Sosok KH Abdul Chalim, Tokoh Agama yang Dapat Anugerah Pahlawan Nasional 2023

ADVERTISEMENT

Sosok KH Abdul Chalim, Tokoh Agama yang Dapat Anugerah Pahlawan Nasional 2023

Cicin Yulianti - detikEdu
Kamis, 09 Nov 2023 11:30 WIB
KH Abdul Chalim
KH Abdul Chalim. Foto: Pemprov Jabar
Jakarta -

Salah satu tokoh dari enam orang yang akan diberi gelar Pahlawan Nasional oleh Jokowi di Hari Pahlawan adalah KH Abdul Chalim. Penganugerahan gelar tersebut kepada KH Abdul Chalim tak diberikan secara sembarangan.

Mengutip laman Pemprov Jabar, KH Abdul Chalim memiliki kiprah di berbagai bidang mulai dari agama, pemerintahan, organisasi, dan lainnya. Ia juga berperan besar dalam kemerdekaan Indonesia.

Siapa sebenarnya KH Abdul Chalim? Apa yang membuatnya diberi gelar Pahlawan Nasional pada tahun ini? Simak beberapa fakta soal KH Abdul Chalim berikut ini!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Keturunan Sunan Gunung Djati

Sosok KH Abdul Chalim merupakan ulama yang berasal dari Jawa Barat. Ia lahir pada 2 Juni 1898 di Leuwimunding, Majalengka dan wafat pada 12 Juni 1972.

KH Abdul Chalim adalah anak dari Kepala Desa bernama Kedung Wangsagama dan ibu bernama Satimah. Sama seperti ayahnya, sang kakek pun merupakan Kepala Desa Kertagaman kala itu.

ADVERTISEMENT

Kakek dari KH Abdul Chalim merupakan putra dari Buyut Liuh. Buyutnya tersebut adalah anak dari seorang Pangeran Cirebon.

Jika ditelusuri lebih dalam, KH Abdul Chalim memiliki silsilah yang bersambung dengan keturunan Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal sebagai Sunan Gunung Djati.

Pendidikan KH Abdul Chalim

KH Abdul Chalim menempuh pendidikan di sekolah Hollandsch Inlandsche School (HIS). Sejak remaja, KH Abdul Chalim telah memiliki ketertarikan terhadap pendidikan agama.

Setelah lulus dari sekolah HIS, ia melanjutkan pendidikan di Pesantren daerah Leuwimunding dan Rajagaluh. Beberapa pesantren tersebut antara lain Pondok Pesantren Banda, Pondok Pesantren al-Fattah Trajaya, dan Pondok Pesantren Nurul Huda al Ma'arif Pajajar.

Pada tahun 1913, KH Abdul Chalim pergi ke Makkah untuk melanjutkan pendidikan. Perjuangan KH Abdul Chalim untuk kemerdekaan Indonesia ia lakukan sepulang dari Makkah.

Perjuangan Memerdekakan Indonesia

Pulang menyelesaikan pendidikan dari Makkah, ia bergabung dengan kawannya yakni KH Abdul Wahab Hasbullah. Mereka berkomitmen untuk mengusahakan kemerdekaan Indonesia.

Ia juga memiliki kiprah yang cukup besar dalam pergerakkan organisasi. Ia telah membantu banyak organisasi seperti Nahdlatul Wathan yang berubah nama menjadi Syubbanul Wathon.

Walaupun beberapa usahanya dilakukan utnuk mengorganisasikan ulama-ulama, namun tujuannya adalah untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. KH Abdul Chalim bersama KH Abdul Wahab membentuk Komite Hijaz untuk menyatukan ulama di Jawa dan Madura.

Ia menulis surat undangan bagi seluruh ulama di pesantren Jawa dan Madura. Surat tersebut berisikan undangan untuk hadir dalam Komite Hijaz pada 31 Januari 1926.

Bukan hanya sebagai agenda keagamaan, pertemuan tersebut bertujuan untuk menekankan bahwa kemerdekan Indonesia mendapatkan respons yang luar biasa dari para ulama. Terhitung sebanyak 65 ulama hadir dalam agenda tersebut.

Berperan dalam Berdirinya NU

Organisasi Islam terbesar yakni Nahdlatul Ulama (NU) bisa dikatakan dapat berdiri berkat usaha dari KH Abdul Chalim. Dari Komite Hijaz dihasilkan keputusan dari beberapa ulama besar untuk membentuk organisasi NU.

Pemimpin awal NU saat itu dipegang oleh KH Hasyim Asyari dengan sekretaris KH Abdul Wahab Hasbullah. Sedangkan KH Abdul Chalim sendiri sebagai Katib Tsani atau Sekretaris kedua dalam kepengurusan PBNU periode pertama.

Tak hanya berperan dalam pendirian PBNU, KH Abdul Chalim pun aktif menjadi pembina organisasi keislaman lainnya. Seperti organisasi semi militer Hizbullah sekaligus sebagai pendiri dan pejuang Hizbullah di wilayah Majalengka, Cirebon, dan Surabaya.

Diabadikan Jadi Nama Perguruan Tinggi

Atas dedikasinya terhadap organisasi Islam, ia mendapat gelar Muharrikul Afkar yang artinya penggerak dan pembangkit semangat perjuangan. Tak hanya itu, ia juga mendapat julukan Mushlikhu Dzatil Bain atau pendamai dari kedua pihak yang berselisih.

Dalam pemerintahan, KH Abdul Chalim pun sempat menjabat sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Namanya kini diabadikan sebagai nama perguruan tinggi di Mojokerto yakni Institut Pesantren KH Abdul Chalim Mojokerto.

Saat ini institut tersebut tengah berproses untuk mengganti namanya menjadi Universitas Pesantren KH Abdul Chalim Mojokerto.




(cyu/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads