang bayi tabung.
Melalui buku ini Noer Fadjrieansyah mengisahkan perjuangannya bersama sang istri, Meutya untuk mendapatkan buah hati. Selama itu tak jarang ada kisah lucu, saling marah, saling salah menyalahkan juga tuntut-menuntut. "Marah-marahnya itu, kalau saya istilahkan, sudah lebar kali panjang, panjang kali lebar. Tak terhingga," kata Fadjri dalam buku, "Lyora, Keajaiban yang Dinanti".
Fadjri sempat lupa bahwa dia dan Meutya sama-sama memiliki sifat keras. Mereka sama-sama petarung. Meutya sebelum terjun ke politik adalah seorang wartawan yang ulet dan suka liputan menantang. Perempuan lulusan Teknik Industri Universitas New South Wales, Australia ini sering melakukan peliputan ke daerah-daerah konflik seperti saat peristiwa kudeta Thailand hingga Pemilu pertama kali di Irak yang menyebabkan dia sempat diculik dan ditawan selama 168 jam.
Sementara Fadjri juga seorang petarung hingga akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) periode 2010 -2012. Dua-duanya sama sama memiliki sifat yang keras, sehingga harus ada yang mengalah untuk keberhasilan program bayi tabung. "Kalau dua-duanya saling keras, istilah saya, ring itu enggak akan pernah cukup. Jadi harus ada yang mengalah. Dan saya memilih, saya yang mengalah," kata Fadjri.
Fenty juga melengkapi bukunya dengan penuturan dari Dokter Ivan Rizal Sini yang membantu proses bayi tabung Fadjri dan Meutya. Menurut Dokter Ivan menghadapi pasangan program bayi tabung bukanlah tentang ilmu pasti tapi soal pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan manusia. Dia selalu minta pasangan program bayi tabung untuk mengelola ekspektasi mereka. Meutya dan Fadjri adalah pasangan yang sama sama memiliki bekal pendidikan tinggi, banyak membaca dan berpikir terbuka. Memang sempat ada ketegangan di awal pasangan ini melakukan percobaan bayi tabung, namun dalam perjalanannya mereka kemudian saling menjaga dan sama-sama bertanggung jawab. Pada program bayi tabung yang kesepuluh, Fadjri dan Meutya berhasil mendapatkan buah hati yang sekian lama dinanti.
Fenty mengulas lengkap perjalanan Meutya dan sang suami dalam usahanya mendapatkan momongan, termasuk menjalani pengobatan alternatif sebelum akhirnya melakukan program bayi tabung. Sakit, pedih, haru dan kisah sedih dalam perjuangan Meutya menjalani program bayi tabung diulas detail dalam buku setebal 166 halaman ini. Satu yang mungkin tidak disebutkan dalam buku ini adalah soal biaya yang diperlukan untuk melakukan program bayi tabung.
![]() |
Judul buku : Lyora, Keajaiban yang Dinanti
Penulis : Fenty Effendy
Penerbit : Kompas Media Nusantara
Cetakan I : 2024
Tebal : 166 Halaman
(erd/nwk)