7 Contoh Cerpen Pengalaman Pribadi dan Cara Membuatnya

ADVERTISEMENT

7 Contoh Cerpen Pengalaman Pribadi dan Cara Membuatnya

Bayu Ardi Isnanto - detikEdu
Minggu, 12 Nov 2023 08:30 WIB
ilustrasi menulis
Foto: iStock
Jakarta -

Kamu mau bikin cerpen pengalaman pribadi? Jika masih bingung, coba simak dulu 7 cerpen di bawah ini sebagai gambaran dan ide. Ketahui juga cara membuat cerpen dengan struktur yang baik.

Contoh Cerpen Pengalaman Pribadi

Berikut ini 7 contoh cerpen pengalaman pribadi. Karakteristik cerpen pengalaman pribadi adalah menggunakan sudut pandang orang pertama, baik sebagai tokoh utama maupun orang kedua atau ketiga.

1. Jadi Juara Lomba

Lomba itu akhirnya telah kuselesaikan dengan baik. Aku jadi juara dalam lomba membuat video wisata. Ini satu-satunya pengalamanku memenangi suatu kompetisi umum di luar sekolah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekitar dua bulan yang lalu, aku membaca informasi terkait adanya lomba video yang diadakan sebuah stasiun televisi swasta. Saat itu aku tidak berencana mengikuti kompetisi karena belum punya ide dan rencana.

Baru sekitar sebulan kemudian, saudara perempuanku dari Jakarta datang ke Kota Solo. Dia adalah Ninda. Karena aku satu-satunya anak perempuan di keluargaku, maka akulah yang diminta menemaninya. Aku pun mengajaknya berkeliling naik bus tingkat Werkudara.

ADVERTISEMENT

Dari situlah aku tiba-tiba mendapatkan ide untuk membuat video dan ikut serta dalam kompetisi pembuatan video itu. Selama perjalanan, aku merekam semua peristiwa di sekitar. Ninda pun seakan menjadi artis dalam videoku.

Untuk membuat video yang bagus, tentu harus melakukan proses editing yang baik pula. Aku meminta kakakku untuk mengajari cara menggunakan aplikasi editing video dengan baik.

Waktu yang tersisa tinggal tiga hari sebelum pengumpulan video ditutup. Aku harus mengebut pekerjaan agar selesai tepat waktu. Maklum, aku masih sambil belajar menggunakan aplikasi tersebut.

Di hari terakhir, akhirnya aku menyelesaikan pekerjaan videoku. Tentu ini belum tuntas. Aku masih harus mengunggah video ke website yang ditentukan. Yang menjadi masalah, saat itu internet di rumah sedang gangguan, sehingga cukup lambat untuk mengirim video.

Ternyata setelah berjam-jam, video itu masih belum selesai terunggah. Padahal waktu sudah mau pukul 12 malam. Beruntung internet saat itu tiba-tiba membaik, dan segera video itu bisa terunggah.

Setelah aku cek, ternyata video itu terunggah pukul 12.01 WIB. Tentu ini membuat hatiku tak karuan. Karena aku sudah berjuang mati-matian. Sayang banget kalau video ini dinyatakan terlambat diterima.

Aku sudah tidak berharap bisa menang. Tapi dalam hati kecilku, aku terus berdoa agar panitia tetap menerima karyaku.

Di hari pengumuman pun, aku tak ingin segera melihat pengumuman yang disampaikan lewat Instagram. Tapi beberapa pesan WhatsApp dari teman masuk dan mengucapkan selamat kepadaku. Aku kira cuma bercanda, ternyata setelah aku buka pengumuman, aku mendapatkan juara pertama. Tentu aku sangat bahagia dengan hasil ini.

2. Idul Adha di Desa Ayah

Idul Adha tahun ini terasa berbeda karena bertepatan dengan libur kenaikan kelas. Alhamdulillah kemarin aku mendapatkan rangking 3 di kelas dan bisa naik ke kelas 6 SDN Sukomulyo, Magelang. Karena prestasi ini, aku boleh meminta hadiah kepada ayahku. Aku minta berlibur ke desa ayah yang ada di Kudus, Jawa Tengah.

Aku ingin berlibur ke Kudus karena ingin melihat pelaksanaan Idul Adha di sana. Sebab di desa ayahku, hewan yang dikurbankan bukan sapi, tetapi kerbau. Terakhir kali aku ke sana waktu masih duduk di bangku TK. Jadi aku lupa-lupa ingat.

Kebetulan ayahku bisa izin kantor untuk pulang lebih awal, jadi kita sekeluarga bisa berangkat sehari sebelum hari raya Idul Adha. Aku, ayah, dan ibu berangkat naik mobil. Aku duduk di belakang, sedangkan ayah dan ibu duduk di depan.

Untuk sampai ke sana, butuh waktu sekitar 3,5 jam. Karena perjalanan panjang, aku sudah membawa banyak bekal makanan. Tapi sebelum sempat makan cemilan, ternyata aku tertidur di mobil.

Sekitar 3 jam perjalanan, aku terbangun karena ban mobilku bocor. Padahal tempat itu adalah persawahan dan hari sudah sore. Ayahku sempat jalan kaki menuju perumahan warga, tetapi tidak ada tukang tambal ban di sana. Tambal ban terdekat jaraknya sekitar 1 kilometer, tidak mungkin mobilnya didorong sampai ke sana.

Ayahku lalu memberi kabar ini kepada pamanku di Kudus. Ternyata pamanku mau menjemput ke tempat kami. Kami pun menunggu sambil mencari warung di sekitar lokasi. Sekitar 30 menit kemudian, paman datang. Dalam perjalanan, paman juga sambil mencari tukang tambal ban sehingga mobilnya bisa cepat ditangani.

Singkat cerita, kami akhirnya sampai di desa ayah malam hari. Masjid di dekat rumah paman sudah terus mengumandangkan takbir karena besok adalah hari raya. Tapi karena sudah terlalu lelah, aku diminta cepat tidur.

Keesokan harinya, selepas subuh, aku sudah mandi dan bersiap mengikuti salat Idul Adha di lapangan desa. Suasananya benar-benar berbeda dengan di rumahku yang masuk di perkotaan. Sambil berjalan ke lapangan, aku sempat melihat-lihat kerbau yang mau disembelih. Ukurannya besar-besar.

Setelah salat Idul Adha, aku diminta ganti pakaian dan ikut menyaksikan pelaksanaan penyembelihan kurban. Kebetulan keluarga ayah ada banyak di sana. Aku berkesempatan naik ke punggung kerbau bergantian dengan anak-anak lainnya. Ini pengalaman pertamaku naik ke punggung kerbau.

Dan yang paling ditunggu adalah setelah selesai penyembelihan kerbau. Warga di sana memasak gulai daging kerbau. Kami sekeluarga ikut makan bersama warga setempat. Ini juga pertama kalinya aku makan daging kerbau, ternyata rasanya enak juga.

Inilah pengalamanku di desa ayah saat Idul Adha. Selain itu, aku sempat liburan ke beberapa tempat wisata di sana. Waktu terasa sangat cepat. Setelah tiga hari di sana, kami akhirnya berpamitan untuk pulang. Aku berharap bisa datang ke sana lagi tahun depan.

3. Kesal Biolaku Rusak

Rasanya, biolaku tidak bersahabat denganku hari ini. Konser musikal sekolah diadakan sebentar lagi. Aku akan berada di kursi depan dan aku sudah berjanji pada diriku untuk tampil memukau. Tapi, dawai biolaku justru putus saat aku sedang berlatih.
Aku keluar dari tempat latihan sementara waktu. Aku duduk di kantin dan merasa sangat kesal. Tiba-tiba, Tania mengagetkanku, "Dooorr!"

"Kenapa kesal begitu?"

Aku menjelaskan alasanku merasa begitu kesal. Tania mendengarkanku lalu ia mulai bertanya, "Kalau misalnya kamu mau pergi naik pesawat dan memilih tiketnya kapan itu terserah kamu kan?"

"Iya. Kendali kita sih mau naik apa dan berangkat kapan." jawabku pada Tania. Kemudian Tania melanjutkan, "Kalau misalnya pesawatmu terlambat, itu bukan kendalimu kan?"

"Bukan sih."

"Nah sama juga dengan kejadianmu hari ini. Kamu bisa mengendalikan hal-hal yang kamu kendalikan. Misalnya latihan keras. Tapi biola kamu rusak bukan kendali kamu. Jadi, kamu nggak perlu mengeluh lagi. Ok?"

Mendengar itu, aku sadar bahwa perkataan Tania ada benarnya.

4. Liburan dengan Berkemah

Untuk mengisi liburan sekolah, aku dan teman-teman pergi berkemah ke Gunung Putri. Kami menginap selama dua hari satu malam. Pengalaman berkemah kali ini cukup membuat kami tegang.

Saat kami baru saja tiba di puncak, ternyata tenda yang kami sewa robek. Awalnya kami tidak mempermasalahkan hal itu karena kami membawa lakban untuk menambalnya. Hingga saat malam tiba, kami baru merasakan ketegangan selama berkemah.

Tiba-tiba hujan mengguyur area tempat kami berkemah. Volume hujan sangat besar dan membuat tenda kami tak bisa menahan air sehingga kami semua kebasahan. Kondisi diperparah karena permukaan tanah di sekeliling digenangi air hujan.

Sebelumnya kami sudah membuat parit, namun tetap saja besarnya tak cukup menampung air hujan yang datang. Alhasil kami harus menunggu selama 6 jam hingga hujan reda.

Keesokan harinya kami merasa kelelahan atas kejadian semalam itu. Teman-temanku bahkan ada yang langsung terkena flu. Beruntungnya aku tak mengalami kondisi yang buruk pada tubuhku, meski sempat menggigil karena kebasahan.

Di hari terakhir kami berkemah, aku baru merasakan sensasi yang sebenarnya. Hari itu cuaca hangat dan membuat kami bisa bersenang-senang dengan bernyanyi, mengobrol, dan memainkan beberapa games tantangan.

Pengalaman berkemah ini menjadi cerita yang paling menarik bagiku sejauh ini. Selain menjadi pelajaran untuk lebih menyiapkan tenda berkemah, aku jadi tahu bagaimana cara bertahan di dunia yang tidak aman bagiku, yakni gunung.

5. Sekolah Baru yang Indah

Tahun ini aku lulus dari sekolah menengah pertama atau yang sering disingkat SMP. Lulus dengan hasil memuaskan aku akhirnya menghabiskan masa liburan panjang yang bertepatan dengan libur hari raya dengan hati yang sangat gembira.

Lama, aku sampai lupa berapa hari tapi yang jelas libur telah usai dan aku harus melanjutkan sekolah.

Lulus SMP aku melanjutkan ke SMA terdekat di daerahku dengan beberapa teman lain. Aku termasuk beruntung bisa masuk di sekolah tersebut. Banyak teman-teman lain yang tidak diterima.

Setelah berbagai persiapan yang dilakukan akhirnya hari ini adalah hari pertama masuk sekolah.

Hari ini aku mulai mengikuti acara MOS atau masa orientasi siswa. Aku sangat senang, sekolahku sangat indah berbeda dengan sekolah yang dulu.

Bangunan sekolahnya banyak dan bagus, di bagian depan ada tingkat untuk ruang laboratorium bahasa dan perpustakaan.

Lapangan basketnya ada, halaman sekolahnya asri dengan taman yang dipenuhi bunga mengelilingi bagian depan kelas.

Tiga hari mengikuti MOS aku tidak banyak bicara selain menikmati suasana sekolah yang nyaman.

"Hei, jangan melamun terus, nanti bukunya diambil orang loh," ucap salah satu teman menyapaku.

"Eh, iya....kamu siapa?"

"Aku satu kelas dengan kamu, masa kamu lupa?"

"Iya aku ingat tapi maksudku kita belum kenalan, aku Dewi."

"Oh, iya kau Ratna....aku mau ke kantin kamu mau ikut tidak?"

"Oh iya, aku ikut."

Senang rasanya mendapat banyak teman baru, Ratna adalah salah satu teman sekelasku. Setelah MOS selesai, kami mulai mendapatkan pelajaran seperti biasa di sekolah.

Hari itu hari Senin, ketika kita pertama kali kita mulai belajar di SMA. Mata pelajaran pelajaran pertama, tapi tiba-tiba aku merasa takut.

"Kok gurunya seperti itu ya," bisikku kepada teman sebangku.

"Memang kenapa sih?," jawab Ratna.

"Itu, seram, sepertinya bapak itu galak," ucapku lagi.

Aku sempat takut sekali melihat penampilan guru pertama itu. Bayangkan saja, badannya tinggi besar, hitam, matanya tajam, dan yang paling membuat aku takut adalah kumisnya yang sangat tebal.

Karena sangat takut aku bahkan sampai merinding dan gemetar.

"Aduh bagaimana ini," ucapku lirih.

"Sudah, diam jangan ribut dulu, belum tentu bapak itu galak," jawab Ratna sambil melotot ke aku.

Akhirnya aku serius memperhatikan guru itu. Ternyata benar, setelah berkenalan dan memberikan pelajaran bapak itu tidak galak.

Suaranya lembut dan terlihat sabar. Akhirnya, pelan-pelan rasa takutku pun hilang.

Begitulah hari pertama yang menegangkan ternyata tidak seperti yang aku takutkan sebelumnya.

Pengalaman hari ini pertama masuk sekolah itu membuatku tidak takut lagi ketika melihat guru lain yang tampak galak.

6. Liburan di Rumah Saja

Selama satu minggu libur sekolah, ayah dan ibu memberikan tugas untuk menjaga adik. Ayah dan ibu saat ini tengah sibuk melayani pembeli di pasar.

Sebelum adik lahir, aku sering membantu ibu dan ayah di pasar setiap kali libur sekolah. Tugasku biasanya menimbang beberapa sayuran dan memasukkannya ke dalam kantong plastik. Hal ini dilakukan agar pembeli bisa langsung mengambil sesuai berat yang diinginkan.

Namun, tahun ini aku menghabiskan waktu liburanku untuk mengasuh adik yang usianya masih 1,5 tahun. Adikku jarang rewel dan lebih banyak tidur siang sehingga aku tak kesusahan dalam mengurusnya. Akan tetapi, saat dia sudah buang air besar, terkadang aku kesulitan dan panik karena dia menangis kencang.

Untuk menenangkannya, ibu memberitahuku untuk menyediakan botol susu kemudian langsung mengisinya dengan ASI yang telah ibu simpan di freezer. Sempat aku memecahkan botol ASI yang terbuat dari kaca karena saat ini aku merasa sangat kewalahan dalam mengurus adik.

Agak melelahkan memang mengurus bayi itu, namun aku merasa senang karena dia menjadi nyaman bersamaku. Aku merasa waktu libur sekolahku menjadi momen untuk memperdekat hubunganku dengan keluarga.

7. Semua Pasti Bisa

Namaku Ari, aku seorang disabilitas kehilangan kaki karena kecelakaan. Sejak kecil aku suka sekali menggambar, bahkan sering kali juara lomba menggambar dan melukis. Sayang sekali setelah cacat, cita-citaku menjadi polisi harus kandas mengenaskan.

Setelah lulus, aku dibuat kebingungan. Sangat tidak percaya diri harus pergi ke kampus dengan diantar orang tua setiap hari. Apalagi harus bersosial dengan banyak orang normal disana. Akhirnya aku putuskan untuk tetap dirumah sambil menuangkan inspirasiku dalam lukisan.

Tahun berikutnya ayahku meninggal. Sedangkan ibuku yang sudah pensiun pun harus kerepotan membiayai sekolah adikku yang semakin mahal kebutuhannya. Uang tabungan pun kini juga semakin menipis. Kini ide apalagi yang harus aku perbuat dengan kondisiku yang cacat ini.

Akhirnya aku putuskan untuk banyak belajar bisnis dengan masuk ke sejumlah website. Akhirnya menemukan ide jika gambar-gambar bagus bisa dijual secara online. Dengan sisa tabungan kemudian akun membeli Tab untuk menggambar. Setiap hari kini aku mulai rajin menggambar dan mengunggah di situs jual beli gambar.

Dalam beberapa waktu hasil karyaku banyak dibeli. Bahkan orderan juga banyak datang. Kini tabunganku semakin banyak, bahkan untuk kebutuhan keluarga pun kini aku bisa membantu ibu. Sekarang kamar sudah saya anggap sebagai kantor untuk bekerja.

Cacat bukan sebuah masalah ataupun beban yang membuat diri kita berjalan mundur. Semua sudah ada yang mengatur, tidak akan ada rejeki yang datang sendiri karena kitalah yang harus menjemputnya sendiri.

Cara Membuat Cerpen

Setelah mendapatkan ide cerita, sekarang tuangkan ide itu ke dalam cerita. Cara membuat cerpen ini yaitu mengerjakannya sesuai dengan struktur cerita. Dikutip dari buku Cara Mudah Menulis Cerpen (2020) oleh Indah Rimawan, dkk, ada enam struktur dalam cerita, yaitu:

1. Abstrak

Abstrak boleh ditulis dan boleh tidak. Isi dari abstrak adalah inti cerita yang masih bisa dikembangkan menjadi berbagai rangkaian cerita.

2. Orientasi

Struktur teks bagian ini berkaitan dengan waktu, suasana, dan tempat. Orientasi ini penting untuk memberi penggambaran kepada pembaca di awal cerita.

3. Komplikasi

Komplikasi adalah struktur cerita yang berisi alur atau urutan kejadian sebab akibat, serta menggambarkan karakter dari tokoh cerita.

4. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan bagian konflik menuju klimaks, sampai dengan permulaan mendapatkan solusinya.

5. Resolusi

Setelah evaluasi, dilanjutkan resolusi, yaitu struktur cerita yang mengungkapkan solusi dari masalah yang terjadi.

6. Koda

Yang terakhir yaitu koda atau penutup. Pada bagian ini, pembaca bisa mendapatkan pesan atau amanat yang menjadi inti dari cerita tersebut.

Nah, itulah tadi 7 contoh cerpen pengalaman pribadi yang bisa kamu jadikan gambaran. Sekarang waktunya kamu yang bikin cerpen.




(bai/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads