Tingginya suhu tidak hanya membuat keringat mengucur, tetapi juga memangkas waktu tidur. Bagaimana penjelasannya?
Akibat Krisis Iklim
Lewat National Climate Assessment 2018, para ilmuwan memperingatkan rata-rata suhu malam hari memanas lebih cepat dibandingkan siang hari di sebagian besar Amerika Serikat. Malam yang lebih panas ini adalah akibat krisis iklim.
"Kami pikir hal ini terjadi karena semakin panasnya siang hari, semakin banyak kelembaban di udara yang memerangkap panas," kata direktur eksekutif Medical Society Consortium on Climate and Health, Lisa Patel, dalam CNN dikutip Senin (16/10/2023).
"Pada siang hari, kelembaban tersebut memantulkan panas, namun pada malam hari, kelembapan tersebut memerangkap panas," jelasnya.
Meningkatnya panas malam hari lebih sering terjadi di perkotaan karena adanya efek pulau panas perkotaan. Daerah yang banyak aspal, beton, bangunan, dan jalan raya menyerap lebih banyak panas Matahari, membuat wilayah kota besar lebih panas dibandingkan kawasan sekitarnya.
Bikin Manusia Kurang Tidur
Malam hari, saat suhu makin panas, juga menjadi waktu untuk tubuh manusia beristirahat dari terik. Namun karena krisis iklim, masa rehat itu semakin sempit. Studi Lancet Planetary Health pada 2022 menyebut kematian akibat cuaca panas bisa meningkat enam kali lipat pada akhir abad ini.
"Kita semua tahu bagaimana rasanya mencoba tertidur di malam yang panas, rasanya tidak nyaman," cetus Patel.
"Kita sering kurang tidur. Diperkirakan pada akhir abad ini, kita akan kehilangan waktu tidur sekitar dua hari per tahun, dan hal ini akan menjadi lebih buruk bagi orang-orang yang tidak memiliki akses terhadap AC," ucapnya.
Ketika tubuh manusia tidak mendapat kesempatan untuk pulih di malam hari, stres akibat panas dapat berkembang menjadi serangan panas. Akibatnya, manusia akan menjadi lebih mudah bingung, pusing dan pingsan.
"Kita memerlukan istirahat dari panas untuk memulihkan dan menguatkan diri lagi, dan ketika suhu di malam hari tidak turun, kita tidak mendapatkan waktu kritis yang kita perlukan untuk menghilangkan stres pada tubuh kita karena kepanasan di siang hari," ujarnya.
Dampak Lebih Parah di Wilayah Iklim Hangat
Kelton Minor, ilmuwan dari Columbia University Data Science Institute, menambahkan orang yang tinggal di wilayah beriklim hangat kehilangan lebih banyak waktu tidur untuk setiap derajat kenaikan suhu. Studi Minor mengungkap orang-orang di seluruh dunia rata-rata kehilangan sekitar 44 jam waktu tidur setiap tahunnya karena suhu malam hari yang hangat pada paruh pertama abad 21.
Dia menyebut hal ini sebagai erosi tidur, karena setiap orang mungkin kehilangan waktu tidur hingga 58 jam pada akhir abad ini.
"Orang-orang dalam penelitian kami tampaknya tidak mengganti waktu tidur yang hilang pada malam yang panas dengan tidur siang atau tidur lebih banyak pada hari-hari atau minggu-minggu setelahnya," kata Minor.
(nir/pal)