'Als Ik Eens Nederlander Was', Perjuangan Ki Hajar Dewantara Melawan Belanda Via Pena

ADVERTISEMENT

'Als Ik Eens Nederlander Was', Perjuangan Ki Hajar Dewantara Melawan Belanda Via Pena

Nimas Ayu Rosari - detikEdu
Kamis, 19 Okt 2023 13:00 WIB
Als ik een nederlander was oleh Ki Hajar Dewantara
Foto: (Tangkapan layar https://project2021.ntr.nl/)
Jakarta -

detikers pernah mendengar kalimat 'Als Ik Eens Nederlander Was'? Kalimat berbahasa Belanda tersebut cukup fenomenal pada masanya.

Berikut ulasan soal 'Als ik een Nederlander was' yang dikutip dari laman SMPN 1 Lubuklinggau, SMAN 1 Pulau Malan, Universitas Islam An Nur Lampung, laman Perpustakaan Nasional (Perpusnas) dan artikel "May 2008 and One Hundred Years Ago" yang ditulis Taufik Abdullah dari jurnal Masyarakat Indonesia, Majalah Ilmu-ilmu Sosial LIPI Nomor 2 tahun 2008, serta buku Sejarah Pergerakan Nasional: Melacak Akar Historis Perjuangan Bangsa Indonesia dan Kiprah Kaum Santri dalam Lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditulis Wahyu Iryana.

Penulis 'Als Ik Eens Nederlander Was'

Artikel 'Als Ik Eens Nederlander Was' merupakan karya tulisan dari tokoh pendidikan Indonesia, yaitu Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Ia merupakan Bapak Pendidikan Nasional dan Pahlawan Pergerakan Nasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ki Hajar lahir dengan nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat dan berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Karena itu, sejak kecil ia telah bersekolah di sekolah dasar untuk orang Eropa di Europeesche Lagere School (ELS). Kemudian melanjutkan pendidikan ke sekolah dokter STOVIA pada 1905.

Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai salah satu pelopor pendidikan bagi Indonesia. Ia telah melakukan banyak perjuangan dan pengabdian di bidang pendidikan melalui beberapa cara salah satunya dengan menulis artikel 'Als Ik Eens Nederlander Was'.

ADVERTISEMENT

Ki Hajar Dewantara juga merupakan salah satu pendiri organisasi politik pertama Indonesia, yaitu Indische Partij. Selain itu, ia juga dikenal sebagai salah satu anggota Tiga Serangkai dengan dua tokoh lainnya yaitu Cipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker.

Isi Artikel 'Als Ik Eens Nederlander Was'

Ki Hajar Dewantara menulis sebuah artikel berjudul 'Als Ik Eens Nederlander Was' yang memiliki arti 'andai aku orang Belanda'. Tulisan tersebut dimuat dalam surat kabar De Express milik Douwes Dekker pada tahun 1913.

Artikel tersebut ditulis dalam konteks menyindir rencana pemerintah Belanda untuk mengumpulkan sumbangan dari Indonesia dan ditulis dengan kalimat yang pedas bagi kalangan pejabat Belanda.

Isi dari tulisan 'Als Ik Eens Nederlander Was' tersebut adalah sebagai berikut.

"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya"

Tujuan Tulisan 'Als Ik Eens Nederlander Was'

"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya"Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara bergabung dengan Indische Partij bersama dua tokoh lainnya atas dasar tujuan untuk membangkitkan nasionalisme dan menentang penjajahan yang dilakukan Belanda kepada rakyat Indonesia.

Kemudian pada tahun 1913, Ki Hajar Dewantara bersama Indische Partij membuat Komite Bumiputera. Komite ini bertujuan untuk mengkritik pemerintah Belanda yang menggunakan uang dan sumber daya Indonesia untuk mengadakan perayaan-perayaan.

Salah satu perayaan yang saat itu akan dilaksanakan oleh Belanda adalah merayakan 100 tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis. Mengetahui hal tersebut, Ki Hajar Dewantara kemudian menyampaikan kritiknya terhadap Belanda.

Kritik tersebut yang kemudian ditulis menjadi artikel 'Als Ik Eens Nederlander Was' yang dipublikasikan dalam surat kabar De Express. Tulisan itu ditujukan Belanda sebagai wujud reaksi terhadap ketimpangan yang dilakukan pemerintah kolonial.

Dampak terhadap Indische Partij

Artikel 'Als Ik Eens Nederlander Was' telah membuat Belanda emosional dan geram. Semua tulisan Ki Hajar Dewantara yang telah disebarluaskan oleh Komite Bumiputera akhirnya disita oleh kejaksaan dari pihak Belanda pada Juli 1913.

Ki Hajar Dewantara bahkan mengakui bahwa tulisan tersebut merupakan hasil tulisannya pada saat proses interogasi oleh pihak kejaksaan. Akibat dari tulisan tersebut, pemerintah Belanda langsung menangkap empat tokoh Komite Bumiputera, yaitu Ki Hajar Dewantara, Cipto Mangunkusumo, Abdul Muis, dan AH Wignjadisastra.

Hal tersebut berdampak pula terhadap Indische Partij, di mana kantor atau markasnya diblokir oleh aparat. Ketiga tokoh pendiri Indische Partij kemudian berakhir di penjara dan mendapatkan hukuman pengasingan ke luar Jawa.

Tokoh Tiga Serangkai tersebut masing-masing diasingkan. Ki Hajar Dewantara diasingkan ke Pulau Bangka, Cipto Mangunkusumo dibuang ke Pulau Banda, dan Douwes Dekker dibuang ke Kupang. Namun kemudian Tiga Serangkai ini menghendaki agar dibuang ke Belanda saja, karena menganggap di sana mereka bisa mempelajari banyak hal daripada di daerah terpencil. Permintaan ini dikabulkan Belanda pada Agustus 1913, yang membuat mereka menjalani hukuman di negeri kincir angin.

Peristiwa pengasingan tersebut menjadi tanda babak akhir berdirinya Indische Partij. Tanpa adanya pemimpin-pemimpinnya, Indische Partij yang didirikan 25 Desember 1912 pun bubar pada Maret 1913.

Demikian penjelasan mengenai 'Als Ik Eens Nederlander Was' dari pemikiran Ki Hajar Dewantara yang membuat kuping Belanda panas dan dampaknya.




(nwk/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads