.webp)
Apakah detikers pernah memiliki perbedaan pendapat ketika saling berkomentar dalam kanal media sosial? Ternyata ini merupakan salah satu contoh kontravensi lho.
Dalam banyak kasus, kontravensi dapat memicu diskusi yang konstruktif. Hal ini pada dasarnya mampu membantu masyarakat mengidentifikasi masalah, mencari solusi, dan mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang berbagai sudut pandang.
Kontravensi ini sering digunakan sebagai cara untuk menghindari konflik terbuka atau pertentangan yang bisa merugikan hubungan sosial atau pekerjaan. Kontravensi juga dapat terjadi dalam berbagai konteks, termasuk politik, sosial, budaya, dan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kontravensi, mari simak penjelasan berikut ini.
Pengertian Kontravensi
Menurut Bagja Waluya dalam buku Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat 1, kontravensi (contravention) adalah proses sosial berupa sikap menentang secara tersembunyi agar tidak sampai terjadi perselisihan secara terbuka.
Pengertian kontravensi tersebut sejalan dengan asal etimologinya. Istilah kontravensi secara etimologi berasal dari bahasa Latin yaitu "conta" dan "venire" yang berarti menghalangi atau menentang.
Penyebab kontravensi adalah perbedaan pendirian antar kalangan tertentu. Mengutip buku Geografi dan Sosiologi SMP Kelas VII karya Drs. Sugiharyanto, MSi, bentuk kontravensi merujuk pada proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau pelanggaran dan pertikaian.
Gejala-gejala kontravensi dimulai dengan adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau keraguan. Sehingga yang tampak adalah fenomena yang tidak pasti atau kondisi ragu-ragu.
Dengan demikian, pengertian kontravensi adalah proses sosial yang ditandai adanya ketidakpuasan, ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan terhadap kepribadian seseorang atau kelompok yang tidak diungkapkan secara terbuka.
Jenis Kontravensi
Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, terdapat lima bentuk kontravensi yaitu:
1. Kontravensi umum berupa penolakan, perlawanan, protes gangguan, dan ancaman pada pihak lawan.
2. Kontravensi sederhana seperti tindakan menyangkal pernyataan orang di depan umum atau memaki dan mencerca suatu pihak di kolom komentar media sosial.
3. Kontravensi intensif berupa penghasutan, penyebaran, desas-desus, dan fitnah
4. Kontravensi rahasia merupakan bentuk pembocoran rahasia, berkhianat, dan tindakan subversi
5. Kontravensi taktis berupa tindakan-tindakan yang mengejutkan lawan, provokasi, dan intimidasi.
Contoh Kontravensi
Berdasarkan penjelasan di atas, berikut 7 contoh kontravensi yang dapat ditemukan di kehidupan sehari-hari.
- Tindakan menyebarkan fitnah buruk yang dilakukan oleh penjual satu dengan penjual lain di pasar untuk meningkatkan jumlah pembeli.
- Adanya kampanye hitam selama masa kampanye dalam kontestasi pemilu. Hal ini dilakukan sebagai usaha untuk menjatuhkan lawan politiknya.
- Menggunakan bahasa tubuh, ekspresi wajah, atau sikap untuk mengekspresikan ketidaksetujuan atau ketidakpuasan tanpa menggunakan kata-kata.
- Mengirim pesan tidak langsung atau ambigu yang berisi kritik atau pernyataan ketidaksetujuan.
- Pertentangan antara kelompok yang mendukung hak milik senjata api dan kelompok yang ingin pengawasan yang lebih ketat terhadap senjata api.
- Kontroversi tentang apakah perubahan iklim adalah masalah serius dan apakah tindakan manusia berkontribusi signifikan terhadapnya.
- Menggunakan identitas palsu atau anonimitas dalam diskusi online untuk menyatakan ketidaksetujuan tanpa perlu berhadapan secara langsung.
(pal/pal)
