Sejarah Pertempuran Ambarawa 1945: Latar Belakang, Kronologi, dan Tokoh

ADVERTISEMENT

Sejarah Pertempuran Ambarawa 1945: Latar Belakang, Kronologi, dan Tokoh

Nimas Ayu Rosari - detikEdu
Jumat, 03 Nov 2023 14:30 WIB
Benteng Pendem Ambarawa
Fort Willem I Ambarawa jadi saksi bisu pertempuran Ambarawa tahun 1945 Foto: (Graece Tanus/d'traveler)
Jakarta -

Apa detikers pernah mendengar pertempuran Ambarawa? Pertempuran ini disebut juga sebagai Palagan Ambarawa yang terjadi pada tahun 1945 lalu. Pertempuran ini terjadi antara pemuda Indonesia di Ambarawa dengan sekutu Inggris.

Pertempuran ini menjadi salah satu pertempuran besar yang ada di Indonesia dengan melibatkan banyak pihak. Lalu bagaimanakah kronologi terjadinya pertempuran tersebut?

Sekilas Tentang Pertempuran Ambarawa

Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal 20 November sampai 15 Desember 1945 antara pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) melawan tentara sekutu Inggris.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertempuran ini terjadi atas niat para sekutu yang ingin menaklukkan Jawa Tengah dengan menggunakan wilayah Ambarawa sebagai batu pijakan. Hal tersebut disebabkan Ambarawa memiliki letak yang strategis di antara Yogyakarta dan Surakarta.

Pada awalnya sekutu Inggris datang ke Indonesia untuk menyelesaikan masalah tawanan Belanda di Magelang dan Ambarawa. Namun ternyata mereka diboncengi NICA (Nederland Indische Civil Administration) yang mempersenjatai mantan tahanan.

ADVERTISEMENT

Latar Belakang Pertempuran Ambarawa

Dikutip dari buku Sejarah 3+, latar belakang peristiwa ini dimulai dengan insiden di Magelang sesudah mendaratnya Brigade Artileri dari Divisi India ke-23 di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945.

Pihak Indonesia memperkenankan mereka mengurus tawanan perang yang berada di penjara Ambarawa dan Magelang. Namun, kedatangan tentara Inggris tersebut diboncengi oleh NICA.

Pada tanggal 26 Oktober 1945 maka terjadilah insiden Magelang yang berkembang menjadi pertempuran TKR dan tentara sekutu. Insiden berhenti setelah kedatangan Presiden Soekarno dan Brigadir Jenderal Bethell di Magelang pada 2 November 1945.

Mereka mengadakan perundingan gencatan senjata dan sepakat dengan membuat 12 pasal yang diantaranya berisi sebagai berikut:

1. Pihak sekutu tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk melakukan kewajibannya melindungi dan mengurus evakuasi Allied Prisoners War and Internees (APWI).

2. Jalan raya Magelang dan Ambarawa terbuka bagi lalu lintas Indonesia dan Sekutu.

3. Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dalam badan-badan yang berada di bawahnya.


Kronologi Pertempuran Ambarawa

Dilansir dari ESI Kemdikbud, ternyata kesepakatan yang berisi 12 pasal sebelumnya telah diingkari oleh pasukan sekutu. Sehingga pada tanggal 20 November 1945 di Ambarawa terjadi pertempuran antara pasukan TKR dipimpin oleh Mayor Sumarto dan tentara sekutu.

Pada 21 November 1945, pasukan Sekutu yang berada di Magelang ditarik ke Ambarawa. Namun keesokan harinya pada 22 November 1945, pertempuran meletus dalam kota dan terjadi pengeboman pada kampung-kampung di Ambarawa.

Pasukan sekutu Inggris kemudian terusir dari Banyubiru pada 5 Desember 1945 yang menjadi garis pertahanan terdepan. Pada tanggal 12 Desember 1945 dini hari, pasukan TKR bergerak menuju sasaran masing-masing.

Pasukan TKR berhasil mengepung musuh di dalam kota dan diketahui pertahanan musuh terkuat berada di Benteng Willem. Kota Ambarawa dikepung selama empat hari empat malam dan musuh yang merasa terjepit berusaha keras melakukan pertempuran.

Hingga pada 15 Desember 1945 musuh meninggalkan kota Ambarawa dan mundur ke Semarang. Dikutip dari buku Sejarah 3+, pasukan TKR memperoleh kemenangan dalam pertempuran tersebut.

dan mengantarkan Sudirman ke pimpinan TKR.


Tokoh dalam Pertempuran Ambarawa


Dalam pertempuran Ambarawa tersebut tentu terdapat para tokoh yang memperjuangkan kedaulatannya dari serangan musuh. Dilansir dari laman Dinas Kebudayaan Yogyakarta, beberapa tokoh pejuang tersebut antara lain sebagai berikut:


1. Jenderal Sudirman


Jenderal Sudirman berperan sebagai panglima perang dengan mengajarkan taktik supit urang. Taktik ini menyerang lawan dengan kedua sisi membuat lawan terjepit dan membuahkan hasil yang baik bagi TKR.


2. Gatot Subroto


Gatot Subroto menjadi pejuang militer Indonesia dalam peristiwa ini. Ia mengutamakan kondisi orang lain di sekitarnya serta para keluarga prajurit.


3. Letkol Isdiman


Letkol Isdiman gugur dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin. Ia adalah perwira TKR dan menjadi pemimpin pertempuran ini.


4. Surono Reksodimejo


Surono menjabat sebagai kapten di bawah komando satuan militer Letnan Kolonel Gatot Subroto. Ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat RI dan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan RI.


5. Letkol Sarbini Martodihardjo


Letkol Sarbini adalah purnawirawan jenderal dan menjadi pemimpin pasukan Resimen Pusat Kedu untuk menyerang pasukan sekutu di Desa Jambu.


6. G.P.H Djatikusumo


G.P.H Djatikusumo menjabat sebagai komandan Divisi IV. Ia memiliki misi untuk melacak dan mengepung pasukan asing dan menjadi pemimpin pasukan TKR dengan baik.




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads