Semak Gurun Beradaptasi Cari Sumber Air Sendiri, Bagaimana Caranya?

ADVERTISEMENT

Semak Gurun Beradaptasi Cari Sumber Air Sendiri, Bagaimana Caranya?

Baladan Hadza Firosya - detikEdu
Minggu, 26 Nov 2023 13:00 WIB
Tamarix aphylla, semak gurun tamarisk Athel di Aljazair.
Jakarta -

Ciri-ciri makhluk hidup adalah dapat beradaptasi atau mampu bertahan hidup dengan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kemampuan ini tidak terkecuali bagi tanaman yang hidup di lingkungan keras seperti gurun.

Semak guru membuktikan kemampuan ini. Athel tamarisk (Tamarix aphylla), contohnya, menunjukkan adaptasi terhadap lingkungan yang asin dan minim air.

Dr Panče Naumov, ilmuwan dari New York University Abu Dhabi, menemukan bahwa semak gurun hijau ini telah beradaptasi dengan menyerap kelembaban dari udara melalui daun. Mekanisme ini melibatkan pengeluaran kristal garam dari daun. Cara ini membantu tanaman menghasilkan air sendiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tanaman tidak hanya membutuhkan air, tetapi juga dapat memperoleh air," ungkap Naumov, dikutip dari laman New Scientist.

Tanaman Membentuk Kristal untuk Serap Air

Tanaman Athel tamarisk dapat hidup di lingkungan yang sangat asin. Tumbuhan ini mampu mengambil air garam dari tanah lewat akarnya dan mengeluarkannya ke daun.

ADVERTISEMENT

Kemampuan ini menarik rasa penasaran Naumov dan rekannya. Mereka lalu melakukan pengamatan untuk memahami bagaimana tanaman tersebut menghasilkan air untuk digunakan sendiri.

Pada awalnya, mereka mengira bahwa tetesan air tersebut mungkin digunakan oleh tanaman untuk menyiram akarnya. Namun, pengamatan yang cermat dengan bantuan video menunjukkan bahwa air yang dikeluarkan sebenarnya tidak jatuh atau menetes ke bawah, seperti dugaan mereka.

Sebaliknya, air tersebut membeku jadi kristal garam di permukaan daun tanaman.

"Tetesannya sebenarnya tidak jatuh sama sekali. Mereka menempel di permukaan," kata Naumov.

Komposisi Kristal Garam

Peneliti tersebut lalu coba membuat model daun dilapisi lilin yang diekstraksi dari tanaman itu sendiri. Dengan model tersebut, mereka mengukur seberapa kuat air menempel pada daun. Mereka menemukan bahwa Athel tamarisk memiliki daya rekat hampir dua kali lebih besar pada air daripada pan masak Teflon.

Mereka juga menambahkan air berwarna ke daun yang dilapisi garam. Keduanya lalu mengamati bagaimana air tersebut menyerap ke dalam tanaman.

Hasilnya menunjukkan bahwa setelah air garam dikeluarkan, kristal garam yang terbentuk di daun mengandung sejumlah besar senyawa garam yang berbeda.

Peneliti menemukan bahwa kristal garam terdiri dari sepuluh mineral. Beberapa di antaranya seperti natrium klorida, gipsum, dan litium sulfat. Kombinasi mineral tersebut memiliki kemampuan menyerap kelembaban dari udara, bahkan pada tingkat kelembaban sekitar 55 persen, dikutip dari laman Smithsonian Magazine.

Dugaan Dua Mekanisme Memperoleh Air

Selain itu, Dr Naumov menyatakan bahwa kemungkinan tanaman ini memiliki dua metode untuk mendapatkan air. Pertama, mengambil air dari tanah melalui akarnya saat hari panas dan kering. Kedua, menggunakan garam yang dikeluarkannya untuk menyerap air melalui daun saat malam yang lebih lembab.

Ilmuwan lain, Maheshi Dassanayake dari Louisiana State University, merasa ini masuk akal. Namun, ia ragu dengan bukti bahwa tanaman benar-benar menggunakan air yang diserap oleh garam di daunnya.

"Saya kehilangan dasar mekanistik bagaimana 'pabrik' menggunakan energi untuk mendapatkan air," pungkasnya.




(twu/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads