Asal-usul Kata 'Kambing Hitam' untuk Orang yang Dipersalahkan, Kenapa Kambing?

ADVERTISEMENT

Asal-usul Kata 'Kambing Hitam' untuk Orang yang Dipersalahkan, Kenapa Kambing?

Devita Savitri - detikEdu
Sabtu, 04 Nov 2023 16:00 WIB
Goats munch on foliage at a
Ilustrasi kambing hitam Foto: REUTERS/Roselle Chen
Jakarta -

Idiom kambing hitam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring VI memiliki arti orang yang dalam suatu peristiwa sebenarnya tidak bersalah, tetapi dipersalahkan atau dijadikan tumpuan kesalahan. Sejarah dipenuhi dengan tokoh-tokoh yang dianggap bertanggung jawab atas kegagalan atau kelakuan buruk masyarakat.

Contohnya Marie Antoinette yang disebut penyebab utama Revolusi Perancis. Ia dianggap memiliki perilaku hedonis sehingga menyebabkan krisis ekonomi di Prancis pada abad ke-18, padahal ini adalah mitos semata.

Ketika ia dan sang suami Louis XVI naik takhta negara tengah berada dalam kesulitan ekonomi. Karena meneruskan tradisi kerajaan yang mewah istana menghadapi utang yang besar dan kemelaratan rakyat merajalela.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebijakan moneter Louis XVI juga dinilai gagal namun ia mengirimkan sejumlah besar uang untuk mendukung Revolusi Amerika. Pada masa itu propaganda biasanya timbul dan ditujukan pada wanita simpanan.

Tapi karena Louis XVI tidak memiliki wanita simpanan, pers menyalahkan Marie Antoinette sebagai orang yang boros yang menyebabkan kemelaratan ekonomi di Perancis.

ADVERTISEMENT

Sosok lain yang sempat dijadikan 'kambing hitam' dalam sejarah lainnya adalah seekor sapi yang diduga menyebabkan kebakaran besar di Chicago pada tahun 1871. Namun pada tahun 1997 sapi dan sang pemilik Nyonya O'Leary resmi dibebaskan dari tuduhan.

Kedua contoh tersebut adalah sosok yang menjadi kambing hitam. Namun, mengapa hewan kambing dipakai untuk julukan ini? Ini penjelasannya dikutip dari laman Mental Floss.

Asal-usul Sebutan Kambing Hitam

Kata kambing hitam pertama kali diciptakan oleh seorang sarjana Protestan Inggris, William Tyndale di tahun 1530. Hal ini dijelaskan David Dawson dalam bukunya berjudul Flesh Becomes Word: A Lexicography of the Scapegoat Or, the History of an Idea di tahun 2013.

Diketahui, Tundale menguraikan deskripsi Ibrani tentang ritual Yom Kippur dari Kitab Imamat. Ritual itu adalah sebuah upacara pengakuan dosa menggunakan kambing yang dipilih dari undian dua ekor kambing.

Seorang imam besar akan meletakkan tangannya di atas kepala kambing dan mengakui dosa-dosa umatnya. Dosa itu seperti dipindahkan ke hewan tersebut dan dibuang ke gurun sehingga umat seperti kembali terlahir tanpa dosa. Sedangkan kambing satunya lagi disembelih sebagai persembahan kepada Tuhan.

Tyndale menciptakan kata kambing hitam untuk menggambarkan makhluk yang menanggung dosa. Ia menafsirkan kata Ibrani 'azazel' sebagai 'ez ozel' atau kambing yang pergi atau melarikan diri.

Meskipun demikian, beberapa ahli tidak setuju dengan penafsiran yang dilakukan Tyndale. Kata azazel sebenarnya adalah singkatan dari nama iblis hutan belantara yang mirip dengan kambing.

Hal ini dinilai sebagai lokasi di gurun tempat pembuangan dosa ritual Yom Kippur. Tak hanya gurun, tempat pembuangan atau pembunuhan kambing juga bisa dilakukan di tebing pegunungan.

Setelah berabad-abad, kata kambing hitam tidak lagi dikaitkan dengan makna alkitabiahnya. Tapi, akhirnya digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan seseorang yang harus disalahkan atas suatu kesalahan.

Jadi, sekarang detikers tahu kan bagaimana asal-usul kambing hitam? Ingatlah sebelum memutuskan kesalahan lebih baik berhati-hati agar seseorang tidak harus menanggung kesalahan orang lain yang buka perlakuannya ya.

Semoga informasi ini bermanfaat ya detikers!




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads