Kondisi Penderitaan Bangsa Indonesia Akibat Penjajahan pada Masa VOC

ADVERTISEMENT

Kondisi Penderitaan Bangsa Indonesia Akibat Penjajahan pada Masa VOC

Kholida Qothrunnada - detikEdu
Senin, 20 Nov 2023 17:15 WIB
Replika kapal VOC di Amsterdam (McKarri/Wikimedia Common)
Foto: Replika kapal VOC di Amsterdam (McKarri/Wikimedia Common)
Jakarta -

Sering kita mendengar istilah "kompeni Belanda" bila membahas tentang sejarah penjajahan di Indonesia. Maksud dari kompeni ini adalah "company" atau "compagnie", yang ditujukan kepada kongsi dagang Belanda yang bernama VOC.

Lebih lanjut, simak penjelasan tentang keadaan bagaimana penderitaan bangsa Indonesia akibat penjajahan pada masa VOC berikut ini.

Pembentukan VOC dan Kedatangannya di Indonesia

Akibat adanya persaingan dagang antara sesama kongsi dagang Belanda, Belanda membentuk Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). VOC adalah perserikatan dagang Hindia Timur yang didirikan pada tanggal 20 Maret tahun 1602.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah tujuan berdirinya VOC yaitu untuk mengatasi persaingan antara para pedagang Belanda. Pejabat Gubernur Jenderal VOC yang pertama yaitu Pieter Both (1610-1619).

Selama abad ke-17 VOC berusaha untuk membangun kendali komersial di wilayah Indonesia. Melalui VOC, Belanda membuat monopoli dagang yang juga bertujuan untuk membuat perdagangan Nusantara berantakan, hingga membuat rakyat Indonesia menderita.

ADVERTISEMENT

Penderitaan Bangsa Indonesia Akibat Penjajahan pada Masa VOC

Bangsa Indonesia merasakan penderitaan akibat penjajahan pada masa VOC dimulai sejak pendirian VOC di tahun 1602 hingga 1799.

VOC Melakukan Monopoli Perdagangan

Sejak tahun 1602 Belanda secara perlahan menjadi penguasa wilayah Indonesia. Dari sini, orang-orang VOC mulai menampakkan sifatnya yang kejam dan ingin menang sendiri.

Mereka ingin keuntungan sebesar-besarnya dengan memanfaatkan wilayah Nusantara melalui monopoli perdagangan. Bahkan, VOC memiliki hak istimewa yang disebut hak octrooi yang diberikan oleh parlemen Belanda.

Sikap kejam dan serakah itu sangat nampak pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal VOC yang kedua yaitu Jan Pieterzoon Coen (J.P. Coen).

Dilansir dari laman Britannica, VOC kemudian menjadi kongsi dagang Belanda di bawah kepemimpinan gubernur jenderal J.P. Coen dan penerusnya, yakni Anthony van Diemen (1636-1645) dan Joan Maetsuyker (1653-1678).

VOC Melakukan Politik Adu Domba

VOC mulai ikut campur dalam berbagai konflik antara penguasa yang satu dengan penguasa yang lain. Salah satunya yaitu VOC memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan kerajaan Majapahit.

Dalam upaya memperbesar kekuasaanya di Indonesia, VOC melakukan cara politik devide et impera (politik adu domba), dan tipu muslihat.

Jika ada persengketaan antara kerajaan satu dengan kerajaan yang lain, VOC akan mencoba membantu salah satu pihak. Dari jasa VOC itu, mereka mendapatkan imbalan berupa daerah.

VOC Berbuat Sewenang-wenang kepada Rakyat

Dirangkum dari e-modul Sejarah Kemdikbud kelas XI yang sidudun Alin Rizkiyan Putra, VOC melakukan penjajahan monopoli dagang tersebut dengan ancaman kekerasan terhadap rakyat Nusantara di kepulauan-kepulauan penghasil rempah- rempah, dan orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para rakyat pribumi.

Contohnya yaitu ketika penduduk Kepulauan Banda menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda tak segan untuk membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi mereka. Bahkan, rakyat pribumi pulau-pulau tersebut dijadikan budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.

Di sini, VOC telah terlibat dalam politik internal Jawa. Pada tahun 1618, Pangeran Jayakarta diserang oleh Kerajaan Banten. Kerajaan Banten dibantu oleh Inggris.

Selain itu, dalam menerapkan monopoli komersialnya, VOC mendirikan pabrik-pabrik perusahaan sebagai upaya mengumpulkan hasil bumi.

VOC menekan para penguasa untuk melakukan bisnis semata-mata dengan perusahaan, dan mengendalikan sumber-sumber pasokan produk-produk tertentu. Terutama produksi rempah-rempah.

Pembangunan infrastruktur yang dibuat dan dikembangkam Belanda untuk pembangunan di bidang Ekonomi di Indonesia, justru membuat penderitaan rakyat Indonesia semakin mendalam. Pasalnya, Belanda kala itu tidak memperlakukan masyarakat pribumi dengan manusiawi.

VOC Memberlakukan Kebijakan Tanam Paksa

Dikutip dari e-modul Kemdikbud Sejarah Indonesia Kelas XI oleh Anik Sulistiyowati, kebijakan tanam paksa serta ekonomi liberal yang dibentuk Belanda di VOC, membuat masyarakat Indonesia dipaksa menjadi penghasil bahan mentah, yang membuat rakyat kita tidak memiliki jiwa "Entrepreneur". Dalam hal ini, rakyat Indonesia hanya diperintah saja oleh Belanda.

Pada akhir abad ke-18, VOC mengalami kemunduran karena punya utang besar dan mengalami kerugian yang sangat besar, utamanya terjadi karena para pegawainya yang banyak korupsi.

Karena ulah VOC, penduduk bangsa Indonesia semakin menderita, terutama masyarakat Jawa yang telah menjadi miskin, sehingga tidak mampu membeli barang-barang yang dijual oleh VOC.

Pembubaran VOC

Lantaran banyaknya bermunculan perdagangan gelap merajalela dan menerobos monopoli perdagangan VOC. Akibatnya, pada 31 Desember tahun 1799 VOC dibubarkan.

Setelah VOC bubar, kekuasaan kolonial di Indonesia diambil alih Pemerintah Belanda. Di mana, Raja Louis Napoleon Bonaparte menunjuk Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal di Indonesia. Kemudian, Daendels berkuasa dari tahun 1808-1811.

Demikianlah sekilas penjelasan tentang bagaimana penderitaan bangsa Indonesia akibat penjajahan pada masa VOC. Semoga detikers semakin paham mengenai sejarah Indonesia ya.




(khq/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads