Disrupsi Adalah: Ketahui Faktor Penyebab, Contoh, dan Cara Menghadapinya

ADVERTISEMENT

Disrupsi Adalah: Ketahui Faktor Penyebab, Contoh, dan Cara Menghadapinya

Saniyyah - detikEdu
Kamis, 09 Nov 2023 05:45 WIB
Ilustrasi Smartphone
Ilustrasi disrupsi. Foto: Shutterstock/
Jakarta -

Siapa yang tidak pernah mendengar istilah disrupsi? Istilah ini seolah melekat dengan fenomena perubahan yang terjadi saat ini. Tiba-tiba saja aktivitas dan budaya hidup manusia berubah dari konvensional menjadi virtual.

Disrupsi adalah masa di mana terjadi perubahan secara masif. Dapat dikatakan bahwa saat ini kehidupan kita telah memasuki era disrupsi. Lantas, apa saja faktor-faktor penyebab disrupsi dan bagaimana cara menghadapinya?

Pengertian Disrupsi

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Web, mendefinisikan disrupsi sebagai 'hal tercabut dari akarnya'. Istilah disrupsi merujuk pada perubahan besar dalam industri, pasar, atau model bisnis secara signifikan dan mendalam akibat munculnya inovasi, penggunaan teknologi baru, atau perubahan paradigma.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Disrupsi adalah inovasi atau cara-cara baru yang menggantikan cara-cara lama. Disrupsi dapat mencakup pengenalan teknologi baru, perubahan fundamental dalam proses produksi atau distribusi, pergeseran perilaku konsumen, dan lain sebagainya.

Era disrupsi adalah masa di mana inovasi dan perubahan terjadi secara masif. Perubahan tersebut terjadi secara fundamental sehingga dapat mengubah berbagai tatanan dan sistem menuju cara yang baru. Karena itu, disrupsi kerap dianggap sebagai pengganggu hal-hal yang sudah ada dan bertahan sejak lama.

ADVERTISEMENT

Teori Disrupsi

Dikutip dari buku Disrupsi dan Adaptasi: Bonus Demografi Menyongsong Indonesia Emas 2045 oleh Armansyah Muamar Haqi, teori disrupsi diperkenalkan oleh Clayton M. Christensen pada 1997.

Menurut Clayton, disrupsi adalah perubahan besar yang membuat perusahaan berjalan tidak seperti biasa, melainkan berubah dengan cara-cara baru yang berbasis teknologi. Disrupsi dapat berupa perubahan bentuk kewirausahaan dari sistem konvensional ke sistem baru berbasis teknologi (start-up).

Dalam buku yang ditulis Armansyah Muamar Haqi tersebut, sejauh ini, terdapat enam poin yang dapat menjelaskan istilah disrupsi, antara lain sebagai berikut:

1. Disrupsi adalah sebuah inovasi yang muncul melalui rangkaian proses kompleks, dimulai dari ide, riset, eksperimen, pembuatan, dan pengembangan business model.

2. Menjalankan usaha dengan menggunakan business model baru yang berbeda dengan pemain lama/penguasa lama (incumbent).

3. Tidak semua pelaku disrupsi sukses menghancurkan posisi incumbent pada era disrupsi.

4. Disrupsi tidak mengharuskan semua incumbent menjadi disruptor (pengganggu). Incumbent cukup melanjutkan sustainable innovation untuk tujuan adaptasi melayani disruptor dan budaya konsumen yang mulai berubah.

5. Teknologi bukan disruptor, melainkan sebagai penggerak (enabler), sehingga diperlukan komponen lainnya untuk mendukung keberhasilan.

6. Deflasi dan harga turun, merupakan gejala yang dapat ditimbulkan oleh disrupsi. Sebab, disruptor memulai low cast strategy.

Faktor-Faktor Penyebab Disrupsi

Fenomena disrupsi yang terjadi saat ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor pendorong yang saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Berikut ini faktor-faktor yang mendorong terjadinya disrupsi.

Faktor Teknologi

Kemajuan teknologi menjadi faktor utama penyebab disrupsi. Perkembangan teknologi baru, seperti artificial intelligence (AI), blockchain, dan teknologi digital lainnya mampu mengubah tatanan dan sistem pada bisnis yang dijalankan.

Faktor Persaingan Global

Saat ini hubungan dan persaingan global antara perusahaan-perusahaan dari berbagai negara menjadi kian masif. Perusahaan dengan inovasi, teknologi, dan efisiensi operasional tinggi dapat mengganggu menggeser perusahaan incumbent yang kurang bersiap menghadapi persaingan global.

Perubahan Permintaan Pasar

Bisnis harus senantiasa menyesuaikan diri dengan permintaan pasar. Seiring berjalannya waktu, preferensi dan perilaku konsumen kian berubah. Jika bisnis tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, maka ia akan kehilangan pangsa pasar dan terancam kalah dengan pesaing yang lebih responsif.

Regulasi dan Kebijakan

Regulasi dan kebijakan yang berpotensi membatasi atau mengatur ulang suatu kegiatan bisnis dapat memicu terjadinya disrupsi. Sebab itu, perusaan harus mampu beradaptasi dengan berbagai regulasi dan kebijakan yang dapat berubah sewaktu-waktu.

Perubahan Sosial Budaya

Perubahan sosial dan budaya, seperti pergeseran nilai-nilai masyarakat, tren gaya hidup baru, atau perubahan pola konsumsi dapat mempengaruhi permintaan pasar. Lambat laun, hal ini mendorong perubahan dalam industri dan bisnis.

Contoh Disrupsi

Disrupsi merujuk pada perubahan besar dalam industri, pasar, atau model bisnis secara signifikan dan mendalam. Berikut ini contoh-contoh disrupsi bisnis yang tumbang dan tergantikan dengan bisnis lainnya.

1. Nokia

Pada era 1990-an, Nokia adalah raja bagi produk telepon seluler. Namun, semenjak kehadiran smartphone dengan berbagai fitur, desain, dan teknologi canggih telah membuat Nokia menjadi tumbang dan tertinggal.

2. Blackberry

Blackberry Messenger dahulu sangat digandrungi. Namun, ia juga tertinggal akibat terlindas aplikasi baru seperti WhatsApp.

3. Ojek pangkalan

Ojek pangkalan (opang) yang tergantikan oleh aplikasi ojek online.

Cara Menghadapi Era Disrupsi

Mereka yang tidak bisa mengikuti perkembangan dan mempertahankan cara lama tidak dapat bersaing. Perubahan pada era disrupsi ini sering digaungkan kaum muda. Pasalnya mereka akan menjadi pemimpin masa depan dan paling mengalami dampak dari era disrupsi ini.

Bagaimana sikap yang tepat dalam menghadapi era disrupsi bagi industri? Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan dikutip dari buku Holistik Soft Skills di Era Disrupsi Digital (2023) oleh Sucipta, dkk.

1. Tidak berhenti berinovasi

Selera pasar selalu berubah seiring perkembangan zaman. Hal ini tidak dapat diberhentikan. Pemilik usaha hanya dapat mengikutinya dengan cara berinovasi sesuai selera konsumen. Jika mereka tidak mampu berinovasi, perusahaan tidak akan mampu bertahan.

2. Memanfaatkan teknologi

Konsumen memiliki kesempatan untuk memilih berbagai produk dan jasa sesuai kebutuhan, kemampuan, dan kesesuaian harganya. Untuk dapat menghadapinya, perusahaan dapat memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas produk dan jasanya.

3. Jangan mudah merasa puas

Suatu produk memiliki siklusnya sendiri. Siklus tersebut adalah introduction (perkenalan), growth (pertumbuhan), maturity (pematangan), dan decline (penurunan). Saat perusahaan berada di tingkat pertumbuhan, jangan langsung berpuas diri. Teruslah berinovasi dan mengembangkan diri agar dapat mempertahankan posisi di pangsa pasar.

4. Berorientasi pada konsumen

Salah satu hal yang penting dikembangkan oleh perusahaan adalah sikap berorientasi pada konsumen. Cara ini dapat dilakukan dengan memberikan layanan yang memuaskan pada konsumen. Dengan begitu, konsumen akan semakin loyal dan enggan meninggalkan perusahaan.

Itulah pengertian tentang disrupsi, faktor-faktor penyebab, contoh, beserta cara menghadapinya. Semoga artikel ini bermanfaat!




(row/row)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads