Meganthropus Paleojavanicus: Penemuan, Ciri Fisik, dan Karakteristik

ADVERTISEMENT

Meganthropus Paleojavanicus: Penemuan, Ciri Fisik, dan Karakteristik

Bayu Ardi Isnanto - detikEdu
Minggu, 19 Nov 2023 06:30 WIB
Diorama manusia purba di Museum Sangiran, Sragen, Rabu (12/7/2023).
Diorama manusia purba. Foto: Tara Wahyu NV/detikJateng
Jakarta -

Meganthropus paleojavanicus adalah manusia purba tertua di Indonesia. Nama tersebut berarti manusia raksasa dari Pulau Jawa.

Simak sejarah penemuannya di Indonesia, ketahui juga ciri-ciri fisik, dan karakteristiknya.

Sejarah Penemuan Meganthropus Paleojavanicus

Dalam buku Kehidupan Manusia Purba dan Asal Usul Nenek Moyang: Sejarah Indonesia Kelas X yang disusun Mariana, M.Pd, dijelaskan bahwa fosil Meganthropus paleojavanicus ditemukan pertama kali oleh arkeolog asal Jerman, Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald di kisaran tahun 1936-1941.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fosil meganthropus ditemukan di situs Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, pada formasi Pucangan. Bagian yang ditemukan antara lain fragmen tulang rahang atas dan bawah, serta sejumlah gigi lepas. Meganthropus adalah jenis manusia purba tersendiri, berbeda dengan Homo erectus

Andi Sadriani, dkk dalam buku Sosiologi Antropologi Pendidikan (2023), menjelaskan manusia purba ini diberi nama Meganthropus paleojavanicus karena ukurannya yang sangat besar, bahkan melebihi ukuran gorilla, akan tetapi rahangnya menyerupai rahang manusia.

ADVERTISEMENT

Setelah penemuan fosil Meganthropus, penggalian terus dilakukan. Namun fosil Meganthropus tidak dibarengi dengan penemuan sisa-sisa kebudayaannya, seperti perkakas atau peralatan-peralatan dalam lapisan tanah yang sama. Diperkirakan jenis ini belum memiliki kebudayaan, sehingga layak disebut primitif.

Fosil Selamat dari Perang

Meganthropus paleojavanicus sebetulnya bukan temuan pertama von Koenigswald. Dilansir dari Encyclopedia.com, sejak 1936 dia sudah menemukan beberapa spesimen Pithecanthropus. Pada tahun 1938, dia membawa tujuh pecahan tengkorak untuk diteliti di Beijing.

Sekembalinya dari Beijing, dia melanjutkan pekerjaannya di Sangiran. Pada akhir 1939, dia menemukan spesimen yang agak aneh. Namun temuan ini tidak dipublikasikan karena kondisi kerja yang buruk.

Pada April 1941, sebuah fragmen rahang bawah lainnya dengan ukuran terbesar ditemukan di Sangiran. Karena sangat besar dan berbeda dengan fosil lain, ini membuat von Koenigswald memasukkannya dalam spesies baru, yaitu Meganthropus palaeojavanicus.

Dia telah menyelesaikan publikasi tentang kedua spesimen tersebut pada musim semi 1942. Akan tetapi naskahnya hilang dan tidak pernah dipublikasikan.

Seperti diketahui, tahun-tahun tersebut terjadi Perang Dunia II. Sementara di Indonesia, terjadi perpindahan kekuasaan dari Belanda ke Jepang. Koenigswald dan keluarganya menghabiskan tahun-tahun berikutnya sebagai tahanan di berbagai kamp di Jawa.

Mereka baru dibebaskan pada akhir tahun 1945. Pada musim panas 1946, keluarga von Koenigswald meninggalkan Jawa menuju New York. Dia diizinkan membawa koleksi hominid yang berharga dari Jawa.

Beruntung semua spesimen fosil selamat tanpa kerusakan karena disembunyikan oleh sahabat dan kolega. Hanya satu tengkorak Ngandong yang disita oleh militer Jepang dan dibawa ke Tokyo. Namun setelah perang, tengkorak dikembalikan kepada von Koenigswald pada Desember 1946.

Ciri-ciri Fisik Meganthropus Paleojavanicus

Berikut ini ciri-ciri Meganthropus paleojavanicus yang dilansir dari buku Persamaan dan Perbedaan Manusia Purba dengan Manusia Modern: Sejarah Kelas X (2020) yang disusun Hasnawati T., S.Pd:

  • Memiliki badan tegap
  • Terdapat tonjolan tajam di belakang kepala
  • Pada bagian wajah, terdapat tulang pipi yang tebal
  • Terlihat tonjolan pada kening yang mencolok
  • Tidak berdagu
  • Otot kunyah, gigi, dan rahang berukuran besar dan kuat

Karakteristik Meganthropus Paleojavanicus

Masih dari sumber yang sama, Meganthropus paleojavanicus dikaitkan dengan golongan Australopithecus. Dari aspek non fisik, Meganthropus paleojavanicus memiliki karakteristik kehidupan yang masih primitif.

Berikut ini sejumlah karakteristiknya:

  • Berasal dari masa Pleistosen awal (lapisan bawah), yakni hidup sekitar 2 sampai 1 juta tahun yang lalu.
  • Tempat tinggalnya terbuka seperti padang rumput atau lingkungan semak-semak di hutan kayu.
  • Pemakan tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, termasuk kacang, biji, dan umbi akar. Berdasarkan analisis dari pola pemakaian gigi, jenis manusia purba ini memakan buah-buahan dan dedaunan tanpa dimasak.
  • Namun dalam perkembangannya, mereka mulai memakan daging meski tak banyak, sehingga dapat diduga bahwa mereka sudah berburu binatang besar.
  • Peralatan yang digunakan masih sederhana, seperti tongkat dan batu-batuan tetapi bentuknya tidak diubah atau dimodifikasi.

Demikian tadi penjelasan mengenai Meganthropus paleojavanicus yang merupakan manusia purba paling tua di Indonesia. Telah kita ketahui pula proses penemuan, ciri fisik, dan karakter kehidupannya.




(bai/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads